49

11K 1.2K 113
                                    

Satu jam berlalu, Hyunjin masih setia menunggu Aeri tersadar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Satu jam berlalu, Hyunjin masih setia menunggu Aeri tersadar. Sanking lamanya, Hyunjin sampai tertidur di kursi samping bangkar.

Tiba-tiba ada pergerakan dari jari tangan Aeri. Hyunjin yang masih tidur belum menyadarinya.

Aeri membuka matanya perlahan dan saat melihat ke sisi kiri, ia sedikit terkejut. Seorang Hwang Hyunjin sedang tertidur di sampingnya dengan tangan pria itu yang menggenggam tangannya.

Aeri terdiam dengan menatap Hyunjin. Senyum tipis tercetak namun, setelahnya senyum itu luntur saat ia mengingat kejadian empat hari yang lalu. Dimana pria itu sedang bermesraan dengan wanita lain.

Segera Aeri lepaskan tangan Hyunjin darinya dengan perlahan dan merubah posisinya menjadi duduk, walaupun kepalanya terasa sedikit pusing. Ia ingin segera pergi dari hadapan pria di depannya ini.

Saat Aeri ingin turun, tiba-tiba Hyunjin menahan lengannya. Matanya terbuka dan langsung menatap Aeri lekat. "Sudah bangun?" tanya Hyunjin. "Mau kemana?" lanjut tanyanya saat melihat Aeri ingin turun dari ranjang rumah sakit.

"Pulang," jawab Aeri singkat dengan tatapan dinginnyan

Hyunjin menghela napas.

"Kamu baru sadar, Aeri. Cairan infusan juga belum habis," ucap Hyunjin dengan menahan gadis itu agar tidak pulang.

"Aku mau pulang pokoknya." keras kepala Aeri.

"Nurut kali ini," tekan Hyunjin dengan tatapan serius.

Aeri mendesis. "Kok jadi kakak yang ngatur-ngatur aku!" seru Aeri dengan memanyunkan bibirnya.

Hyunjin tersenyum tipis melihat Aeri yang marah namun, masih terlihat lucu. "Maaf," ucap Hyunjin dengan mengusak surai hitam Aeri. "Tapi, tunggu cairan infusan nya habis, setelah itu makan dan minum obat. Baru saya izinkan kamu pulang," lanjut Hyunjin lembut.

Aeri  menatap selang infusan yang terpasang di tangannya kemudian, menghela napas. "Janji, habis makan dan minum obat. Aku boleh pulang?" serunya dengan mata membulat lucu.

Hyunjin tersenyum dan mengangguk. "Janji," balasnya.

"Hmm."

Keadaan menjadi hening, keduanya bahkan tidak saling bicara lagi. Hyunjin, ia ingin mengobrol dengan Aeri tetapi bingung topik apa yang harus dibicarakannya.

"Kak," Panggil Aeri memecahkan keheningan. Gadis itu menunduk dengan kedua tangan saling bertautan.

"Apa?" tanya Hyunjin lembut dengan tatapan lekatnya.

Aeri diam dan menunduk, ia bimbang. Apa harus bertanya atau tidak.

"Kenapa, hm?" tanya Hyunjin lagi.

Aeri menatap Hyunjin. "A-apa kakak punya pa-car?" tanyanya terbata-bata, bahkan ia menunduk karena malu.

Hyunjin tersenyum tipis. "Apa harus di jawab?" tanyanya balik dengan menaikan alisnya.

"Kalau nggak mau jawab juga nggak apa-apa. Aku nggak maksa kok," balas Aeri terkesan dingin.

"Belum. Saya belum punya pacar," jawab Hyunjin.

Aeri tanpa sadar mendongakkan kepalanya dengan mata berbinar nya namun, mengingat wanita yang pernah bersama pria itu, raut wajah Aeri berubah kembali datar.

"Kenapa tanya itu?" tanya Hyunjin.

"Nggak apa-apa," balas Aeri dan mengalihkan tatapan ke arah lain.

"Sekarang makan, ya," ucap Hyunjin tegas dengan membawa nampan berisi makanan rumah sakit.

Aeri mengangguk dan ingin mengambil sendok yang diletakan di samping piring setelah perawat membawakannya tetapi, Hyunjin malah mengambilnya. "Saya yang suapkan makanan ke kamu," ucap Hyunjin membuat Aeri menaikan alisnya.

"Aku bisa sendiri kok!" balas Aeri yang ingin mengambil sendok dari tangan Hyunjin. Namun dengan Hyunjin di jauhkan bahkan piring berisi makanan di depan Aeri sudah berpindah ke tangannya.

"Aaaa...." ucap Hyunjin dengan mendekatkan sendok berisi nasi dan beberapa potong kecil lauk ke depan mulut Aeri.

Aeri mengerjapkan matanya. "Ini beneran kak Hyunjin?!" ucapnya dalam hati dengan terkejut.

"Aaaa... Tangan saya pegal nih," omel Hyunjin lucu.

"Ihh! A—" Hyunjin tersenyum manis saat berhasil memasukan sesuap makanan di tangannya dalam mulut Aeri dengan tepat. "Bagus! Di kunyah," seru Hyunjin.

Aeri mendengus. Pipinya mengembung, ia mengunyah makanan dengan memanyunkan bibirnya kesal. "Awku bisa sewndiri kak!" kesal Aeri sedikit susah karena makanan masih di dalam mulutnya.

Hyunjin kembali tersenyum. "Habiskan dulu, nanti tersedak," nasehatnya lembut.

Aeri mengunyah dan menelannya. "Aku bisa sendiri kak Hyunjin!"

"Yakin?" tanya Hyunjin jahil.

Aeri berdecak. "Emang aku bayi? Sini piringnya!" kesal Aeri dengan merebut piring dari tangan Hyunjin.

Hyunjin mengangguk dan meletakkan piring pada meja depan Aeri. "Makan yang banyak supaya maag nya nggak kambuh lagi," seru Hyunjin dengan mengusap surai hitam Aeri lembut.

Aeri mengerjapkan mata beberapa kali. Pria di depannya sangat lah berbeda kali ini. Apakah dia benar seorang Hwang Hyunjin yang dingin, jutek, cuek dan galak?

Aeri menyentuh kening Hyunjin. "Nggak panas," gumam Aeri  terdengar lucu.

Hyunjin menaikan alis. "Saya nggak sakit,"  balasnya bingung.

"Tapi kok aneh, ya?" tanya Aeri dengan kembali makan.

"Aneh kenapa?" tanya Hyunjin balik.

"Aneh aja. Kakak kaya perhatian gitu sama aku," jawab Aeri polos.

Hyunjin tersenyum tipis. "Emang nggak boleh kalau saya perhatian sama kamu?" tanyanya tenang.

Ehh?

Aeri menoleh pada Hyunjin. Mata mereka bertemu namun, secepat kilat Aeri menunduk dan fokus ke makanannya.

"Emang nggak boleh kalau saya perhatian sama kamu?" tanya Hyunjin lagi karena Aeri tidak meresponnya

"Bo-boleh, tapi...aneh aja gitu," jawab Aeri pelan tanpa mau menatap Hyunjin. Aeri terlalu gugup untuk menatap pria itu.

Hyunjin tersenyum dan menyentuh dagu Aeri agar gadis itu mau menatapnya. "Mulai sekarang jangan aneh sama perhatian saya ke kamu."

"Ke-napa?" tanya Aeri polos.

Hyunjin mengusap pipi kanan Aeri dan berbisik tepat di samping telinga gadis itu. "Karena saya, menyukaimu Lee Aeri."


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Gimana sama part ini?


Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now