DILEMA TNI: PERANG SAUDARA, KONFLIK INTERNAL, DAN DIKTATOR BARU

159 3 0
                                    

Mulai hari ini, Tentara Negara Indonesia harus memandang ke depan. Setelah pemerintahan dan negara yang goyah dengan permasalah inti yang tak akan terselesaikan sampai selesainya masa jabatan presiden hari ini. Para tentara harus menengok ke begitu banyaknya pekerjaan yang harus mereka lakukan. Berperang demi mengatasi gejolak yang kelak akan menyebar kemana-mana.

Tentara juga manusia dan memiliki hati. Mereka juga bisa bersikap. Banyak orang selalu mengatakan bahwa tentara tidak boleh mencampuri politik. Tapi kelak para tentara harus siap kembali memasuki panggung politik setelah masyarakat sipil gagal dan nyaris menghancurkan negara ini dengan sikap antipati, ketidakpedulian, dan korupsi yang disepakati bersama.

Di masa saat ini, tentara masih tak bisa melakukannya. Tapi saat kelak krisis berlanjut, menjadi kian besar dan ancaman perpecahan ada di mana-mana. Ketika masyarakat tak mampu bersikap dan memilih presiden yang tepat. Para tentara harus mengambil alih dan menaruh satu presiden paling kuat demi menyelamatkan Indonesia. Karena ratusan juta masyarakat yang ada, hari ini sama sekali tak peduli dengan negara yang mereka tinggali.

Krisis ekonomi hebat akan membawa negara ini pada kriris politik dan kemanusiaan terparah. Sebagian besar tentara yang belum pernah membunuh sebelumnya. Atau belum siap mengeraskan hatinya sebagai seorang militer yang ada di medan perang. Akan mengalami guncangan hebat dan dilema-dilema yang tak sedikit. Terlebih jika nanti sebagian dari kalangannya mencoba merebut pemerintahan dengan anggapan ingin menyelamatkan negeri ini. Yang jelas, itu akan dikira sebagai makar dan tindakan subversif tingkat tinggi. Apakah seorang tentara akan siap atau malah mundur dan berada di sisi pemerintah yang dianggap gagal total?

Para tentara bukanlah budak masyarakat dan negara saat krisis besar, perpecahan, dan keinginan banyak wilayah ingin melepas diri. Tentara masih bisa mempercayai masyarakat dan anggota legislatif dan eksekutif saat kedua lembaga itu bisa dipercayai. Atau saat masih ada seorang presiden yang begitu kuat, tidak ragu-ragu, dan berani bertaruh dan mengambil konsekuensi segala tindakannya. Jika kelak Indonesia memiliki presiden lemah dan buruk dalam mengambil kebijakan karena tak memiliki dirinya sendiri. Para tentara harus mulai berani bersikap. Sebelum kondisi perpecahan tak terkendali dan kematian semakin banyak.

Saat kelak Indonesia memasuki krisis politik dan perang saudara. Mereka bisa berkomentar pedas bahwa kesalahan berada di tangan masyarakat luas yang abai dan tak peduli. Masyarakat yang tidak mau mencegah masa itu datang dan yang hanya dilakukan hanya menuntut saja. Dan orang-orang berjas di pusat ibu kota yang gagal dan patut disalahkan karena membawa Indonesia di jurang bencana dan perang.

Jadi kelak jika Indonesia memasuki masa kediktatoran dan pembunuhan massal demi menyelamatkan negara ini secara paksa. Maka, tentara tidak bsia disalahkan lebih dulu akan hal itu. Yang perlu disalahkan adalah para politikus, pejabat pemerintah dan seluruh masyarakat yang seharusnya sejak awal mencegah hal itu dan seharusnya berani memaksa pemerintah dan dewan rakyat yang buruk untuk berbenah diri.

Kediktatoran militer adalah dampak nyata dari ketidakmampuan pemerintahan yang berasal dari rakyat dan rakyat itu sendiri.

Yang menjadi dilema berat dan akan sangat merusak adalah perpecahan internal. Yang satu ingin mengambil kekuasaan demi menyelamatkan negara dengan cara apa pun bahkan jika itu dengan tangan besi. Yang lain masih mempercayai demokrasi dan tak menginginkan tentara terlibat terlalu jauh. Yang lain lagi malah akan menjadi bagian dari laskar agama yang mencari kesempatan untuk memerdekan wilayah tertentu atau ingin juga mengganti pemerintahan dengan status agama.

Masalah terberatnya, jika kelak mereka melihat anaknya-anaknya harus diwajibkan untuk ikut dalam kemiliteran. Untuk bertugas maju ke medan perang saja sangatlah berat. Apalagi harus menyaksikan anak sendiri berada di medan perang. Juga, teman seperjuangan yang kelak akan menjadi musuh karena berseberangan pandangan dan ideologi.

Jika Indonesia tidak memiliki presiden yang kuat, pintar, berani, dan bervisi jauh dan faktual. Maka, jalan besar menuju keruntuhan ada di depan mata.

Dengan begitu banyaknya para koruptor di seluruh negeri. Seorang tentara akan tahu, jika krisis terjadi, banyak orang pragmatis akan memanfaatkan situasi demi mengeruk uang dan kekuasaan. Bagi mereka, mendirikan negara sendiri jauh lebih bermanfaat dan bisa menjadikannya orang kaya dan berkuasa dari pada harus berpikir nasionalisme.

Jika orang semacam itu banyak ditambah masyarakat bodoh yang bisa dikendalikan, dikompori, diarahkan, dan mudah dikorbankan. Maka kemungkinan berbagai wilayah ingin lepas di saat bersamaan semakin besar.

Jika demi menyelamatkan bangsa dan keutuhan negara tentara harus memakai kekerasan. Kelak di pengadilan militer, yang perlu diadili dulu adalah pemerintah yang gagal dan membawa kekacauan lebih dulu. Dan masyarakat banyak yang tak peduli.

Jika masyarakat adalah kumpulan orang bodoh, gila, dan abai terhadap kondisi negara mereka. Maka mereka sudah tak memiliki hak untuk mengeluh seandainya bentuk negara kelak menjadi semi diktator atau berdarah-darah. Rakyat yang tak berani mengambil langkah untuk meluruskan wakil rakyat dan pemerintah yang melenceng. Tak memiliki hak untuk mengeluh terhadap kondisi dan pemerintahan baru yang akan datang.

Maka, seorang tentara harus berani mengambil keputusan penting. Menyelamatkan negara ini atau ikut menyaksikan negara ini hancur dan tak mau mengambil sikap. Dia juga bisa abai dan berdiam diri dengan segala konsekuensi yang berani diterima.

Tapi ujian pertama dan dilema awal bagi tentara hari ini adalah berani membunuh sesama warga sendiri demi menciptakan ketertiban dan menjaga kestabilan negeri.

Terlalu banyak warga negara yang hidup sebagai parasit itu tak baik. Melihat kondisi hari ini para tentara harusnya sangat tahu. Bahwa rakyat tak selalu benar dan peduli terhadap negara ini. Terkadang, apa yang disebut rakyat adalah kumpulan orang-orang buruk, egois, dan tak tahu malu. Terlebih saat masyarkat semacam itu lepas tangan atas wakil rakyat dan presiden yang dipilih sendiri.

Apakah tentara masih bisa percaya pada masyarakat semacam itu?

ESAI-ESAI KESEHARIANWhere stories live. Discover now