I.N mengangguk. "Kalau God of War, gimana?" tanya Seungmin kali ini.

"Ya, sudah itu aja," jawab Aeri setuju.

Seungmin dan I.N mengangguk. Mereka mulai memulai permainan.

Sepuluh menit berlalu. Aeri mulai bisa menyesuaikan dengan teman-teman Felix. Tidak canggung lagi ataupun malu.

"Awassss!" seru Aeri heboh.

"Kamu maju Aeri!" ucap Seungmin yang juga ikutan heboh.

"Siap kak!" balas Aeri semangat.

Mereka bertiga main PS sampai heboh. Bahkan Chan dan Lino yang hanya menonton mereka main ikut-ikutan heboh. Sedangkan Felix tertidur bersama dengan Changbin di karpet. Han Jisung, sibuk dengan laptopnya mengaransemen musik. Hwang Hyunjin, sibuk membaca buku.

Aeri menghela napas panjang dan meletakan stik PS di lantai setelah menyelesaikan permainannya.

Atensi Hyunjin yang sedang membaca buku langsung teralih pada Aeri.

"Udah ah! capek!" seru Aeri menyenderkan punggungnya di kaki sofa dan mendongakkan kepala menatap langit-langit atap rumah.

I.N dan Seungmin yang melihatnya gemas. "Kalau bukan buat Hyunjin udah gue gebet Aeri dari lama" bisik Seungmin pada I.N.

Aeri melirik Felix yang sedang tertidur. Setelahnya cemberut. "Kak Felix, aku lapar," rengeknya dengan menggoyangkan lengan Felix namun, Felix tidak merespon sama sekali.

Aeri mendesis dan menatap I.N, Seungmin yang pergi menuju taman. Entah mereka mau melakukan apa. Sedangkan Lee Know, Bang Chan sudah pulang lebih dulu setelah ada urusan mendadak.

Di ruang keluarga hanya tersisa Felix, Changbin yang tertidur dan Aeri, Hyunjin yang masih diam satu sama lain.

Aeri melirik Hyunjin yang tepat di belakangnya. Pria itu masih sibuk membaca buku.

Menyentuh perutnya, Aeri merasa sangat lapar. "Lapar, tapi nggak bisa masak, tangannya masih sakit. Kalau minta tolong kak Hyunjin pasti langsung di tolak," ucapnya dalam hati.

Tapi mencoba tidak masalah. Daripada kelaparan.

Aeri menarik napas pelan, sebelum bicara. "Em, kak Hyunjin. Aku boleh mi—"

"Ikut gue," selak Hyunjin bangun dari duduknya dan melangkah menuju dapur.

Mata Aeri mengerjap. Apa pria itu peka?

"Mau makan nggak?" tanya Hyunjin datar saat Aeri hanya terdiam saja.

Aeri mengangguk lucu. "Mau!" jawabnya dan berusaha berdiri.

"Ya sudah ikut. Saya buatkan makan," seru Hyunjin.

Seketika Aeri tersenyum lebar. "Terima kasih, kak!" semangatnya dan langsung mengikuti Hyunjin menuju area dapur.

Tanpa di sadari, seorang Hwang Hyunjin tersenyum kecil saat melihat tingkah Aeri yang menggemaskan.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ


Lima menit berlalu. Aeri hanya berdiri di depan meja bar sambil melihat Hyunjin yang sedang sibuk memotong bahan makanan.

"Suka pedas nggak?" tanya Hyunjin tanpa menatap Aeri.

"Suka!" jawab Aeri semangat.

Hyunjin mengangguk kecil dan kembali sibuk ke kegiatan lain. Sedangkan Aeri menatap pria itu dengan menopang dagu.

Aeri menatap Hyunjin dengan senyuman yang merekah

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.


Aeri menatap Hyunjin dengan senyuman yang merekah. "Kak Hyunjin selain jadi dokter, pinter masak juga, ya," ucapnya yang mulai percakapan.

Hyunjin memilih tidak merespon.

"Oiya! Kakak pernah bilang kalau dulu jadi pemain basket?" lanjut Aeri lagi. "Terus Kecelakaan karena apa aku lupa?"

"Motor," jawab Hyunjin singkat.

Aeri mendesis. "Singkat banget. Lebih spesifik gitu. Kalau aku kan ketabrak. Nah kalau kakak apa?" tanyanya kesal.

Hyunjin menatap Aeri tajam. "Kamu bawel banget. Sama aja seperti Felix. Saya lagi masak, jadi diam aja bisa?" balasnya dingin.

Aeri mengerjap takut. "Ma-af," balasnya dan memilih diam untuk selanjutnya.

Hyunjin kembali memotong bahan makanan namun, karena tidak hati-hati, jari tangan Hyunjin teriris pisau sampai mengeluarkan darah. Aeri yang melihatnya menjadi panik.

"Aduhhh! itu berdarah!" Panik Aeri melangkah mendekati Hyunjin dengan susah payah. Setelah dekat dengan Hyunjin, spontan Aeri hisap darah yang keluar dari jari tangan pria itu.

Hyunjin melebarkan matanya dengan perlakuan Aeri.

Setelah di hisap darahnya, Aeri membawa Hyunjin menuju wastafel untuk di cuci agar darahnya berhenti keluar. "Hati-hati kak," gumam Aeri masih sibuk dengan jari tangan Hyunjin. "Kalau terluka seperti ini mending nggak usah buatkan aku makanan. Aeri nggak mau kakak terluka lagi," lanjutnya terdengar cemas.

Hyunjin langsung terdiam mendengar ucapan gadis kecil ini. "Saya nggak apa-apa," balasnya.

"Ada apa dek?" tanya Felix panik karena mendengar suara Aeri yang agak heboh.

Segera Hyunjin tarik tangannya dari Aeri.

"Ehh! Ini belum aku obat—"

"Saya bisa sendiri," seru Hyunjin dan berjalan ke tempat P3K yang tidak jauh dari area dapur. Sedangkan Felix mengerjap bingung, sepertinya dia telah melewatkan sesuatu.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant