BLS - 3

62.9K 3.8K 239
                                    

Lima tahun yang lalu...

Rania tertawa-tawa. Teman-temannya berjoget seperti orang gila karena sudah setengah mabuk. Kelulusan seratus persen membuat mereka sepakat merayakannya. Gustiano, Papa Rania dan Raditama, Papa Ananta yang membiayai semuanya. Mereka mem-booking club malam milik Raditama untuk berpesta.

Raditama bersedia mengawasi para remaja itu, sementara Gustiano dan Rindi istrinya, harus pergi ke Batam untuk suatu urusan.
Pandangan Raditama tidak lepas dari Rania. Gadis itu sudah mencuri perhatian Raditama sejak mereka pertama kali bertemu, yaitu sejak Rania kelas satu SMA.

Awalnya Raditama menganggap perasaannya pada Rania karena ia tidak memiliki anak perempuan, apalagi Rania sangat cantik dan periang. Istrinya meninggal sejak Ananta masih sangat kecil.

Raditama sudah berusaha mengabaikan perasaan itu. Tapi semakin lama, perasaan itu semakin membesar. Dan Raditama menyadari perasaan yang sebenarnya pada Rania adalah perasaan suka, perasaan cinta seorang pria pada wanita incarannya.

Rania meminum sisa orange juice miliknya. Gadis itu tidak tergoda teman-temannya yang minum minuman beralkohol. Rania tidak menyukai bau dan rasanya. Masih sambil tertawa, Rania berdiri dan membisikkan sesuatu pada Ananta yang membalasnya dengan mengangguk. Entah apa yang dikatakan, Ananta terkekeh melihat Rania buru-buru meninggalkan Ananta.

Raditama mendengus, meneguk minumannya. Hatinya panas. Rania sangat dekat dengan Ananta. Seharusnya ia tidak boleh merasakan perasaan itu, tapi Raditama tak berdaya. Tanpa bicara ia mengikuti Rania yang ternyata menuju ke toilet.

Raditama bersembunyi menunggu.
Jantungnya berdebar ketika dilihatnya Rania keluar dari toilet dan berjalan ke halaman belakang Club. Mungkin gadis itu merasa pengap dan ingin sedikit menghirup udara segar.

Seperti sebuah keberuntungan bagi Raditama, taman belakang tampak sepi. Ia mengendap, mendekati gadis itu dan memukul tengkuknya. Rania pingsan dalam sekali pukul.

Raditama sudah tidak bisa menahan diri. Tubuh sempurna Rania sangat menggodanya. Digendongnya gadis itu ke dalam kamar khususnya jika sedang di club, membaringkan gadis itu di tengah ranjang bertiang empat.

Raditama tidak mampu berpikir jernih. Nafsu sudah menguasainya. Ia menyatukan tangan Rania dan mengikatnya di kepala ranjang setelah menelanjangi gadis itu. Lalu diambilnya saputangan besarnya, dilipat panjang dan ditutupkan ke mata Rania dengan ikatan di belakang kepala gadis itu. Ia tak mau ambil resiko jika gadis itu tersadar dari pingsannya.

Gairah Raditama naik dengan cepat. Ia melepaskan seluruh pakaiannya, mendekat dan mulai menciumi Rania yang masih pingsan.

Bibir ranum itu dilumatnya dengan rakus, sementara tangan besarnya menggerayangi dada Rania, meremasnya dengan gemas.
Kulitnya menyentuh kulit Rania yang halus, membuatnya makin menginginkan gadis itu.

Bibir Raditama tengah menghisap kuat puncak dada Rania ketika gadis itu mengerang pelan, mulai tersadar dari pingsannya.

Rania memekik saat menyadari keadaannya yang terikat dengan mata tertutup, sementara seseorang menindih tubuhnya yang sudah telanjang. Rania berontak, menangis, meratap minta dilepaskan.

Tapi Raditama sudah dikuasai nafsu iblis. Ia membungkam bibir Rania dengan bibirnya, melesakkan lidahnya, mengobrak-abrik rongga mulut gadis polos itu dengan brutal, sementara satu tangannya meremasi bukit dada Rania, tangan sebelahnya tidak tinggal diam, menyusuri perut datar gadis itu dan mengusap permukaan kewanitaan Rania.

Rania ketakutan.
Ia menendang-nendang tanpa arah. Penolakan itu membuat Raditama geram. Ia menarik kedua kaki jenjang Rania, membukanya lebar-lebar dengan paksa, menahannya sementara ia mengarahkan kejantanannya yang sudah sangat keras ke milik Rania.

Billionaires Love StoryWhere stories live. Discover now