74

9.3K 917 35
                                    

"Sekali lagi sakitin Aeri, lo nggak bakal gue restui sampai kapanpun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sekali lagi sakitin Aeri, lo nggak bakal gue restui sampai kapanpun. Ingat!" ancam Felix membuat Hyunjin meringis

"Iya, gue janji. Nggak akan menyakiti Aeri lagi," ucap Hyunjin serius.

Mereka berempat sudah kembali ke ruang berkumpul

Semua mata langsung tertuju pada Aeri dan Hyunjin. "Silahkan jelaskan nona cantik," ucap Yiriaz dengan senyuman.

Aeri menunduk malu. Pipinya sudah merah merona.

"Ayoo duduk, kakek mau dengar penjelasan kalian," perintah Lee karena sudah penasaran.

Hyunjin melirik Aeri, begitupun dengan Aeri. Kedua langsung duduk dan menatap Lee.

"Aeri kamu setuju kan, sayang?" tanya Riana membuka kecanggungan.

Aeri menatap Hyunjin lagi, setelahnya mengangguk pelan. "I-ya, Aeri menerima perjodohan itu," jawabnya.

Semuanya langsung tersenyum lega. Akhirnya rencana mereka berhasil.

"Akhirnya, kakek jadi lega," ucap Lee senang. "Dan, untuk acara pernikahan...."

Uhuk...uhuk....

Aeri tersedak, terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut kakeknya. Kenapa tiba-tiba sekali membicarakan pernikahan. Menurut Aeri terlalu cepat.

"Pelan-pelan sayang minumnya," ucap Lee dengan mengusap pelan punggung Aeri.

Aeri menutup mulutnya dan beberapa saat kemudian, batuknya telah reda. "Maaf, kek," ucap Aeri.

"Saya lanjutkan, ya," izin Lee.

Semua mengangguk, begitupun dengan Aeri dan Hyunjin.

"Untuk pernikahan Hyunjin dan Aeri, akan berlangsung setelah kenaikan sekolah Aeri. Mungkin sekitar tiga bulan lagi," lanjut Lee semangat.

Aeri menelan salivanya. Dia tidak percaya sebelumnya, setelah lulus akan menikah. Sedangkan Hyunjin, tersenyum gemas saat melihat Aeri yang terlihat lucu saat gugup.

Dua jam berlalu. Makan malam telah usai. Keluarga Lee dan Hwang telah pulang, terkecuali Aeri dan Hyunjin.

Hyunjin telah meminta izin pada Suzy untuk mengajak Aeri pergi sebentar.

Kini, sepasang kekasih yang baru saja kembali berbaikan sedang berada di mobil.

"Kak, mau kemana?" tanya Aeri penasaran.

"Ikut aja sayang. Nanti kamu juga tau," jawab Hyunjin tenang dengan salah satu tangannya menggenggam tangan Aeri.

Aeri hanya bisa menghela napas. Beberapa menit perjalanan, mereka tiba di suatu tempat seperti pusat perbelanjaan.

"Sudah sampai, ayoo turun," ajak Hyunjin dengan mencoba membantu melepaskan sabuk pengaman yang Aeri gunakan.

"Inikan mal?" tanya Aeri heran dengan mencoba melihat keluar jendela.

"Hmm," balas Hyunjin dengan merapihkan sisi kanan kiri rambut Aeri yang sempat berantakan.

"Terus mau ngapain ke sini ?" tanya Aeri polos tanpa sadar membuat Hyunjin gemas dibuatnya.

Hyunjin tersenyum. "Lupa?" tanyanya balik dengan menaikan alisnya.

Kening Aeri mengkerut. Wajahnya sangat polos dan menggemaskan.

Hyunjin menjawil hidung mungil Aeri. "Aku sudah janji mau belikan kamu novel, traktir kamu makan ice cream sama...." ucap Hyunjin terhenti saat ia lupa permintaan Aeri selanjutnya.

Aeri tertawa kecil. "Oiya! Sama belikan aku boneka yang sangat besar!" sambungnya semangat.

"Nah itu! Ayoo, sudah siap berpetualang!" seru Hyunjin ikut semangat.

"Siap banget aku!"

"Let's go!" Hyunjin dan Aeri keluar mobil. Saat memasuki mal, tangan Hyunjin langsung menautkan jari tangannya ke jari mungil Aeri.

"Mau kemana dulu?" tanya Hyunjin lembut. Ia akan ikut kemanapun Aeri pergi.

"Beli buku novel dulu!" jawab Aeri.

"Okee, kita ke toko buku," ajak Hyunjin dan membawa Aeri menuju toko buku.

Aeri tersenyum senang dan memasuki toko buku dengan Hyunjin yang selalu berada di sampingnya.

"Pilih sesuka kamu," ucap Hyunjin santai.

"Serius?" tanya Aeri senang.

"Hm, aku serius. Apapun bukunya," balas Hyunjin tersenyum.

"Asik! Eh, tapi nggak usah banyak-banyak deh. Tiga aja cukup," ucap Aeri.

"Kenapa? Lebih juga nggak apa-apa, sayang," balas Hyunjin dengan mengelus surai hitam Aeri.

Aeri menggeleng. "Tiga aja cukup. Aku belum tau mau beli buku apa selain buku yang mau aku beli."

Hyunjin tersenyum. "Ya sudah, terserah kamu. Aku ikut aja."

Aeri mengangguk dan berjalan menuju rak buku fiksi dengan mata berbinar, sedangkan Hyunjin setia mengikuti Aeri di belakangnya.

Hyunjin bersandar pada rak buku dengan kedua tangannya terlipat di depan dada. Matanya mengikuti gerak-gerik Aeri. Tatapannya tidak lepas dari Aeri.

"Ish! Susah," gumam Aeri kesal saat dirinya kesulitan mengambil buku di rak paling atas.

Hyunjin tersenyum dan melangkah mendekati Aeri kemudian, berdiri berdiri di belakang Aeri dan mengambilkan buku yang gadis itu inginkan.

"Yang ini?" tanya Hyunjin tepat di telinga Aeri dengan suara deepnya.

Aeri tersentak dan berbalik badan.

Chup!

Aeri mengerjapkan mata, saat tanpa di sengaja bibir Hyunjin mencium keningnya saat berbalik badan.

Hyunjin tersenyum tipis. "Ma-maaf, kak," ucap Aeri gugup. Pipinya sudah merah merona.

Hyunjin mengambilkan buku yang Aeri inginkan, setelahnya mengusap pipi kanan Aeri dengan ibu jarinya. "Pipinya jangan merah-merah, mau aku gigit, hm?" ucap Hyunjin dengan senyum miringnya.

Segera Aeri menutup pipinya dengan kedua tangannya. "Ng-nggak merah kok!" balasnya dengan detak jantung berdetak lebih cepat dari biasanya, dan mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Hyunjin menangkup pipi Aeri yang masih ada tangan Aeri. "Iya nggak merah. Nih bukunya, mau yang mana lagi? Aku ambilkan?" tanya Hyunjin gemas.

"Eum..." Aeri melangkah meninggalkan Hyunjin, berusaha menetralkan detak jantungnya.

Hyunjin kembali tersenyum. "Gue cowok paling beruntung karena mendapatkan seorang gadis yang baik dan cantik," ucapnya dalam hati.

"Aeri tunggu," seru Hyunjin dan kembali mengikuti Aeri yang melangkah ke rak buku lainnya.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now