Seungmin menepuk bahu Hyunjin. "Sabar, gue yakin Aeri pasti mau ketemu sama lo. Tapi, belum waktunya," ucapnya memberikan semangat.

"Gue kangen sama dia. Gue mau lihat senyumnya, tawanya, wajah polosnya," balas Hyunjin lirih.

"Gue sarankan, kalau mau ketemu Aeri pas Felix nggak ada di sampingnya," ucap Seungmin lagi.

Ada benarnya juga saran Seungmin.

"Nanti gue coba," balas Hyunjin ada harapan.

Seungmin mengangguk. "Bro, gue tinggal, ya. Sudah waktunya jam praktek gue. Jangan berkelahi sama Felix," pamitnya dengan senyum jahil, agar Hyunjin tidak terlarut dalam kesedihan.

Hyunjin menghela napas. "Ngapain gue berantem," balasnya jengah.

"Kali aja," ucap Seungmin kemudian, menepuk bahu Hyunjin. "Lo lebih baik menurut sama Felix kalau mau dapat restu lagi dari dia," lanjutnya memberi saran. 

"Sudah sana lo pergi," kesal Hyunjin karena cerewetnya pria itu.

Seungmin tertawa. "Ya sudah, gue pergi,." pamitnya dan meninggalkan Hyunjin yang masih berdiri di depan pintu kamar Aeri.



ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

"Bunda" panggil Aeri

"Iya sayang." Suzy yang sedang membaca majalah mengalihkan atensinya pada Aeri.

"Jalan-jalan di rumah sakit yuk! Aeri bosan nih," ucapnya dengan nada lucu.

Suzy yang gemas mengelus surai hitam putrinya. "Ayoo," ajaknya dan menggandeng lengan Aeri dengan erat sedangkan Aeri menidurkan sedikit kepalanya ke bahu kanan Suzy dengan manja. Tubuh Aeri sudah agak segar, wajahnya juga sudah tidak terlalu pucat.

Aeri keluar kamar dan berjalan di koridor rumah sakit bersama sang bunda. Sesekali perawat menyapa Aeri karena memang mereka kenal Aeri, setelah menjadi pasien dari Hwang Hyunjin.

"Hai, Aeri," sapa seseorang membuat Aeri dan Suzy menghentikan langkah dan menoleh.

Aeri langsung tersenyum. Berbeda dengan sang bunda yang mengerutkan kening.

"Halo, kak Carel," balas Aeri.

"Siapa?" bisik Suzy penasaran.

Aeri menatap sang bunda sejenak. "Kakaknya, dokter Hyunjin," jawabnya.

Carel menatap Suzy dan tersenyum dengan membungkukkan tubuh sedikit. "Saya, Hwang Carel. Salah satu dokter di rumah sakit ini," ucapnya memperkenalkan diri.

Suzy tersenyum. "Lee Suzy. Bundanya, Aeri," balasnya.

Carel mengangguk dan tatapannya berubah terkejut saat melihat pakaian yang digunakan Aeri.

"Aeri sakit apa?" Terlihat jelas di wajah Carel khawatir.

"Demam dan kecapean," jawab Aeri.

Carel menghela napas lega, ia kira sakit Aeri parah.

"Biasa dok, kecapean. Putri saya memang suka keras kepala," sambung Suzy dengan mengelus surai hitam Aeri.

Carel yang juga baru sadar mata Aeri sedikit membengkak. Tapi, ia tidak mempertanyakan itu karena ada Suzy.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now