07

12K 1.2K 11
                                    

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Suzy dan Minho berlarian di koridor rumah sakit setelah mendapatkan kabar bahwa anak gadisnya mengalami kecelakaan.

"Permisi, dengan pasien Lee Aeri. Sekarang berada dimana?" tanya Suzy panik. Raut wajahnya terlihat begitu khawatir.

"Sebentar, saya cek dulu di daftar pasien," jawab seorang perawat dan langsung melihat di buku daftar pasien. "Pasien mengalami yang kecelakaan sedang berada di ruangan IGD," lanjutnya.

Suzy dan Minho segera ke ruangan IGD. Mereka ingin sekali melihat keadaan putrinya.

Setelah berada di depan ruangan IGD. Suzy dan Minho langsung masuk ruangan. Mereka langsung melihat Aeri yang terbaring di bangkar dengan perban di kaki dan tangannya. 

Suzy menutup mulutnya, ia tidak percaya putri kesayangannya terluka.

Seorang perawat yang berjaga mendekati mereka. "Dengan keluarga pasien?" tanyanya.

Suzy mengangguk. "Ya, saya keluarganya."

"Pasien mengalami kritis beberapa menit yang lalu namun, sudah melewati masa kritisnya dan sekarang kami ingin memindahkan pasien ke ruang rawat. Kami butuh persetujuan dari keluarga pasien," ucap perawat itu.

Suzy mengerti. "Lakukan dan berikan ruangan yang terbaik untuk putri saya," balasnya.

Perawat mengangguk. "Untuk perwakilan, silahkan ikut dengan saya untuk mengisi administrasi. Saya akan jelaskan semuanya."

Lee Minho yang akan mengurus semuanya. Sedangkan Suzy menemani putrinya di ruangan IGD sebelum di pindahkan menuju ruang rawat.

Perawat dan Lee Minho sudah keluar ruangan. Menyisahkan Suzy bersama Aeri yang terbaring lemah di bangkar.

"Sa-sayang," ucap Suzy tertahan dengan mengelus pipi Aeri lembut. Wanita itu benar-benar lemah saat dihadapkan dengan keadaan putrinya yang terbaring sakit. "Kamu kenapa sayang? Bunda nggak suka kamu kaya gini," lirihnya dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Seorang pria dengan balutan jas putih mendekati bangkar Aeri. "Permisi. Saya dokter Hwang Minhyun yang menangani pasien," ucapnya memperkenalkan diri.

Suzy menoleh dan menghapus air matanya. "Apakah anda keluarga pasien?" tanya Minhyun ramah.

"Ya, saya orang tuanya," jawab Suzy cepat.

Minhyun mengangguk. "Boleh ikut ke ruangan saya. Ada yang ingin saya bicarakan pada anda tentang keadaan pasien," ucapnya terdengar serius.

Suzy mengangguk. "Tunggu suami saya datang," balasnya.

"Baiklah. Kalau suami anda sudah datang. Anda bisa datang keruangan saya," pesan Minhyun.

Suzy kembali mengangguk.

Setelah mengurus administrasi selesai. Minho dan Suzy mendatangi ruangan Minhyun. Kedua pasangan suami istri itu menatap Minhyun dengan serius.

"Ada apa dok?" tanya Suzy penasaran. Begitupun Minho.

"Saya akan menjelaskan keadaan tentang putri anda," ucap Minhyun langsung.

Minho dan Suzy menatap satu sama lain, sebelum kembali menatap Minhyun dengan serius.

"Di lihat dari cedera dan luka yang di dapat pasien. Pasien mengalami patah tulang pada bagian pergelangan kaki kanannya," lanjut Minhyun menjelaskan. Tentu ucapan Minhyun membuat Suzy dan Minho mematung di tempat. Mereka terkejut, bagaimana nanti jika Aeri tahu kaki yang menjadi perjuangannya mendapat gelar 'queen of basketball' akan sirna dalam sekejap. Aeri sangat menyukai basket, tidak pernah sehari pun gadis itu melewatkan olahraga basketnya.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now