BLS - 27

29.8K 3.5K 269
                                    

Baruna menghela Kaima, membawanya menyusuri pantai berpasir putih lembut itu dengan bertelanjang kaki. Mereka nyaris menuntaskan hasrat jika saja petugas resort tidak mengganggu mereka dengan mengetuk pintu dan membawakan beberapa makanan kecil dan minuman yang dipesan Baruna.

Sepanjang perjalanan, Kaima hanya diam. Ia heran dengan dirinya. Semakin lama hatinya justru semakin menghangat karena perlakuan Baruna yang nampak manis padanya.

"Kai sayang, bagaimana kalau setelah dari sini kita keliling Eropa?" tanya Baruna merangkum hangat tangan Kaima.

Kaima

memandang Baruna sesaat, lalu menggeleng

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

memandang Baruna sesaat, lalu menggeleng.

"Kenapa?" tanya Baruna lembut, namun sorot matanya menandakan ketidak sukaan.

"Peragaan busana tunggal. Alodra bisa marah-marah padaku jika aku memundurkan jadwalnya lagi," ujar Kaima pelan.

"Alodra," Baruna mendengus kesal.

"Alodra sponsor terbesar untuk event itu," jelas Kaima menganggukkan kepala.

"Aku bisa mensponsori event itu kalau kau mau," ucap Baruna sewot.

"Aku tidak ingin kau mencampuri pekerjaanku meskipun sekarang statusmu adalah suamiku, Bar," tegas Kaima.

"Kai, aku sanggup membiayai sendiri tanpa sponsor sepupu-sepupumu!"

Kaima menghela nafas lelah.

"Ini yang aku tidak suka dari pernikahan dengan pria yang jauh lebih muda dariku. Seharusnya kau bisa memilah mana bisnis dan mana pribadi. Bukan mencampur adukkan seperti ini. Lagipula, Alodra itu sepupuku, sama seperti Ananta," kecam Kaima.

Baruna mengetatkan gerahamnya. Ia hanya ingin menghabiskan waktu cuti panjang yang sudah dipersiapkannya dengan long honeymoon bersama Kaima. Tapi istrinya itu justru tidak mengerti maksud baiknya.

"Kita kembali saja," Kaima berbalik menuju tempat mereka tinggal. Mood-nya berubah dengan cepat.

"Kai!"

Kaima tidak menggubris panggilan Baruna.

.

.

🍁🍁🍁

.

.

Baruna menggaruk kepalanya. Kaima benar-benar keras kepala. Istrinya itu mendiamkannya sepanjang hari. Baruna sudah mencoba meminta maaf, tapi Kaima tetap diam.

"Sayang, tidak baik mendiamkan suami. Aku minta maaf kalau aku bersalah menurutmu. Tapi semua itu aku lakukan hanya karena aku ingin membuatmu senang dan bahagia dengan pernikahan kita. Aku tau, kau belum bisa mencintaiku. Dan aku cukup senang kau mau menerimaku menjadi suamimu. Ijinkan aku membuatmu jatuh cinta padaku, Kai," ujar Baruna kembali mencoba meluluhkan hati Kaima.

Billionaires Love StoryWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu