Aeri terkejut dan menatap Hyunjin. "Santai, bro. Aeri nggak akan di ambil Felix," seru Kyra kesal. Ia sangat mengenal pria itu. Hyunjin akan sangat posesif pada miliknya.

Sedangkan Felix, mendesis. Kalau saja Aeri tidak ada di sini, mungkin Hyunjin sudah di pukul olehnya.

"Eum, kalian lagi PDKT, ya?" lanjut Aeri.

Felix dan Kyra saling tatap kemudian, menggeleng bersama. "Nggak."

Aeri tersenyum tipis. "Nggak untuk sekarang, kalau nanti iya," celetuknya.

Felix mengusak surai hitam Aeri gemas. "Udah mulai berani, hm?"

Aeri merangkul lengan Hyunjin. "Ada kak Hyunjin yang bakal bela aku, wlee!"

Melihat tingkah Aeri, mereka yang di sana tertawa gemas.

Beberapa menit berlalu. Mereka berempat berbincang-bincang, kadang kala Felix membuat lelucon yang membuat Aeri dan Kyra tertawa lepas, sedangkan Hyunjin. Ia hanya fokus menatap Aeri, ia sangat suka melihat Aeri tersenyum dan tertawa.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

"Terima kasih, kak, sudah mau temeni aku seharian penuh," ucap Aeri dengan senyuman manis.

Hyunjin mengangguk dan mengusak  surai hitam Aeri. "Kemana pun kamu pergi, aku akan temani," balasnya membalas senyuman Aeri.

Aeri kembali tersenyum. "Mampir dulu yuk," ajaknya, padahal jam sudah menunjukan pukul sembilan malam.

"Ya sudah. Tapi sebentar aja, ya," terima Hyunjin.

"Yeah!" Bahagia Aeri.

Aeri masuk lebih dulu diikuti Hyunjin di belakang. Tiba di ruang tamu, Aeri mempersilahkan Hyunjin untuk duduk.

"Mau minum apa?" tanya Aeri.

"Apa aja boleh," balas Hyunjin.

Aeri mengangguk dan menuju dapur untuk membuatkan minum. Beberapa menit kemudian, Aeri telah kembali dengan dua gelas ice lemon tea di tangannya dan duduk di sebelah Hyunjin.

"Mau nonton nggak kak?" tanya Aeri.

"Boleh," jawab Hyunjin, sebenarnya ia ada praktek malam. Tetapi, karena dirinya tak ingin mengecewakan Aeri. Ia memilih mengabarkan sang kakak Carel untuk menggantikan tugasnya malam ini.

"Mau nonton apa?" tanya Aeri dengan membuka album film.

"Horror gimana?" tanya Hyunjin semangat.

"Okeeh, siapa takut!" jawab Aeri.

Hyunjin tersenyum tipis, Aeri langsung menyetel film di tv ruang keluarga. Setelahnya, ia kembali duduk di sebelah Hyunjin. Menyenderkan pungungnya pada sofa dengan menyilang kakinya dan memeluk bantal.

Film dimulai, sebenarnya Aeri tidak terlalu suka horror namun karena permintaan Hyunjin, ia tidak bisa menolaknya. Aeri tidak suka di bilang penakut nantinya.

Duar!

Tiba-tiba suara petir menggelegar terdengar membuat Aeri terkejut bukan main. Sangking terkejutnya, Aeri memeluk lengan Hyunjin erat dan memejamkan matanya. Ia sangat ketakutan bahkan tubuhnya gemetar.

Hyunjin menoleh dan menatap Aeri khawatir. "Kamu kenapa, hm ?" tanyanya lembut dengan mengelus surai hitam Aeri.

"Ta-takut kak," jawab Aeri gemetar.

Hyunjin mematikan film nya dan menatap Aeri yang masih memeluk lengannya. "Ada aku di sini. Nggak usah takut, ya," ucapnya lembut, memberikan ketenangan.

Aeri mengangguk pelan. "Sini" seru Hyunjin melepaskan tangan Aeri dari lengannya dan berganti dengan merentangkan kedua tangannya.

Hyunjin langsung m memeluk Aeri dan menyenderkan kepala gadis itu pada bahunya.

"Masih takut, hm?" tanya Hyunjin.

Aeri menggeleng kepala.

Klek!

"Aaaa!"

Tiba-tiba lampu padam. Rumah Aeri gelap gulita. Aeri yang sangat takut kegelapan semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Hyunjin.

Hyunjin sempat tersentak karena lampu padam dan pelukan Aeri yang tiba-tiba mengerat. Tetapi, ia tidak boleh ikut terkejut karena Aeri akan semakin ketakutan.

"Di rumah kamu ada lampu emergency?" tanya Hyunjin.

"A-ada, tapi ruangan di belakang," ucap Aeri sedikit gemetar.

Hyunjin mengelus pucuk kepala Aeri, memberikan ketenangan. "Mau di sini, apa ikut aku cari lampu emergency?"

"I-ikut," jawab Aeri pelan.

Hyunjin mengangguk dan membantu Aeri untuk berdiri. Mereka berdua melangkah menuju ruangan yang di bilang Aeri.

"Kak," ucap Aeri takut.

"Kalau kamu takut pejamkan mata aja. Aku yang bakal menuntun kamu berjalan," seru Hyunjin.

"Serius? Nggak apa-apa?" tanya Aeri menatap Hyunjin walaupun tidak kelihatan sama sekali.

"Iya sayang," balas Hyunjin  lembut.

"Ya sudah—aku pejamkan mata," ucap Aeri.

Hyunjin mengangguk, walaupun Aeri tidak melihatnya karena gelap.

Aeri telah memejamkan matanya dan Hyunjin mulai menuntun Aeri berjalan.

"Ruangan dimana?" tanya Hyunjin dengan melangkah ke ruangan belakang rumah Aeri.

"Dekat taman kak," jawab Aeri.

Hyunjin mulai melangkah menuju ruangan dekat taman, tidak lupa menuntun Aeri agar tetap bersamanya.

"Bibi kemana?" tanya Hyunjin.

"Nggak tagu kak. Biasanya jam segini ada di kamarnya, setrika baju," jawab Aeri.

Hyunjin mengangguk. Ia bersyukur telah mampir sebentar ke rumah Aeri. Jika saja ia tidak main, Aeri pasti akan ketakutan.

"Kak, awas ya ada tang—"

Bruk!

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now