30

11.7K 1.2K 88
                                    




ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ






Pembantu telah selesai mengganti pakaian Aeri. Felix dan Hyunjin kembali masuk untuk mengecek keadaan Aeri.

Felix mulai periksa keadaan Aeri. "Demam," gumamnya. "Gue ambil obat dan kompres dulu," lanjut Felix kemudian, keluar kamar Aeri.

Di kamar hanya ada Hyunjin dan Aeri. Hyunjin mendekati sisi ranjang dan duduk di pinggir ranjang. Di sentuhnya kening Aeri dan benar gadis yang sedang tertidur itu sedang mengalami demam tinggi.

"Danish...." Mengingau Aeri tiba-tiba. "Danish, jangan pergi," lanjutnya yang kali ini terlihat gelisah. Keringat dingin juga banyak keluar di sekitar kening Aeri. "DANISH!" teriak lagi yang kali ini dengan mata yang tiba-tiba terbuka dan napas terengah-engah.

Hyunjin yang duduk di ranjang terkejut dengan bangunnya Aeri namun, rasa khawatir membuat ia melupakannya.

"Ka-kak...Hyunjin" lirih Aeri saat melihat keberadaan pria itu di sampingnya dengan menatap penuh kekhawatiran.

"Hmm," balas Hyunjin dan menghapus keringat di kening Aeri dengan tangannya.

Mata Aeri mengerjap beberapa kali dengan perlakuan Hyunjin. "Kenapa bisa jatuh ke danau, hm?" tanya Hyunjin yang kali ini dengan nada berat. Terkesan meminta paksa jawaban dari Aeri.

Aeri tersadar dan menelan saliva. "Eum, a-aku terpeleset," jawabnya.

Hyunjin menatap Aeri sejenak kemudian, menghela napas. "Lain kali hati-hati, untung ada saya bergerak cepat. Kalau nggak ada saya tidak akan tahu kejadiannya seperti apa," ucapnya serius.

Aeri terdiam, ia bingung dengan Hyunjin yang beberapa hari ini perhatian padanya. "I-iya, kak. Aku waktu di sana kurang fokus," ucapnya pelan.

Felix telah kembali dengan obat dan handuk basah di tangannya. Hyunjin yang mengetahui kedatangan Felix langsung bangun dari duduknya dan memberikan ruang untuk Felix.

"Udah bangun?" tanya Felix dengan membukakan obat untuk Aeri.

Aeri mengangguk. "Minum, ya, supaya demamnya turun," lanjut Felix.

Aeri mengangguk dan berusaha merubah posisinya menjadi terduduk dan bersandar di kepala ranjang di bantu Felix. Sedangkan Hyunjin yang masih berada di dalam kamar menatap Aeri dalam diam.

"Minum pelan-pelan," ucap Felix.

Setelah Aeri selesai minum obat, Felix meletakan handuk basah di kening Aeri.

"Lain kali hati-hati. Kakak nggak suka kamu sakit," ucap Felix.

"Maaf kak," balas Aeri menunduk dengan memainkan jarinya.

Felix menghela napas pelan dan mengelus surai hitam sang adik. Ia paling tidak suka kalau Aeri bersedih.

"Ya sudah. Kamu istirahat ya," ucap Felix.

Aeri mengangguk. Felix dan Hyunjin keluar kamar Aeri namun, ucapan Aeri membuat Hyunjin dan Felix berhenti melangkah.

"Kak Hyunjin, terima kasih sudah menolong Aeri," ucap gadis itu dengan senyuman. "Ternyata, kakak yang aku cap dingin dan jutek bisa baik juga," lanjutnya yang sontak membuat Felix tertawa kecil.

Hyunjin mendesis."Hmm," balasnya singkat dan keluar kamar. Sedangkan Felix masih menikmati tertawanya karena ucapan Aeri yang menurutnya lucu.

Pintu kamar Aeri tertutup setelah Felix keluar kamar.

Felix menuruni anak tangga dan mendekati Hyunjin yang sedang duduk di kursi bar dekat ruang makan.

"Nih di minum," ucap Felix dengan duduk di kursi bar dekat ruang makan.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang