JIKA AKU ADALAH PEMILIK PERUSAHAAN

90 3 0
                                    

Apa yang terjadi, jika pemilik sebuah perusahaan adalah (seorang) nihilis dan kecenderungan eksistensialisme yang kuat?

Mari lihat sedikit contohnya.

Pekerja yang terlalu banyak permintaan, pemalas, suka mengeluh, tidak mengikuti keinginan pemilik dalam standar kewajaran, membuang-buang waktu, tidak disiplin, tidak tertib, suka membantah hal yang sepele, dan tidak memahami situasi keadaan yang ada, adalah tipe-tipe pekerja yang paling aku benci.

Terlebih para pekerja yang mengeluh akan gaji di saat kondisi sulit. Yang baru satu dua tahun bekerja dan memulai sudah merasa diperbudak dan dipermainkan. Maka, aku akan melepaskannya dan mencari pengganti yang lain.

Biarkan orang semacam itu diurus oleh pemerintah dan sekian banyak orang baik yang hanya terbiasa ngomong tapi nyaris tak mampu menghasilkan lapangan pekerjaan itu sendiri. Dari pada perusahaan tidak bisa berkembang dengan cepat karena alasan semacam itu, biarkan orang lain saja yang memperkerjakan mereka.

Jenis pekerjaan yang bisa dilakukan siapa saja adalah jenis pekerjaan yang tak banyak memiliki posisi tawar yang tinggi di sebuah negara yang sangat memuja konsumerisme, nilai kekayaan di depan publik, dan alibi-alibi bertahan hidup yang begitu banyaknya dan sangat memuja pernikahan dan kelahiran-kelahiran. Mereka sangat mudah dipecat dan diganti oleh jutaan orang lainnya yang sudah lahir atau belum lahir.

Jika ada yang merasa diperbudak saat sudah dikasih pekerjaan yang layak dan mudah. Maka, lepas saja. Untuk apa memperkerjakan seseorang yang suka menuntut dan merasa ditindas itu, padahal negara dalam kondisi sangat sulit, dengan banyaknya perusahaan berjatuhan dan menunggu mati?

Saat seseorang tidak terima diberi pekerjaan mudah dan mengeluh diperlakukan tidak adil di saat masih banyak opsi yang mudah dan tersedia. Maka, putus saja rantai permasalahan itu. Atau biarkan mereka orang-orang baru mengganti mereka.

Jika hal-hal semacam itu menjadi isu nasional dan seolah menyalahkan perusahaan karena memberi gaji terlalu kecil dan membandingkannya dengan perusahaan lainnya yang katanya gajinya lebih besar?

Para pengusaha nihilis, pemikir bebas, eksistensialis, dan mereka yang terbiasa menganut filsafat tanggung jawab pribadi akan, mungkin, berkata;

Kenapa kamu tidak bekerja saja di perusahaan lainnya itu? Kenapa masih memilih dan bertahan di sini?

Kenapa tidak meminta pekerjaan kapada mereka yang lebih humanis, beragama, dan populis? Sini, teken pemutusan kerja, dan minta pekerjaan orang-orang yang getol dengan ujaran-ujaran humanisme dalam bekerja itu. Itu banyak di komentar Youtube, Facebook, Instagram, dan lainnya. Jumlahnya jutaan orang, yang merasa dirinya baik dan perusahaan ini buruk dan penindas. Nih, duit pesangon, minta pekerjaan ke mereka saja. Oh ya, nanti biar kami catat juga, ada berapa banyak orang baik itu yang akan langsung memperkerjakan kalian saat kondisi sulit gini. Jadi, ini akan juga menarik bagi perusahaan kami untuk melakukan penelitian psikologi moral dan ekonomi perusahaan.

Jika kamu mengatakan bahwa kami menindasmu setelah kami beri pekerjaan yang cukup layak di saat banyak orang yang susah bekerja dan perusahaan bisa gulung tikar kapan saja di saat kondisi semacam ini. Kenapa malah kami yang memberi kamu pekerjaan dan bukannya pemerintah? Kenapa kamu tidak bisa membuat pekerjaanmu sendiri dan malah bergantung pada kami? Kenapa tetanggamu tidak memberimu pekerjaan? Kenapa guru agamamu, guru sekolahmu, wakil rakyatmu, dan teman-temanmu tidak mau memberimu pekerjaan? Tidakkah ini sangat keterlaluan dan mengerikan, jika hampir semua orang terdekatmu tidak mau memberimu pekerjaan, tapi kami memberikanmu pekerjaan dan balasannya semacam ini? Tidakkah, kamu, sebagai warga dan pekerja, adalah contoh nyata dari orang yang tak sadar diri dan jauh lebih kejam dari kami?

Kamu orang sehat, tegap, tidak mengalami gangguan jiwa, tidak sakit-sakitan, dan masih bisa berpikir dengan jernih. Jika kamu tidak memiliki prinsip bekerja keras lebih awal dan lebih suka semacam ini. Yang paling pertama, tuntut kedua orang tuamu kenapa tidak melahirkanmu dalam kondisi kaya raya. Kenapa kamu dilahirkan menjadi semacam ini dan bekerja di sini? Kenapa juga tidak menuntut janji-janji politik partai yang kamu puja dan agama-agama yang katanya membawa kemakmuran bagimu itu? Jika kamu beralasan miskin, tidak berpendidikan, dan lainnya. Itu bukan salah kami. Salahkan semua orang yang membantu proses kamu dilahirkan. Jika kamu tidak pernah dilahirkan dan kedua orangtuamu dengan segala macam nilai moralnya tidak dengan seenaknya melahirkan kamu. Kamu saat ini tidak perlu bekerja di sini dengan gaji yang katamu rendah dah menindas ini.

Jutaan dari kalian bekerja di sini, karena kalian dilahirkan dalam keadaan tidak kaya raya. Itu artinya, sono, demo semua keluarga dan orangtua kalian yang membuat kalian menjadi semacam ini. Keluarga kalianlah sumber utama masalah kalian. Atau tidak, coba deh, mulai dari sekarang, jutaan kalian bermimpi dilahirkan kembali dan memohon Tuhan agar dilahirkan di keluarga kaya atau makmur saja. Tuhan saja membuat kalian menjadi miskin sejak awal gitu kok. Malah kami yang dibeginikan.

Gini, itu, ada banyak koruptor merajalela menggerogoti uang kalian dan negara di mana kalian hidup. Kenapa kalian diam saja dan tidak berdemo berjilid-jilid agar negara kalian bisa makmur dan itu akan berefek pada ekonomi secara luas dan juga pastinya, gaji kalian nanti akan ikut naik. Tapi kenapa kalian tidak mendemo dan menghancurkan sumber korupsi itu dan malah mengeluh ke kami? Jika kalian begitu sangat melindungi koruptor dengan sikap diam dan masa bodoh kalian. Lah, apa bedanya, kalian dengan orang busuk itu sendiri? Tidakkah kalian sudah begitu lama menghancurkan diri sendiri. Tapi malah marah ke kami yang menyediakan pekerjaan ke kalian? Kenapa tidak meminta pekerjaan ke para koruptor itu?

Baiklah, jika kalian masih tidak mau bertindak dan berani bertanggung jawab terhadap kehidupan kalian sendiri. Maka, silahkan mati saja. Dikasih pekerjaan tidak mau dan maunya enaknya saja. Silahkan bunuh diri saja. Itu hak kalian mengakhiri kehidupan saat kalian memang tidak siap. Apalagi, kenyataannya, semua orang terdekat kalian saja tidak mau memperkerjakan kalian dan malah kami yang penindas ini, yang mau? Tidakkah ini lucu?

Jika kamu tipe pekerja yang memiliki keahlian yang layak, jarang, susah dicari, dan benar-benar langka. Kami akan hargai pekerjaanmu dengan gaji yang sesuai dan layak. Karena keahlian itu butuh proses yang tak mudah dan berat. Apalagi kamu juga tipe pekerja keras dan sadar diri. Lah, kamu aja nyaris tak punya keahlian apa-apa, bekerja keras sedikit saja mengeluh, ingin gaji besar terus-menerus. Ya kapan kami akan bisa berkembang? Bisa-bisa pesaing sebelah menjatuhkan kami gara-gara permintaan kalian yang terlalu banyak itu. Mendingan keluar saja sana. Minta pekerjaan ke mereka saja. Nih saya kasih orang yang katanya baik dan mendukung tindak humanisme dalam pekerjaan. Nih orangnya, bisa kamu cek di Youtube, Facebook, dan lainnya. Ini nomor teleponnya mereka. Dan ini media sosial mereka. Setelah kami pecat, coba hubungi mereka yang berkoar-koar ini. Semoga beruntung loh ya.

Oh ya, kalian merasa kami tindaskan dan seolah korban penindasan? Apa kalian selama ini tidak pernah menindas para petani, tukang ojek, penjual mainan dan pakaian atau saat membeli makanan ini dan itu. Apalagi saat kalian menginginkan segala yang murah, gratis ongkir, dan marah saat kiriman barang telat? Apa kalian tak sadar, jika kalian adalah para pekerja yang sejatinya juga memeras pekerja lainnya?

Baiklah, perusahaan kami memecat kalian dan semoga kalian beruntung mendapatkan pekerjaan dari banyaknya orang yang mengaku baik di luar sana. Bersenang-senanglah!









ESAI-ESAI KESEHARIANWhere stories live. Discover now