20

12.2K 1.2K 49
                                    

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ


Hyunjin dan Aeri sudah berada di ruang rontgen, tentunya dengan perawat yang membantu Hyunjin.

Aeri sudah membaringkan tubuhnya di tempat seperti ranjang.

Sepuluh menit berlalu. Aeri telah selesai melakukan rontgen dan ia di bantu perawat untuk turun dan duduk di kursi.

"Saya akan membuka gips di kaki kamu," ucap Hyunjin.

Aeri menelan saliva. "Sakit nggak?" tanyanya takut.

Kegiataan Hyunjin terhenti dan menatap Aeri. "Tidak," jawabnya singkat.

Aeri mengangguk. "Eum, pelan-pelan, ya," ucapnya.

"Hmm," balas Hyunjin dan mulai membuka gips yang terpasang di kaki Aeri.

Perawat masih diantara mereka memperhatikan interaksi antara Hyunjin dan Aeri.

"Aww, aku bilang pelan-pelan ih!" jerit Aeri meringis sambil memukul pundak Hyunjin.

Hyunjin memutar bola mata malas, sedangkan perawat tersenyum tipis melihat Aeri yang terlihat manja dengan dokter Hyunjin.

"Diam aja bisa tidak. Saya ingin menganti perban kamu," seru Hyunjin ketus.

Aeri mendengkus. "Gimana mau diam. Kaki aku sakit tahu!" balasnya tak kalah ketus.

Hyunjin mendesis. "Mau di ganti sama perawat, hm?" tanyanya.

Aeri langsung melirik perawat yang berdiri di samping Hyunjin. Sepertinya masih muda. "Dia baru kerja di sini, jadi belum ada pengalaman," lanjut Hyunjin berbisik agar perawat yang sedang bersamanya tidak mendengar percakapan mereka.

Aeri menggeleng cepat membuat Hyunjin tersenyum tipis. "Makanya diam dan nurut," tekan Hyunjin.

Aeri mengangguk pelan dengan mata bulat lucu. "Nah gitu diam, jadi enak ganti perbannya," lanjut Hyunjin lagi.

Aeri menurut saja, walaupun terasa nyeri pada bagian kakinya.

Setelah pergantian perban dan kaki Aeri kembali di gips. Aeri berdiri di bantu oleh perawat.

"Saya keluar dulu," ucap Hyunjin kepada perawat dan Aeri.

Keduanya mengangguk. Hyunjin keluar ruangan, menyisahkan Aeri bersama seorang perawat.

"Nona beruntung jadi pasien dokter Hyunjin," ucap perawat tiba-tiba membuat Aeri menaikan alisnya. "Dokter Hyunjin itu jarang banget mau mengambil pasien perempuan, apa lagi masih muda," lanjutnya.

Kening Aeri mengkerut. Ia penasaran. "Memangnya kenapa dokter Hyunjin nggak mau?"

Perawat itu tersenyum. "Mungkin karena dokter Hyunjin tampan, jadi banyak yang—kalau orang bilang kecentilan," jawab perawat. "Dokter Hyunjin nggak suka pasien yang cerewet dan centil," lanjutnya menjelaskan.

Aeri mengangguk, ia jadi mengerti kenapa Hyunjin bersikap jutek padanya.

"Tapi, baru kali ini saya melihat dokter Hyunjin perhatian sama perempuan. Walaupun saya baru bekerja di sini," lanjut Perawat itu.

Tanpa sadar Aeri tersenyum. Berarti secara tidak langsung, pria itu menerima kehadirannya.

Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan Hyunjin dengan tongkat penyanggah yang baru.

"Nih, kamu pakai yang ini aja. Ada karet di bawanya, jadi tidak gampang jatuh," ucap Hyunjin datar dengan memberikan tongkat pada Aeri.

"Untuk aku?" tanya Aeri dengan mata berbinar.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now