"Biasa aja," jawab Aeri dengan menatap keluar jendela mobil.

"Besok kamu cek up?" ucap Felix.

"Iya, kak," balas Aeri dan melirik kaca pengemudi. Berniat ingin tahu respon pria bernama Hwang Hyunjin itu.

"Kalau capek tidur aja," ucap Felix lagi.

"Hmm."

Aeri yang memang sudah lelah dengan hari pertama sekolah memilih menyenderkan kepalanya pada jendela berusaha memejamkan mata. Tanpa di sadari seseorang yang sedang mengemudi melirik Aeri dari kaca pengemudi. Felix menyadari itu, ia hanya tersenyum kecil.

Sepuluh menit perjalanan. Mereka tiba di rumah Felix.

"Duh! Gue udah kebelet banget nih. Gue minta tolong gendong Aeri, bawa dia masuk ke dalam kamar gue. Gue nggak tega bangunin Aeri," ucap Felix terburu-buru.

"Hyunjin berdecak. " Please, ini udah kebelet banget," lanjut Felix memelas.

Menghela napas kasar. "Ya, sudah," terpaksanya.

Felix tersenyum dan langsung berlari ke dalam rumah. "Thanks!"

Hyunjin mendengkus. Kenapa harus yang harus bawa gadis cerewet ini. Menyebalkan.

Menoleh ke belakang. Hyunjin melihat Aeri yang masih tertidur dengan sangat pulas. Dengan terpaksa, Hyunjin menggendong Aeri ala bridal style dan membawanya masuk menuju kamar Felix.

Hyunjin membawa Aeri dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin melukai Aeri. Memasuki rumah, Hyunjin sudah bisa mendengar suara teman-temannya yang rusuh. Pasti mereka sudah pada datang dan sekarang berada di ruang keluarga.

Hyunjin kembali melanjutkan langkahnya untuk menuju kamar Felix yang kebetulan melewati ruang keluarga. Ruang keluarga yang tadinya rusuh, menjadi hening seketika saat melihat kedatangan Hyunjin dengan seorang gadis dalam gendongannya.

"Ehh, Hyunjin. Aeri kenapa?!" tanya Seungmin khawatir saat melihat Hyunjin yang menggendong Aeri.

"Tidur," jawab Hyunjin singkat dan menaiki anak tangga menuju kamar Felix.

Mendengar jawaban Hyunjin, teman-temannya saling tatapan dan setelahnya tersenyum jahil.

"Akhirnya, ada juga yang bisa lelehin es batu," celetuk Chan tenang.

"Akhirnya si kanebo kering jadi luluh juga," sambung Lee Know.

"Iya, semenjak Aeri jadi pasien Hyunjin. Hyunjin jadi sedikit  perhatian gitu sama Aeri," sambung Seungmin.

"Jarang-jarang loh, Hyunjin mau terima pasien cewek," ceplos Changbin.

Semua mengangguk setuju. "Sekalinya terima pasien wanita umurnya sudah tua," ucap I.N tertawa.

Semua ikut tertawa dan kembali rusuh.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ




Saat Hyunjin menaiki tangga, Aeri menelungkup wajahnya ke dada bidang Hyunjin membuat Hyunjin menghentikan langkah dan menatap Aeri lekat.

Hyunjin bisa mendengar kalai gadis dalam gendongannya sedang mengingau. Menghela napas, Hyunjin kembali berjalan setelah Aeri tidak lagi mengigau.

Hyunjin tiba di depan kamar Felix dan langsung membuka pintu kamar tanpa mengetuk. Melangkahkan kakinya menuju kasur king size milik Felix dan membaringkan Aeri pelan-pelan di atas kasur, setelahnya menarikkan selimut sampai menutupi setengah bagian tubuh Aeri.

"Hyunjin!" ucap Felix yang masuk tiba-tiba, membuat Hyunjin tersentak.

Memejamkan matanya sejenak, Hyunjin menahan kesal karena Felix yang datang tiba-tiba. "Thanks sudah mau bawa Aeri," lanjut Felix dengan melangkah mendekati kasurnya dan menatap Aeri.

"Hmm, gue keluar," balas Hyunjin dan keluar kamar.

Felix mengangguk dan mengelus surai hitam Aeri sebelum ikut keluar untuk menemui teman-temannya di ruang keluarga.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Hyunjin dan Felix sudah berkumpul di ruang keluarga namun, hanya Felix yang ikut rusuh bersama yang lain. Sedangkan Hyunjin berdiam diri dengan membaca buku.

"Jin, gabung sini!" Ajak Lee Know.

"Males," balas Hyunjin singkat.

Mereka semua mendengkus. "Buku mulu. Lo itu sudah pinter. Sini gabung, lagi seru nih," ajak Chan.

Hyunjin menghela napas dan berdiri. "Mau kemana lo?" tanya Felix.

"Toilet," jawab Hyunjin singkat.

Felix mengangguk. Hyunjin segera melangkah menuju toilet yang letaknya dekat dengan dapur.

Hyunjin masuk ke toilet. Lima menit berlalu, Hyunjin keluar namun, dirinya terkejut saat seseorang berdiri di kulkas dengan rambutnya yang di gerai.

Hyunjin mengelus dadanya sejenak dan berdehem.

Sadar akan seseorang di belakangnya, Aeri langsung menoleh dan seketika tersenyum. "Hai, kak Hyunjin!" sapa Aeri lucu dengan menyuapkan roti ke dalam mulutnya.

"Hmm," dehem Hyunjin cuek.

Aeri cemberut dengan respon pria itu. "Mau nggak?" tawar Aeri dengan roti yang masih utuh di tangan kanannya. Berniat mengubah suasana yang canggung.

Hyunjin menggeleng kepala namun, ia melangkah ke arah kulkas dimana tempat Aeri berdiri karena ingin mengambil minuman dingin.

Aeri yang melihat Hyunjin melangkah mendekatinya, jadi memundurkan langkah. "Mau ngapain nih orang?" ucapnya dalam hati.

Hyunjin tersenyum tipis. Sangat tipis, saat melihat Aeri yang terlihat gugup.

"Minggir," tekan Hyunjin dengan sedikit mendorong tubuh Aeri pelan ke samping.

Untungnya Aeri bisa menyeimbangkan tubuhnya kalau tidak, dia bisa terjatuh.

Aeri mendengkus. "Nggak usah dorong bisa nggak?! Nanti kalau aku jatuh gimana?! Cideranya makin parah gimana?!" ucapnya lucu dengan nada kesal.

Hyunjin menghela napas namun, masih mencari minuman dingin di kulkas Felix. Setelah menemukannya, Hyunjin menutup pintu kulkas dan menatap Aeri datar.

"Saya dokternya. Jadi kalau kamu jatuh karena saya, tinggal di obatin lagi. Gampang, bukan?" balas Hyunjin santai dengan kalimat kakunya itu.

Aeri mendesis. Pria itu sangat susah sekali diluluhin. Menyebalkan.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, shareand comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now