"Tentu saja, pada akhirnya banyak yang mesti dikorbankan," timpal Giok lagi. "Icore dengan fungsi aslinya yang kompleks jadi langka."

"Tapi, bukan tanpa alasan apa yang dulu disebut 'Telekinesis' diubah menjadi 'Phantom'." Truck memungkas. "Telekinesis punya terlalu banyak cabang, termasuk pyrokinesis yang sekarang kita sebut Calor, telepati yang kini bernama Brainware, bahkan combustion yang kini dikelompokkan ke dalam Corona. Phantom tidak bisa meniru kekuatan semua Fervor itu."

"Tapi, Erion mengangkat palu yang kubuat dari besi waktu itu," tukas Alatas. "Dan dia mengendalikannya dengan stabil selayaknya seorang Steeler."

"Hanya keberuntungan, kurasa." Truck berkomentar.

Sementara Alatas dan Truck sibuk berdebat tentang itu, Giok memanfaatkan situasi untuk berbisik pada Erion, "Kau sungguh tidak mau ikut denganku, Dik? Aku bisa tunjukkan padamu untuk mendapat kekuatan lebih karena, kebetulan sekali, aku kenal beberapa Fervent yang bisa melampaui batas kemampuannya dan meniru fungsi Fervor lain secara sempurna. Fervent itu namanya Relev—"

"Cukup!" Truck menghentikan Giok dan segera menarik Erion ke sisinya. "Apa pun yang kau iming-imingi itu, kau tidak bisa membuatnya jadi perampok."

"Baiklah." Giok berdecak mengalah, tetapi matanya yang bengkak masih saja menelaah Erion. "Jadi, kalian mau ke mana? Aku dengar, NC mau membuat pulau ini dan semua Fervent di atasnya mati pelan-pelan dengan memblokade akses cahaya matahari. Kalian yakin tidak mau ikut denganku? Kita bisa—"

"Tidak," jawab Alatas cepat, lalu berdiri. Erion dengan kecepatan luar biasa ikut bangkit dengan sepelukan makanan cepat saji yang habis dijarahnya. "Kau sendiri akan ke mana setelah menyebrang?"

"Kembali ke Raios dan Meredith, kurasa. Tahu, 'kan, Raios itu agak—" Giok memutar-mutar jari telunjuk di pelipisnya. "Dia tidak pernah marah lama-lama walau pembalasannya mengerikan. Malah, dia sendiri yang menyuruhku untuk mencarinya lagi beberapa saat setelah dia memencet mataku waktu itu."

"Oke ...," sahut Alatas ragu-ragu. Tebersit rasa iba di wajahnya saat menatap sepasang mata Giok yang masih berair dan dipenuhi bilur keunguan. "Jaga dirimu."

Giok tertawa. "Kau yang jaga diri, Bung. Kalian bakal terlunta-lunta di sini."

Truck berdecak sebelum ikut berdiri. Tangannya menjumput sebuah ransel bergambar tokoh barbie yang baru diambilnya dari salah satu etalase. Dia lantas mengambil paksa semua bekas di tangan Erion dan menjejalkannya ke dalam tas, lalu menyandang ransel itu di sebelah bahu tanpa pikir panjang.

"Terima kasih atas bantuan dan tawaranmu, tapi kami bisa mengurus diri kami sendiri," ketus pria besar yang menyandang tas merah muda bergambar boneka barbie. Truck lantas berjalan ke arah pintu di mana Alatas dan Erion menunggunya, lalu menyempatkan diri berkata pada Giok, "Kami tidak bakal terlunta-lunta. Malah, kami mungkin bakal mencapai kapal itu sebelum kau."

Berminggu-minggu kemudian, ketiganya terlunta-lunta.

Jarahan mereka sudah habis dikikis waktu, sebagian besarnya tergiling dalam pencernaan Erion. Ransel barbie sudah meninggal saat ketiganya terlibat perkelahian dengan sekelompok besar Calor. Sesekali mereka mengais perbekalan dari reruntuhan, yang lagi-lagi harus diperjuangkan dengan perebutan. Sekian kelompok Multi-fervent lain tampak sama putus asanya karena kabar bahwa pulau itu sebentar lagi akan ditinggalkan. Matahari yang tak kunjung terbit membuat setiap Fervent liar rela melakukan apa pun untuk sampai hidup-hidup ke pesisir.

Setelah melalui sekian banyak perkelahian, akhirnya mereka berhasil menerobos portal Kompleks 45 yang tidak lagi dijaga dan tiba di pesisir. Ketiganya membungkuk di antara semak berduri, mengintai sekumpulan gadis Icore yang tengah mengelilingi api unggun kebiruan. Kilat menyambar-nyambar dari salah satu gadis itu, menambah besar api di tengah-tengah mereka.

RavAgesWhere stories live. Discover now