"Ngapain, kurang kerjaan. Saya masakin kamu karena lapar juga," balas Hyunjin agak ketus.

Aeri cemberut dan memilih kembali menuju ruang keluarga. Begitupun yang lain yang kembali bermain PS. Hyunjin, juga kembali membaca buku.

Aeri yang tidak melakukan apa-apa, melirik Hyunjin yang memang duduk di sebelahnya.

Hyunjin yang sadar sedang di perhatikan menoleh pada Aeri. "Kamu ngeliatin saya?" tanyanya datar.

Aeri mengerjap, ia seperti telah tertangkap basah melakukan kesalahan. "Ge'er banget!" balasnya mencoba untuk tidak terlihat gugup. "Selain galak, kakak juga ge'eran ya?" lanjutnya mendelik.

Hyunjin menghela napas dan memilih mengabaikan Aeri.

Aeri mendesis. "Aku tuh lagi bicara loh?" Kesalnya karena diabaikan.

"Berisik!" seru Hyunjin.

"Ngomel mulu. Cepat tua loh?" gumam Aeri yang bisa di dengar oleh Hyunjin.

"Saya bisa dengar," ucap Hyunjin namun, tatapannya masih tertuju pada buku.

"Emang aku ngomong buat kakak. Orang buat orang lain kok," ucap Aeri acuh.

Tidak ada percakapan lagi setelah itu, Hyunjin sibuk dengan bukunya sedangkan Aeri melamun tidak jelas.

Karena hening, Aeri berusaha mencairkan suasana

"Kakak nggak ada jadwal praktek.?" tanya Aeri lagi dengan menatap Hyunjin lekat.

"Bawel banget," seru Hyunjin menghentikan aktivitasnya dan menatap Aeri tajam.

Aeri mengerjapkan mata. Melihat tatapan pria itu. "Kamu jadi cerewet banget, ya?" lanjut tanya Hyunjin.

Aeri mendengkus. "Aku cuma bertanya. Kalau nggak mau di jawab ya nggak usa ngegas," balasnya sedikit takut.

"Kamu mending pindah tempat duduk. Disana, jangan ganggu saya," seru Hyunjin mengusir Aeri.

Aeri menggelengkan kepala. "Nggak mau! Udah nyaman duduk di sini," balasnya.

"Kalau nggak mau pindah. Kurang-kurangin bawel lo selama duduk di sini!" ucap Hyunjin ketus.

"Nggak mau!" jawab Aeri membuat Hyunjin kesal dibuatnya.

"Nggak mau apa?" balas Hyunjin.

Aeri tersenyum kecil. "Nggak mau jauh-jauh dari kak Hyunjin," jawabnya dengan berkedip imut.

Hyunjin terdiam dengan tatapan dinginnya.

Melihat tatapan itu, Aeri berdehem. "Bercanda elah!" sahut Aeri cemberut.

"Saya anggap itu serius," balas Hyunjin.

Ehh?

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Malam hari. Semua teman-teman Felix sudah pulang. Begitupun dengan Hyunjin. Sedangkan Aeri masih berada di rumah Felix.

"Kak, ayah sama bunda sudah pulang. Anterin Aeri pulang yuk. Sekalian aja kak Felix nginep. Dari pada sendiri di rumah," ucapnya.

Felix mengangguk dan mengusak surai hitam Aeri lembut. "Tapi sebelum pulang mampir ke minimarket dulu, yaa. Kakak mau beli cemilan," balasnya.

"Siap, bos!" balas Aeri.

Felix dan Aeri keluar rumah untuk menuju rumah Aeri. Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah mini market.

"Mau ikut masuk nggak?" tanya Felix dengan melepaskan sabuk pengaman.

"Ikut! Aeri juga mau beli permen jelly," jawab semangat.

Felix mengangguk dan langsung keluar mobil untuk membantu Aeri turun.

"Mau kakak gendong nggak?" tanya Felix.

"Nggak usah. Aeri bisa sendiri," jawabnya.

Felix mengangguk dan berjalan pelan di samping Aeri. Mereka berdua sudah masuk mini market.

"Kak, Aeri ke tempat permen, ya!" ucapnya bersemangat.

"Hmm, kalau ada apa-apa panggil kakak, ya," pesan Felix.

"Okee!" balas Aeri dan melangkah menuju ke tempat permen-permen.

Tiba di rak permen. Aeri menatap sekitar. Mencari permen jelly kesukaannya. "Nah! Ketemu," ucap Aeri senang dan ingin mengambil bungkus permen yang kebetulan berada di rak paling bawah.

Aeri mengalami kesulitan, karena kaki kanannya yang masih di gips.

"Aduh susah banget sih," gumam Aeri kesal sendiri.

Namun, tiba-tiba seseorang datang dan membantu Aeri mengambilkan permen jelly yang diinginkan Aeri.

"Terima ka—Kak Hyunjin?!" terkejut Aeri.

Hyunjin memutar bola mata malas dan mengambil permen yang berada di rak paling bawah.

"Terima kasih, udah mau bantu Aeri ambilkan permen," ucap Aeri lagi.

"Bukan buat kamu, buat saya sendiri," balas Hyunjin santai dan langsung pergi ke tempat lain.

Senyum Aeri seketika luntur dan cemberut. "Ish! Kirain buat Aeri. Dasar nggak peka!" kesalnya karena telah dibohongi.

Aeri kembali berusaha mengambil permen jelly yang tadi. Tapi masih saja kesulitan. "Ish! susah banget sih!" gumam Aeri. Ia berusaha menunduk tapi terganjal dengan tongkat penyanggah dan karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, Aeri terjatuh duduk.

"Ya Allah!" Ringis Aeri histeris sambil menyentuh bokongnya. "Sakit," rengeknya dengan kedua mata berkaca-kaca. Kakinya dan bokongnya terasa sakit.

"Aeri, kamu kenapa?!" Felix langsung mendekati Aeri dengan panik saat mendengar teriakan sang adik.

"Sakit ringis Aeri dengan mengelus bokongnya.

Hyunjin yang juga mendengar Aeri teriak langsung mendekat.

"Sini, kakak bantu," ucap Felix dan membantu Aeri untuk berdiri.

"Pelan-pelan kak," ucap Aeri masih merasakan sakit.

Felix yang mendengar ringisan Aeri, ikut meringis. Ia tidak tega.

"Pelan-pelan makanya," ujar Felix.

Aeri mendengkus. "Aku sudah pelan-pelan. Tetapi susah ngambil permennya," balasnya dan melirik Hyunjin yang hanya diam saja. "Tuh! Teman kakak bukannya bantuin. Malah pergi aja," lanjut Aeri ketus.

Felix melirik Hyunjin dan menghela napas.

"Bukan urusan saya," ucap Hyunjin datar dan pergi meniggalkan Aeri dan Felix.

Aeri mendesis. "Dasar! Es kutub!"

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن