BLS - 35

30.8K 3.7K 279
                                    

Alodra memandang ponselnya dengan sengit. Ingin rasanya ia membanting ponselnya, mendatangi Kara di rumah produksi milik Leonard, menyeretnya pulang dan memeluknya sepanjang hari.

Tapi ucapan Kara membuatnya berpikir ulang untuk melakukan itu. Ia mencintai Kara. Gadis itu sudah mendengarkan ungkapan cintanya yang Alodra akui sangat absurd dan tidak romantis. Itu berarti, ia harus mempercayai Kara, bahwa gadisnya itu tidak akan berbuat aneh-aneh di sana.

Alodra ingin sekali percaya. Dan melihat bagaimana pribadi Kara, ia bisa mempercayai gadis itu. Tapi ia tidak bisa percaya jika di rumah produksi milik Leonard, para mahluk berjenis kelamin pria tidak akan menggoda Kara. Dan Alodra tidak bisa terima itu!

Ia melihat lagi ponselnya. Kara belum juga membalas chat-nya. Sudah seharian ini ia mencoba menghubungi Kara. Awalnya ia hanya ingin mengingatkan agar gadisnya itu makan siang tepat waktu, tapi sampai matahari terbenam, gadis itu tidak membalas chat-nya satupun!

Arloji di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul lima. Tanpa menunggu, Alodra menyambar jas-hya, menyampirkan ke bahunya dan bergegas keluar. Tujuannya hanya satu, rumah produksi Leonard.

Sesampai di 'Kalee Production', Alodra langsung masuk dan mencari Kara.

Beberapa model tampak berlatih di hall lantai tiga. Alodra menyusuri lorong menuju ruang make up yang berada di ujung. Tidak ada seorangpun di sana.

Alodra sudah sering ke tempat ini. Selain ia mempunyai saham di sini, ia juga sering menggunakan beberapa model untuk iklan produk-produk perusahaannya.

"Pak Alodra? Wah, lama sekali tidak kemari," Alodra menoleh mendapati seorang model wanita yang menyapanya.

Alodra mengerutkan keningnya melihat seorang gadis muda berparas cantik dengan tinggi semampai.

"Oh, ya ya. Saya mencari tunangan saya."

"Tunangan? Pak Alodra sudah bertunangan?" model itu membelalak, lalu mengerut kecewa.

Alodra kembali mengerutkan kening.

"Maaf, saya tidak tau kalau Bapak sudah bertunangan. Padahal saya menunggu Bapak," ujarnya lirih.

"Maksudnya?" tanya Alodra mengernyit kebingungan.

"Uhm.... saya menyukai Pak Alodra," gadis itu satu langkah mendekat.

"Maaf?"

Alodra menoleh, melihat Kara berdiri dengan tas peralatan make up-nya, sekitar dua meter dari tempatnya berdiri.

"Kara? Aku mencarimu," Alodra mendekat, memeluk Kara mencoum pipi gadisnya.

Gadis model itu menatap Kara dan Alodra dengan bingung.

"Jadi, tunangan yang dimaksud Bapak itu Kara?" tanyanya tidak percaya.

Alodra mengangguk mantap, sementara Kara hanya diam menunggu reaksi gadis itu selanjutnya.

"Tapi dia kan cuma make up artist biasa, Pak?"

"Memang kenapa kalau tunangan saya make up artist biasa?" tanya Alodra mulai kesal dengan model yang melihat Kara dengan pandangan mencemooh.

"Yaaa... Bapak kan CEO. Kara tidak pantas mendampingi Bapak," model itu menatap Kara dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan mencibir.

"Lalu siapa yang pantas? Kau?" suara dingin Alodra terdengar geram.

"Ya, setidaknya saya lebih pantas untuk Bapak. Saya cantik. Saya model nomor satu di sini. Tentu saja saya lebih baik dari dia," ucap gadis itu dengan sangat percaya diri, tidak mengerti dengan perubahan raut wajah Alodra.

Billionaires Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang