23

10.7K 1.1K 70
                                    

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Mereka tiba di taman rahasia yang sudah Aeri dan Jeno rahasiakan dari orang banyak, hanya orang terdekat mereka yang mengetahui taman rahasia ini. Karena sedikit menyeramkan saat melihat dari luar.

Aeri keluar mobil diikuti Jeno dan Sihyeon

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.


Aeri keluar mobil diikuti Jeno dan Sihyeon. Raut wajah Aeri terlihat datar dari semenjak di sekolah.

"Ini tempat apa?" tanya Sihyeon dengan menggandeng lengan Jeno erat.

Aeri tersenyum miris dan mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan mereka.

"Nanti kamu juga tahu," jawab Jeno dengan menggenggam erat tangan Sihyeon.

Aeri menghela napas dan memilih masuk lebih dulu ke taman rahasia. Saat sudah di dalam Aeri langsung duduk di kursi taman.

Raut wajah Aeri berubah sedikit ceria saat mengingat masa kecilnya bersama Jeno

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Raut wajah Aeri berubah sedikit ceria saat mengingat masa kecilnya bersama Jeno. Dulu sekali, ia dan Jeno sering berkunjung ke taman ini sampai sore hari. Karena susananya yang nyaman dan tenang.

Aeri melihat ke sekitar taman yang sudah terlihat tinggi rumput liarnya.

Menghela napas pelan saat melihat kedatangan Jeno bersama Sihyeon.

"Jeno mau apa ajak aku ke sini?" tanya Aeri langsung dengan tatapan datarnya. Ia tidak boleh lama-lama di sini. Hatinya akan semakin sakit.

"Aku mau kasih tahu kamu sesuatu penting," jawab Jeno dengan mata berbinar.

Kening Aeri mengkerut. "Apa?"

Jeno melirik Sihyeon sejenak kemudian tersenyum. "Aku dan Sihyeon mau tunangan," jawabnya yang seketika membuat Aeri mematung. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Ia tidak bisa menahan rasa sesaknya lagi. Semua ini sudah keterlaluan.

"Aeri?" tanya Jeno dengan melambaikan tangan di depan wajah gadis itu.

Aeri tersadar dan mengerjap dengan senyuman miris. "Se-selamat, a-aku senang dengarnya," balasnya berbohong. Jeno semakin melukai hati Aeri. "Tahan, jangan di sini Aeri. Kamu harus kuat," ucapnya dalam hati dengan menyemangati dirinya sendiri.

Menarik napas dan menghembuskan perlahan. "A-ada lagi?" tanya Aeri. Ia ingin segera pergi dari tempat ini.

Jeno menggeleng kepala. "Ya—sudah, aku mau pulang," lanjut Aeri dan bangun dari duduknya.

"Ehh, pulang sama siapa? Di sini nggak ada siapa-siapa dan jauh dari kendaraan umum?" tanya Jeno dengan nada khawatir.

Aeri menghapus air matanya yang ingin jatuh. Jeno tidak boleh tau. "Ada kak Felix. Dia udah jemput aku," jawab Aeri dengan senyuman terpaksa. Kemudian, menatap Sihyeon.

"Aku pulang dulu...." jeda Aeri mengigit bibirnya. "Have fun. Mungkin tempat ini akan jadi destinasi kamu bersama Jeno," lanjutnya lirih. Ia akan digantikan oleh cewek itu.

"Kamu yakin mau pulang?" tanya Jeno lagi.

"Hmm," balas Aeri dan langsung pergi meninggalkan Jeno dan Sihyeon. Aeri sudah tidak tahan untuk menangis. Dadanya sudah terasa sesak.

Saat Aeri berjalan cepat keluar taman, ia tidak sengaja menabrak seseorang membuat tubuhnya terhuyung dan terjatuh. Saat terjatuh tangis langsung Aeri pecah. Kedua tangannya menutup wajah agar orang lain tidak bisa melihatnya menangis.

"Ehh! Kamu kenapa dek?!" Suara Felix terdengar dengan menggenggam kedua lengan Aeri. Nadanya terdengar sangat khawatir.

"Hiks...sakit." Menangis Aeri.

Felix semakin panik. "Apa yang sakit? Kaki kamu?" tanya Felix dengan mencoba membuka tangan Aeri agar dapat melihat wajah sang adik.

"Coba saya lihat." Kini suara Hyunjin yang terdengar. Pria itu mensejajarkan posisinya pada Aeri dan langsung periksa kaki gadis itu.

Aeri tidak merespon, ia tetap menangis.

"Sayang, apa yang sakit ?" tanya Felix lagi dengan lembut agar Aeri mau meresponnya.

Aeri menyingkirkan tangannya dari wajah dan menatap Felix dengan air mata yang mengalir dengan deras.

"Di—di sini...." tunjuk Aeri pada bagian dadanya dan mencengkeramnya.

Felix yang melihatnya tidak tega. Tangannya langsung bergerak untuk menghapus air mata yang jatuh di pipi adiknya.

"Hatiku, kak," lanjut Aeri lirih dan setelahnya kembali menangis.

"Hati?" gumam Felix yang belum mengerti namun, berbeda dengan Hyunjin. Pria itu tau apa maksud dari Aeri.

"Dia ke sini sama siapa?" tanya Hyunjin berbisik pada Felix. Terlihat dari tatapannya berubah serius.

"Jeno," balas Felix tanpa menatap Hyunjin, karena fokusnya hanya tertuju pada Aeri.

Felix kembali menenangkan Aeri. "Kita ke rumah sakit ya," ucapnya cemas.

Aeri menggeleng. "Nggak...mau," balasnya masih diselingi tangisan.

"Gue, tau," sambung Hyunjin membuat Felix menoleh bingung. "Bawa adik lo ke mobil. Gue ada urusan. Tunggu sepuluh menit, gue bakal balik," lanjutnya.

"Hah?" Felix masih belum mengerti namun, Hyunjin sudah lebih dulu pergi untuk masuk ke area taman.

"Kak...a-aku mau pulang," isak Aeri memohon.

Felix mengangguk dan langsung menggendong Aeri ala bridal style menuju ke mobil. "Kita ke mobil dulu," ucapnya lembut.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ



Vote, share and Comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum