"Kak-Hyun-jin," lirih Aeri bergetar. Aeri sudah ingin menangis.

Hyunjin menunduk, menatap Aeri yang sudah siap ingin menangis. "Jangan di sini, buktikan kalau kamu kuat," bisiknya dengan mengelus punggung Aeri.

Aeri membalas pelukan Hyunjin dengan erat dan mengangguk kecil. Kini tatapan Hyunjin tertuju pada Jeno.

"Lo lagi," seru Jeno tidak santai.

"Kenapa?" tanya Hyunjin balik dengan tatapan tajamnya.

"Gue masih ada urusan sama Aeri, mending lo pergi!" seru Jeno ketus dan ingin menarik tangan Aeri agar Hyunjin melepaskan pelukannya namun, Hyunjin semakin mengeratkan pelukannya dan menepis tangan Jeno. "Don't touch. Jangan buat Aeri tambah sakit sama sikap kamu," serunya dengan penekanan.

Jeno menaikan alisnya. "Maksud lo apa?!" tanyanya.

Hyunjin menghela napas jengah. Cowok itu masih saja tidak menyadari perasaan Aeri.

"Ka-kak...a-aku mau pulang," bisik Aeri lirih dengan tubuh gemetar.

Hyunjin yang mengerti langsung mengangguk pelan. Sepertinya Aeri sudah ingin menangis. "Tunggu sebentar, ada yang ingin saya sampaikan sama teman kamu," balasnya berbisik juga.

Aeri mengangguk kecil dan Hyunjin kembali menatap Jeno. "Saya kira kamu murid pintar. Nyatanya IQ kamu di bawah rata-rata," ucap Hyunjin sarkas dan kini beralih menatap Sihyeon. " Kamu pacarnya bukan?" Sihyeon mengangguk pelan. "Kamu tanya masalahnya ke pacar kamu. Jangan mendesak Aeri. Kalau kamu pintar, saya yakin kamu akan mengerti maksud saya," lanjut Hyunjin membuat Sihyeon terdiam.

Setelah Hyunjin bicara panjang lebar. Ia melepaskan pelukannya dan merangkul bahu Aeri, membawa gadis itu pergi dari hadapan Jeno dan Sihyeon.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ






Aeri terdiam dengan menatap keluar jendela mobil saat sudah berada di mobil sekitar sepuluh menit yang lalu. Sedangkan Hyunjin fokus menyetir mobil, namun sesekali ia melirik gadis di sebelahnya.

Mobil Hyunjin tiba di rumah Felix. Saat tau sudah sampai tujuan, Aeri langsung melepaskan sabuk pengaman dan keluar mobil.

"Terima kasih, kak" ucap Aeri pelan dengan menatap Hyunjin sendu. Setelahnya keluar mobil.

Hyunjin mengangguk dan ikut keluar mobil. Ia sedikit khawatir dengan keadaan Aeri yang bisa di bilang tidak baik-baik saja.

Aeri masuk rumah dan sudah di sambut Felix di ruang keluarga

"Aeri, dari mana kamu?" tanya Felix lembut.

"Toko buku. Aku ke kamar dulu, kak," jawan Aeri dengan wajah datar dan langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya.

Felix melihat raut wajah Aeri berbeda dari biasanya. Pasti ada yang tidak beres.

Hyunjin masuk dan bertemu Felix di ruang keluarga.

"Dari mana?" tanya Felix langsung.

"Toko buku," jawab Hyunjin dengan duduk di sofa dan menyenderkan punggungnya pada sofa.

"Aeri kenapa? Dia kaya beda gitu?" tanya Felix memancing.

Hyunjin menghela napas. "Jeno."

"Jeno? Lenapa lagi sama cowok itu?!" tanya Felix tak santai.

"Dia bentak Aeri," jawab Hyunjin dengan memejamkan matanya. Sedikit lelah dengan kejadian di toko buku tadi.

Rahang Felix langsung mengeras. "Apa?! Kok bisa? Gimana ceritanya sampai Jeno bentak Aeri?!" tanyanya lagi.

"Gue nggak tau kenapa tuh cowok bentak Aeri. Saat gue tiba di tempar itu gue sudah melihat Aeri ingin menangis. Makanya Aeri langsung gue bawa pulang," jawab Hyunjin menjelaskan.

Felix menghela napas panjang. "Pasti Aeri demam lagi nanti," ucapnya. "Aeri kalau habis menangis dan memikirkan suatu masalah pasti akan demam tinggi, " lanjut Felix.

Hyunjin diam.

"Nyokap lo gimana kabarnya?" tanya Hyunjin mengalihkan topik.

"Baik, tadi habis tiba di bandara langsung istirahat," jawab Felix.

Hyunjin mengangguk.

"Gue balik. Tugas gue sudah selesai," pamit Hyunjin dan bersiap untuk pulang.

Felix mengangguk. "Thanks, bro. Lo selalu bantu gue," ucapnya.

"Hm, sama-sama," balas Hyunjin dan pergi.

Felix mengantarkan Hyunjin ke pintu keluar namu, saat ingin masuk mobil, Hyunjin menghentikan gerakannya dan menoleh pada Felix. "Kalau lo butuh bantuan gue buat menjaga Aeri lagi. Gue..."jeda pria itu terdiam beberapa detik. "Bakal bantu. Aeri akan aman sama gue," lanjut Hyunjin pelan membuat Felix tersenyum.

"Siap! Gue pasti bakal butuh bantuan lo untuk menjaga adik gue yang cantik," balas Felix dengan senyum jahil.

Hyunjin memutar bola mata malas. "Gue pulang," pamitnya dan langsung masuk mobil dan melajukan mobil keluar kawasan rumah Felix.

Felix menatap mobil Hyunjin yang sudah menjauh. "Aeri. Kamu berhasil meluluhkan si kulkas berjalan."

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now