BLS - 2

64.6K 3.7K 156
                                    

Raditama menatap putra tunggal kebanggaannya dengan tajam. Sementara Ananta duduk di sofa besar, menyandarkan punggungnya dengan tenang, membalas tatapan sang Papa.
Keduanya saling tatap tanpa ada satupun yang berniat mengalah.

"Apa yang ada di otakmu saat memutuskan hal itu?" suara dingin Raditama bisa membuat yang mendengarnya menggigil.

"Karena sejak awal aku hanya kasihan pada Rania."

"Lalu kenapa sekarang kau berubah pikiran?"

"Aku mencintai orang lain."

"Gadis biasa itu?"

Nada mencemooh itu sedikitpun tidak memancing emosi Ananta,

"Kau sudah mengenalnya dengan baik, Pa."

"Aku tidak setuju!" Raditama menggelegar.

"Aku tidak meminta persetujuanmu, Pa. Ini hanya pemberitahuan."

"KAU! Apa yang perempuan itu lakukan hingga bisa membuatmu berubah pikiran?" Raditama berusaha meredakan emosinya.

"Cinta Pa. Aku mencintainya. Aku menerima perjodohan dengan Rania karena gadisku yang memintaku agar tidak menentang Papa," Ananta tetap tenang menjawab setiap pertanyaan Raditama yang dicecarkan padanya.

"Apa cinta bisa membuatmu kaya raya?"

Ananta terkekeh geli.

"Apa harta dan kekuasaan yang Papa miliki masih kurang?"

"Jangan membalik posisi, Nanta!"

"Mungkin Papa harus mencari wanita pengganti Mama agar Papa mengerti apa itu cinta," seringai Ananta mengganggu Raditama. Anaknya sudah berani mengguruinya.

"Perempuan itu yang mengajarimu bicara seperti ini pada Papa?" hardik Raditama membuat Ananta terkekeh untuk kedua kalinya.

"Calon istriku terlalu baik untuk mengajarkan hal-hal kurang ajar seperti ini, Pa," Ananta menatap Papanya. Senyum di wajahnya lenyap. Ia merasa sudah cukup menghabiskan waktu untuk hal yang sebenarnya tidak perlu.

"Lalu siapa yang mengajarimu?" tanya Raditama waspada. Ia pernah melihat ekspresi Ananta seperti ini dulu.

"Berkacalah, Pa," Ananta berdiri, merapikan jas abu-abunya dan memandang pada laki-laki yang duduk di balik meja besar sambil mengerutkan dahi.

"Minggu depan, di tempat yang sama dengan gedung yang akan kugunakan untuk acara pertunangan, aku akan menikahi gadisku. Papa boleh datang jika berkenan," ucap Ananta mengangguk hormat pada Raditama dan berjalan keluar tanpa menunggu jawaban.

"AKU TIDAK AKAN DATANG!" gelegar Raditama berang.

Ananta berhenti dan membalikkan tubuhnya. Menatap Papanya dengan tajam meskipun tarikan kecil di sudut-sudut bibirnya bertolak belakang dengan tatapannya.

"Terserah Papa. Saat ini aku tidak peduli apapun selain gadisku dan calon bayi kami. Selamat malam," Ananta kembali berbalik dan berjalan. Namun berhenti di ambang pintu.

"Oya, sebaiknya Papa jaga kesehatan. Jangan suka marah-marah kalau masih mau melihat cucu Papa," ucap Ananta tanpa menoleh, kembali meneruskan langkahnya dan menutup pintu dengan pelan, meninggalkan Papanya yang tertegun diam.

.

.

.

🍁🍁🍁

.

.

.

Kemala menggeleng ragu. Ia tau, Raditama tidak akan setuju putra tunggal laki-laki itu bersanding dengannya. Kemala cukup tau diri. Bahkan Kemala merelakan Ananta untuk tidak menentang keinginan Papanya yang ingin menjodohkan Ananta dengan Rania.

Billionaires Love StoryWhere stories live. Discover now