BLS - 34

28.3K 3.8K 223
                                    

Mahasta bersedekap memandang tajam wanita di depannya dengan geram. Matanya melihat dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan mencemooh.

"Mahasta."

"Aku sudah pernah katakan, jangan pernah datang dan menggangguku lagi, May!"

Perempuan di hadapannya itu tersenyum dan melangkah mendekat.

"Aku sudah minta maaf, Mahasta. Apakah kau tidak bisa memaafkanku? Aku tidak akan mengulanginya lagi, Mahasta. Aku berjanji," jemari lentik Mayana menyentuh bahu Mahasta dan menyusurkannya ke sepanjang lengan.

"Pergilah, Mayana. Aku tidak pernah berminat menjalin hubungan kembali dengan mantanku," suara Mahasta terdengar dingin.

"Benarkah?" Mayana menggigit bibir bawahnya dan menempelkan tubuhnya ke tubuh Mahasta dengan gerakan sensual.

Punggung Mahasta kaku. Jantungnya berdegup kencang ketika Mayana mulai mendekatkan wajahnya, menyusurkan bibir ke garis rahangnya. Dulu, ia tidak akan pernah tahan dengan sentuhan Mayana. Entah karena cinta, atau memang karena Mayana begitu pintar menggodanya. Yang pasti, dulu Mahasta akan menyambut dengan senang sentuhan Mayana. Mayana yang sexy. Mayana yang cantik. Mayana yang mampu membuat Mahasta terbakar api gairah dengan mudah. Mayana yang bisa dengan cepat membuat Mahasta tenggelam dalam pesona erotismenya

Mahasta memejamkan matanya. Sekelebat bayangan mengusiknya, menyentak, menariknya begitu kuat dari pusaran hasrat yang perlahan menghanyutkan.

Mahasta tercenung. Ia bisa merasakan hambarnya bibir Mayana di bibirnya. Ia bahkan tidak merasakan ledakan gairah ketika perempuan yang kini memeluknya itu menyusurkan lidah di sepanjang garis bibirnya.

Hambar dan tanpa gejolak. Membosankan.

"Hentikan," Mahasta mendorong Mayana.

Perempuan itu terkikik.

"Kau mulai terhanyut, Sayang? Hmm..." sebelah tangan Mayana meluncur, mengusap dan sedikit meremas  bagian bawah tubuh Mahasta dari luar celana panjangnya.

Mahasta menggeram. Ia laki-laki normal. Tentu saja juniornya akan bereaksi jika diperlakukan seperti itu. Dan laki-laki tidak perlu cinta untuk membangunkan sisi dirinya yang satu itu. Namun Mahasta tidak tertarik untuk berbuat lebih lanjut. Ia ingin menunjukkan pada siapapun, terutama pada dirinya sendiri jika ia bisa mencintai dan hanya setia pada satu wanita yang kini mampu membuat dunianya jungkir balik.

"Pergilah May. Aku tidak tertarik!"

"Kau masih marah padaku, Sayang. Ayolah Mahasta, aku akan memuaskanmu seperti dulu," Mayana semakin menempelkan tubuhnya dan menggesekkan dadanya yang membusung.

Mahasta menatap Mayana dengan heran. Terkejut dengan apa yang ia rasakan. Ia bisa mengendalikan diri dengan baik. Ia tidak lagi punya peasaan menggebu.

Perlahan, Mahasta mendorong tubuh Mayana. Tidak kasar, namun kuat. Memberi jarak yang cukup agar wanita itu tidak menjangkaunya dengan rayuan erotisnya.

"Cukup May. Aku minta kau pergi. Kita sudah selesai sejak kau menggoda saudara kembarku. Jangan pernah mengatakan kau mengenalinya sebagai aku karena kami tidak identik."

Mayana mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya merah padam. Itu alasannya ketika Mahasta memergokinya merayu Mahaska. Ia terpojok dan mengatakan alasan  sekenanya. Tapi ia tetap akan mencoba merayu Mahasta. Semua laki-laki yang menjadi kekasihnya setelah Mahasta tidak ada yang memperlakukannya seperti Mahasta. Denga Mahasta ia merasa dipuja, dicintai, dimanja dan diistimewakan. Kalau saja ia tidak tergoda dan serakah menginginkan keduanya, tentu saat ini ia masih menikmati kemewahan penuh kemanjaan dari Mahasta.

Billionaires Love StoryWhere stories live. Discover now