10

12.6K 1.2K 13
                                    

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ


Aeri tiba di ruangan rontgen bersama dengan Hyunjin. Saat memasuki ruangan, seorang perawat langsung membantu Aeri.

"Mari nona, saya bantu naik," ucap perawat agar Aeri mudah saat naik ke alat rontgen.

Aeri mengangguk tetapi, ia kesulitan karena perawatnya perempuan jadi tenaganya untuk membantu Aeri tidak sepenuhnya membantu.

"Aww!" ringis Aeri pelan saat tangannya tidak sengaja tersenggol lengan perawat yang membantunya.

Hyunjin yang lagi membaca berkas menatap Aeri yang terlihat kesakitan.

"Maaf nona," ucap perawat merasa bersalah.

Aeri masih merasakan kesakitan namun, berusaha tersenyum agar perawat itu tidak merasa bersalah.

"Saya saja," ucap Hyunjin mengambil alih lengan Aeri dari perawat itu.

Perawat mengangguk dan melepaskan tangan Aeri.

Aeri mengerjapkan mata. Tiba-tiba perasaan gugup melanda. Pria itu membantunya untuk naik ke alat rontgen namun, sayangnya alat itu terlalu tinggi membuat Aeri kesulitan untuk naik.

"Em, aku kesu—"

Ehh?

Lagi- lagi Aeri terkejut saat pria itu menggendong dirinya dan mendudukkan nya di alat rontgen dengan mudah.

"Te-rima kasih," ucap Aeri canggung.

"Hmm," balas Hyunjin singkat dan kembali pada kegiatannya.

Selagi menunggu Hyunjin selesai dengan berkas-berkasnya. Aeri menatap pria itu dengan lekat. "Tampan," ucapnya dalam hati. Aeri tidak berbohong, wajah pria itu begitu tampan apalagi saat sedang serius.

"Bersiap," ujar Hyunjin membuat Aeri tersadar dan mengalihkan tatapannya. Hampir saja ketahuan.

Beberapa menit berlalu. Aeri telah menyelesaikan rontgen nya. Gadis itu berusaha untuk duduk namun, karena tangannya yang juga cidera membuatnya kesulitan.

Hyunjin menghela napas dan kembali menggendong Aeri pada kursi roda. Kedua pipi Aeri merona, pria itu begitu peka dengan kondisinya.

Tiba-tiba pintu ruangan rontgen terbuka. Aeri dan Hyunjin menoleh.

"Sudah rontgennya? Maaf ya tadi kakak ada pasien," ucap Felix tidak enak dengan Aeri. Padahal ia sudah berjanji akan menemani gadis itu saat rontgen.

Aeri tersenyum. "Nggak apa-apa, kak."

"Gimana kondisinya sekarang?" tanya Felix pada Hyunjin.

"Belum ada perubahan," jawab Hyunjin datar.

Aeri yang mendengarnya menjadi murung. Felix yang paham langsung menatap Aeri. Ia ikut merasa sakit melihat adik tersayangnya seperti ini.

"Dek, kita jalan-jalan yuk!" ajak Felix agar Aeri tidak sedih.

Aeri merubah raut wajahnya menjadi ceria. Ia tak ingin Felix ikut merasakan sedih.

"Boleh," jawab Aeri dan menatap Hyunjin. "Terima kasih," lanjutnya. "Ayoo, kak." Felix membantu Aeri mendorong kursi roda. Tanpa di sadari Felix. Aeri kembali memasang wajah sendunya. Sedangkan Hyunjin, ia tidak sengaja melihat perubahan wajah gadis itu.

"Jin, gue bawa Aeri jalan-jalan dulu ya," pamit Felix.

Hyunjin yang tadinya menatap Aeri mengalihkan tatapannya pada Felix. "Hmm."

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now