65

8.1K 922 122
                                    

"Sama siapa? Ceweknya gimana?  Terus Aeri gimana? Jin, lo nggak bakal putus sama Aeri, kan?" tanya Kyra bertubi-tubi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sama siapa? Ceweknya gimana?  Terus Aeri gimana? Jin, lo nggak bakal putus sama Aeri, kan?" tanya Kyra bertubi-tubi.

Hyunjin terdiam sejenak. "Gue nggak tau siapa ceweknya. Tadi malam katanya lagi ada urusan jadi dia nggak bisa datang," balasnya sendu.

Kyra menghela napas panjang. "Terus hubungan lo sama Aeri, gimana?" tanyanya berubah serius.

Hyunjin kembali terdiam. "Mungkin, gue...bakal putusin Aeri. Gue nggak mau menambah sakit dia Ra, setelah tau gue di jodohkan,"  balasnya lesu.

Kali ini Kyra yang diam, ia bingung ingin memberikan saran apa pada sahabatnya ini.

"Lo yakin? Terus alasan lo putus dari Aeri apa?" tanya Kyra. "Ingat, Jin. Aeri itu adiknya Felix. Kalau lo sakiti gadis itu, sama aja lo cari masalah sama Felix," serunya mengingatkan.

Hyunjin memejamkan mata sejenak. "Gue terpaksa, Kyra."

Kyra menghela napas kasar. "Terus alasannya apa?!"

"Alasannya..." Hyunjin menatap Kyra serius. "Mungkin gue jawab, gue sudah bosen aja, ya?" lanjutnya yang seketika mendapat pukulan dari Kyra.

"Brengsek namanya itu!" seru Kyra kesal. Sedangkan Hyunjin meringis, pukulan Kyra sangat menyakitkan. "Jangan lah. Ehh? Tapi, lo serius mau putusin Aeri?" tanya Kyra lagi mengulang.

Hyunjin mengangguk kepalanya. "Gue nggak mau buat dia sakit lebih dalam lagi. Cukup sekarang aja, dari pada dia tahu kebenarannya kalau gue bakal di jodohkan," balasnya, membuat Kyra menghela napas panjang.

"Tapi bukannya nyokap bokap lo suka sama Aeri?" tanya Kyra heran.

"Nggak tau. Gue juga bingung. Padahal baru kemarin makan malam bareng dan cerita-cerita. Tapi, besoknya sudah berubah lagi. Nyokap bokap gue susah di tebak, Ra," jawab Hyunjin yang juga heran.

"Terus kapan lo mau putus dari Aeri?" tanya Kyra.

"Nanti. Gue minta ketemuan sama Aeri di cafe dekat rumah sakit," balas Hyunjin sendu.

Kyra menepuk bahu Hyunjin. "Lo sudah yakin sama keputusan lo?" tanyanya lagi, sebenarnya ia tidak rela jika sahabatnya putus dengan Aeri. Karena Kyra sangat mendukung mereka.

"Hmm, gue— yakin" ucap Hyunjin namun, lain hal di lubuk hatinya paling dalam. Ia sangat-sangat tidak ingin menjauh dan melepaskan Aeri. Hyunjin sangat mencintai dan menyayangi gadis itu.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Aeri tiba di cafe dekat rumah sakit dan di sana sudah ada Hyunjin yang tiba lebih dulu, bahkan ia sudah pesankan minuman kesukaan Aeri.

Hyunjin belum menyadari kalau Aeri sudah datang.

Aeri mencolek bahu Hyunjin dan menghindar ke sisi lain agar tidak di ketahui oleh pria itu. Aeri ingin menjahilinya.

Hyunjin menoleh ke sisi kiri namun, tidak ada siapa-siapa.

Aeri  kembali mencolek bahu kanan Hyunjin dan menghindar ke sisi kiri.

Hyunjin menoleh.

"Kak Hyunjin! " seru Aeri, mengejutkan pria dengan tertawa kecil.

Hyunjin terkejut dan setelahnya tersenyum tipis. Gadisnya tidak pernah berubah.

Aeri duduk dihadapan Hyunjin. "Kak, ini buat aku?" tanya Aeri saat melihat minuman kesukaannya sudah berada di depannya.

Hyunjin mengangguk. Aeri mulai meminum minuman yang di pesankan sang pacar.

"Terima kasih, kak."

"Hmm," balas Hyunjin datar.

Aeri menghentikan kegiatan minumnya dan menatap Hyunjin. Ia heran dengan raut wajah Hyunjin yang terkesan dingin padanya.

"Kak, kenapa?" tanya Aeri polos.

Hyunjin diam sejenak menatap manik mata Aeri lekat. "Kita akhiri hubungan sampai sini," ucapnya lantang.

Aeri membeku ditempat, ia menatap Hyunjin dalam diam. "Kak...kamu bercanda, kan?" tanyanya terkejut. "Pasti kamu mau jahil, kan?"

Hyunjin menarik napas perlahan dan menghembuskan perlahan. "Nggak. Aku nggak bercanda," jawabnya dan mengalihkan tatapannya ke arah lain. Hyunjin tidak ingin melihat Aeri menangis.

Kedua mata Aeri berkaca-kaca dan setelahnya satu tetes air mata jatuh dan itu membuat dada Hyunjin terasa sesak. Ingin sekali Hyunjin merengkuh Aeri dalam dekapannya.

"Kakak bohong, kan!" kali ini nada bicara Aeri meninggi, bahkan sampai membuat pengunjung cafe menoleh kearahnya.

Hyunjin menggeleng. "Aku serius."

Air mata kembali jatuh di kedua pipi Aeri. Segera Aeri menghapusnya dengan kasar. "Kenapa kakak minta mengakhiri hubungan? Apa salah aku?" tanyanya lirih.

Hyunjin menatap Aeri lekat. "Aku bosan. Sikap kamu terlalu childish untuk menjadi pasangan aku," jawabnya berbohong.

Seketika Aeri tersenyum kecut. "Bosan? Childish?" Hyunjin mengangguk. "Aku bisa merubah sikap itu. Apa tidak bisa kita bicarakan baik-baik? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Aeri bisa memperbaiki sikap Aeri. Kakak tinggal bilang, Aeri akan berubah," lanjutnya dengan mengigit bibirnya. Aeri berusaha untuk tidak terisak.

Hyunjin memejamkan matanya. "Kak, Aeri mohon...jangan seperti ini. Aeri akan berubah, Aeri janji," mohon Aeri dengan memelas. "Please...jangan kaya gini," lanjut Aeri dan menundukkan kepala.

Hyunjin diam seribu bahasa. Ia sangat-sangat sakit melihat Aeri menangis karenanya.

Hyunjin tidak ingin melihat Aeri menangis. Ia bangun dari duduknya, membuat Aeri mendongakkan kepala dan menahan lengan Hyunjin.

"Aeri minta maaf. Aeri akan berubah. Kakak jangan pergi, Aeri nggak mau putus," lirihnya dengan air mata yang semakin mengalir.

Hyunjin menatap lengannya yang di cengkram Aeri dan beralih menatap Aeri setelahnya, ia menepis lengan Aeri pelan.

"Nggak bisa. Keputusan— saya sudah bulat," balas Hyunjin dan meninggalkan Aeri yang mematung di tempat.

Hyunjin meninggalkan Aeri yang menangis dengan pilu.

"Sakit..." isakan terdengar dengan Aeri meremat dadanya agar rasa sakit hatinya berkurang namun, semua itu tidak akan berpengaruh untuknya.

"Maaf, Aeri. Aku terpaksa," gumam Hyunjin yang belum meninggalkan kafe. Pria itu bersembunyi untuk memastikan keadaan Aeri.

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now