BLS - 25

31.4K 3.4K 183
                                    

Mahasta menunggu dengan resah. Berkali-kali ia melirik jam tangannya. Sekretaris Taksaka mengatakan bahwa sepupu Alodra dari garis sang ayah itu masih meeting dengan relasinya dari Korea.

Suara denting lift terbuka membuat Mahasta menegakkan punggungnya. Tampak Taksaka diikuti Revo, sang bodyguard dan seorang laki-laki yang Mahasta tau adalah asisten Taksaka menuju ke ruang kerjanya.

Taksaka menoleh dan berhenti.

"Mahasta? Ada perlu denganku?" tanya Taksaka mengerutkan kening. Seingatnya, tidak ada janji untuknya atas pertemuan dengan Mahasta. Ia dan Mahasta memiliki usaha yang sejenis. Hanya saja, kelas club Taksaka tidak untuk umum. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki exclusive membercard yang bisa masuk ke dalamnya.

Mahasta berdiri, menjabat tangan Taksaka.

"Masuklah," Taksaka mempersilakan masuk dan memberi isyarat pada dua laki-laki yang mengikutinya untuk menunggu di luar.

Mahasta duduk di sofa yang di tunjuk Taksaka. Tubuhnya menegang.

"Santai saja. Ada perlu apa?" tanya Taksaka.

"Aku ingin minta bantuanmu," sahut Mahasta ragu.

"Katakan," Taksaka menyandarkan punggungnya dan menumpuk satu kaki di atas kakinya yang lain.

Mahasta memperbaiki duduknya, lalu menarik nafas.

"Bisakah kau meminjamkan anak buah terbaikmu untuk mencari seseorang?" tanya Mahasta akhirnya.

Taksaka terdiam sejenak, matanya memindai Mahasta.

"Akan segera kusiapkan," sahut Taksaka mengangguk tanpa bertanya lebih jauh. Ia bukan tipe orang yang ingin ikut campur urusan orang lain.

Mahasta menghembuskan nafas lega. Himpitan di dadanya yang menyesakkan menjadi sedikit lapang. Ia tau, Taksaka memiliki orang-orang yang sangat berbakat dan ahli di bidang yang saat ini sangat ia butuhkan.

"Terima kasih."

"Revo akan segera menghubungimu," ujar Taksaka berdiri dari sofa dan menuju ke meja, menekan tombol di teleponnya, menginstruksikan pada sekretarisnya agar Revo masuk.

Taksaka langsung memberikan perintahnya, dan Revo mempersilakan Mahasta untuk mengikutinya keluar dari ruangan Taksaka.

Mahasta merasa semua terjadi begitu cepat saat menyadari dirinya kini sudah memberikan data Tera pada Revo.

.

.

🍁🍁🍁

.

.

"Makan!"

Kara melotot mendengar perintah Alodra. Laki-laki di depannya ini semakin hari semakin bersikap aneh padanya. Setelah memaksanya bertemu dengan Kaima dua hari lalu, sekarang Alodra memerintahkannya untuk makan.

"Aku sudah makan dua jam yang lalu! Kalau kau mau makan, makan saja sendiri!" ketus Kara.

"Kau harus makan banyak agar pertumbuhanmu tidak terhambat," seringai Alodra.

Kara makin melotot. Enak saja laki-laki pemaksa ini mengatai  pertumbuhannya terhambat! Usianya bahkan sudah tidak memungkinkannya untuk tumbuh lebih tinggi!

"Alodra, sebenarnya apa alasanmu melakukan ini padaku?" tanya Kara bersedekap.

"Melakukan apa?" tanya Alodra mengangkat alisnya.

"Tiba-tiba memaksaku ikut denganmu, membawaku ke tempat ini dan memaksaku makan. Kau tidak bertanya apakah aku mau ikut denganmu, kau juga tidak bertanya apakah aku suka atau tidak dengan semua yang kau lakukan. Kenapa kau selalu memaksaku untuk mengikuti keinginanmu?" Kara mengomel dengan wajah ditekuk.

Billionaires Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang