"Dan cidera yang di dapat pasien sangat parah. Pergelangan tangannya pasien juga ada yang retak," lanjut Minhyun lagi.

Tubuh Suzy dan Minho langsung lemas. Mereka tidak bisa membayangkan, bagaimana jika putrinya tahu akan fakta ini.

"Saya akan memberikan hasil rontgen pada keseluruhan tubuh pasien nanti, supaya kalian tahu bagian mana saja yang mengalami cedera parah."

Suzy dan Minho hanya bisa mengangguk pasrah. Mereka masih tidak percaya bahwa putrinya akan kehilangan cita-citanya menjadi pemain basket international.

"Untuk penyembuhan cedera tulang pasien akan ada dokter khusus yang menanganinya. Mereka yang akan merawat pasien sampai sembuh."

Tubuh Suzy dan Minho menegak. "Lakukan yang terbaik. Kami akan bayar berapapun agar anak kami kembali sehat," ucap Minho penuh harapan.

Minhyun tersenyum dan mengangguk. "Tentu, kami sebagai dokter akan bekerja keras untuk kesembuhan pasien," balasnya.

"Terima kasih, saya akan serahkan kesembuhan putri saya pada dokter. Tolong lakukan yang terbaik untuknya," ucap Minho lagi dengan berjabat tangan. Minho sangat berharap pada Minhyun.

Suzy dan Minho keluar ruangan setelah selesai dengan urusannya. Mereka berjalan lesu. Bagaimana perasaan putri kesayangannya nanti jika tahu tidak akan bisa bermain basket lagi.

"Tante Suzy," ucap seseorang saat tidak sengaja berpapasan dengan Suzy dan Minho.

Suzy menoleh dan seketika mengerjap. "Felix."

Lee Felix tersenyum. "Tante, ada apa ke sini?" tanyanya penasaran. "Apa ada yang sakit?"

Suzy menatap Felix sendu. "Aeri. Aeri mengalami kecelakaan," jawab Suzy bercerita.

Mendengar ucapan Suzy, raut wajah Felix berubah terkejut. "Kok bisa?! Bagaimana kejadiannya? Terus sekarang Aeri dimana?" tanyanya bertubi-tubi.

"Tante tidak tahu kejadiannya bagaimana. Tante langsung dapat kabar dari rumah sakit. Mungkin nanti tante akan cari info tentang kejadiannya jika Aeri sudah sedikit membaik," jawab Suzy. "Aeri sekarang berada di ruang rawat. Baru saja di pindahkan setelah dapat penanganan," lanjutnya.

"Tante. Felix mau ketemu Aeri," ucap Felix cemas.

"Bareng saja. Tante juga mau ke sana," ucap Suzy.

Mereka bertiga menuju ruang rawat. Tiba di ruang rawat, Suzy dan Minho memberikan ruang untuk Felix melihat keadaan putri mereka.

Wajah Felix langsung sendu saat melihat keadaan adik kesayangannya yang terbaring lemah di ranjang.

"Aeri," panggil Felix lirih saat duduk di sebelah bangkar. Tangannya menggenggam tangan Aeri yang terasa begitu dingin. "Kenapa bisa kamu seperti ini," lanjutnya. "Kakak nggak suka kamu sakit."

Ketukan pintu terdengar. Seorang perawat datang. "Per—selamat malam dokter Felix," sapa perawat saat melihat keberadaan pria itu di ruang rawat pasien.

Felix mengangguk namun, tidak mengalihkan tatapannya dari ke Aeri.

"Kami akan periksa keadaan pasien," ucap perawat itu.

Felix memberikan ruang untuk perawat itu. Sambil menunggu perawat itu selesai melakukan pengecekan. Felix memulai percakapan dengan Suzy.

"Tante. Apa kata dokter tentang keadaan Aeri?" tanyanya khawatir.

Suzy menghela napas pelan. "Cidera kakinya parah. Tangannya juga ada yang retak tetapi, untung di bagian kepala masih aman walaupun ada sedikit luka di keningnya," jawabnya menjelaskan.

Mendengar cidera kaki. Felix langsung terpikir oleh sahabatnya itu. Hwang Hyunjin. Pria itu dokter ortopedi.

"Felix punya teman yang ahli dalam cidera tulang. Mungkin Felix akan meminta bantuan pada dia untuk penyembuhan Aeri," ucapnya.

Suzy tersenyum. Merasa lega saat mendengar ucapan anak dari kakaknya. "Terima kasih atas bantuanmu, Felix."

"Sama-sama tante. Kalau begitu saya permisi," pamit Felix dan keluar ruangan. Felix harus menemui Hyunjin sekarang juga.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ



"Ayah cari dokter yang lain aja. Jangan Hyunjin," tolak pria itu keras kepala. Suasana ruangan Hyunjin berubah tegang setelah lima belas menit berlalu.

"Hyunjin. Kali ini saja kamu menurut sama ayah. Bantu ayah, ya," balas Minhyun memelas. Pria paruh baya itu akan menampilkan wajah memelasnya jika keinginannya tidak terkabulkan. Sedangkan Hyunjin yang menjadi penerima wajah itu harus dibuat jengah. Hyunjin tidak bisa menolak, jika ayahnya sudah seperti itu. Hyunjin sangat menyayangi keluarganya.

Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar dari luar ruangan.

"Masuk," Hyunjin.

Pintu terbuka, menampilkan Lee Felix dengan jas khusus dokter. Pria itu masuk dan memberikan hormat sejenak pada Minhyun.

"Selamat malam dokter Minhyun," sapa Felix.

Minhyun tersenyum. "Ada apa, Lix?" tanya Hyunjin langsung.

Felix duduk di sofa dan menatap Hyunjin serius. "Jin, tolong gue," ucapnya sendu.

Melihat tatapan sahabatnya. Alis Hyunjin terangkat, begitupun Minhyun. "Minta tolong apa?" tanya Hyunjin lagi.

"Adik gue kecelakaan dan dia butuh dokter ortopedi," jawab Felix memohon. Terlihat jelas di wajahnya.

"Adik lo? Bukannya lo anak tunggal?" tanya Hyunjin bingung.

"Adek sepupu gue. Lee Aeri. Yang waktu itu pernah gue kenalin," Jawab Felix.

"Lee Aeri?" kali ini Minhyun yang bebicara.

"Iya, om," jawab Felix.

"Jadi Aeri, adik kamu yang kecelakaan?" tanya Minhyun.

Felix mengangguk dan kembali menatap Hyunjin."Pleaseee, tolong gue. Gue sayang banget sama Aeri," sendunya kembali memohon.

Hyunjin menimang-nimang, padahal dia berusaha menolak permintaan ayahnya tetapi, ternyata gadis SMA itu adalah Aeri, adiknya Felix. Gadis yang sempat bertengkar dengannya di restoran beberapa hari yang lalu.

"Jin, gimana? Lo pasti mau tolong gue kan?" tanya Felix penuh harapan.

Hyunjin menghela napas. "Ya—sudah, terpaksa gue terima," pasrahnya, membuat Minhyun dan Felix tersenyum lega.

"Terima kasih," ucap Felix.

"Hmm," balas Hyunjin singkat. Ia mulai memikirkan bagaimana kedepannya saat ia bertemu dengan gadis cerewet dan tidak sopan itu.



ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ



Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Where stories live. Discover now