ANTI-POLITIK

170 9 0
                                    

Politik. Biarlah orang lain yang mengurusinya. Para intelektual. Segenap orang baik. Pakar hukum. Politisi. Negarawan. Sekian banyak aktivis. Para mahasiswa. Dan orang awam yang merasa memiliki keadilan yang berlebih. Kita biarkan saja mereka meracau tentang politik. Sedangkan kita?

Lebih baik tidur. Bermain game. Bersenda gurau. Bermesraan. Jalan-jalan. Menulis tentang diri sendiri. Membuat sketsa atau lukisan aneh. Memperbincangkan hal-hal sepele atau besar tanpa peduli adanya korupsi, perang, ledakan-ledakan, dan kekisruhan yang membuat kepala terasa mau copot saja.

Diam soal politik lebih baik dari pada terus-menerus terlihat sok mengetahui, pengertian, dan simpati tapi nyaris tak bertindak sama sekali. Itu jauh lebih bijaksana dari menghamburkan terlalu banyak kata-kata muluk di media sosial atau televisi bukan? Atau saling mencemooh dan memaki di komentar facebook yang menandakan ketidakdewasaan nyaris dalam segala hal.

Dalam dunia internet hari ini, mendadak banyak orang merasa sok baik. Dan kebaikan mereka terasa sekali kebodohannya dan sangat puas menghina yang tak disukai dan dengan mudahnya berkata bunuh, bakar, hajar, setan, biadab, dan ujaran kebencian setara terang-terangan, yang tak jauh beda sama yang dirinya maki.

Dalam dunia semacam ini, mengamati politik terasa tak lagi penting. Karena jutaan komentator dunia maya jauh lebih parah dan tak bijak dalam bersikap dan menyuarakan pendapat. Ujung-ujungnya, jika dipikirkan lebih jauh, kita akan frustasi dan geleng-geleng kepala. Duh nasib negara ini. Adanya internet membuat seluruh ketololan yang hidup hari ini terbuka lebar-lebar setiap harinya.

Komentar bernada benci nyaris menjadi kebiasaan padahal bermaksud bersimpati dan marah terhadap korban permekosaan, pemenjaraan yang tak adil dan lain-lain. Lalu apa bedanya jika bersimpati tapi melahirkan lingkaran kebencian baru?

Politik dan kemanusiaan, biarkan saja menjadi milik orang-orang yang sok baik itu. Mendengarkan hujan, tidur panjang, atau bersetubuh dengan bayangan sendiri jauh lebih baik dari pada mencermati ocehan orang-orang yang menelanjangi ketidakbijaksanaannya sendiri. Kelak jika tiba-tiba perang besar meledak, toh tanda-tandanya sudah ada sejak lama. Sejak kita berkomentar di Facebook dan lain sebagainya. Dan melihat secara gamblang saling mencaci dan merasa paling benar sendiri.

Negara yang akan tamat oleh warganya sendiri. Lalu apa urusan kita, yang hanya sekedar parasit?

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang