INGATAN, MIMPI, DAN DUNIA LAIN YANG NYATA

505 4 0
                                    

Tiba-tiba, dalam tidur, seperti biasanya, dalam keadaan sadar, mata terbuka, tubuh kaku, tak bergerak, dingin, bergetar, aku kali ini berada di sebuah hutan dengan kecepatan sangat tinggi. Hutan berlalu begitu cepat. Awalnya aku tak ingin merasakannya. Dengan memejamkan mata, mungkin aku tak melihat hal yang menyeramkan lagi seperti biasa. Tapi kali ini, hutan. Dan setelah beberapa menit, tak ada hal yang menakutkan. Aku buka mataku kembali. Lalu dengan kecepatan cahaya, seperti mengambang, atau terbang yang entah, ditambah perasaan terasa berada di atas motor yang super kencang, aku menyaksikan sebuah hutan yang tak aku tahu. Pada mulanya berdiameter kecil. Lurus. Mirip pohon randu. Atau semacamnya. Tapi bukan. Dengan latar hitam dan daun hijau yang berselang-seling. Lalu lama kelamaan, pepohonan menjadi berdiameter besar dan membuatku takjub. Aku bagaikan berada dalam perjalanan waktu yang lain. Aku mengalami hal semacam ini sejak kecil.

Lalu, entah mengapa, ada sebuah gubuk. Dengan kayu sebagai penopang dan beratap jerami kekuningan. Beberapa kali terasa berputar-putar dan kembali ke situ. Tapi, mendadak, aku melewati gubuk itu, perlahan-lahan terbang menjauh. Melewati dedaunan yang lebat. Lalu menembus awan-awan. Apakah, seperti ini rasanya kematian? Sama seperti bertahun-tahun yang lalu ketika terkadang seolah aku merasa, jiwaku melayang pergi dari tubuhku? Tadi, aku merasa agak senang berada di tempat entah di mana. Walau setelah terbebas dari itu semua tubuhku memggigil dan sesak. Tapi ada kepuasaan telah berada di tempat yang jauh dan baru. Perasaan aneh yang biasanya tak aku alami.

Selama ini, aku telah menjelajahi dunia lain di luar diriku. Tanpa aku tahu mengapa tiba-tiba seperti itu.

Adakalanya, ingatan dan kesadaran yang bercampur, dari dunia mimpi dan dunia nyata, susah dibedakan. Dalam artian, pengalaman dan ingatan di dalam dunia mimpi yang sangat kuat dan begitu nyata. Adakalanya terselip di dalam ingatan pengalaman dunia nyata kita. Itulah yang terjadi padaku. Terlebih jika kita memiliki mimpi nyata yang sangat sering setiap harinya semenjak kecil. Maka, ingatan dan pengalaman dari mimpi itu, kadang susah dibedakan dengan kenyataan. Pada akhirnya, mimpi kita menjadi ingatan kita. Menjadi kenangan yang kita anggap pernah menjadi kenyataan kita di dunia sehari-hari.

Untuk keluar dari masa di mana aku nyaris saja menganggap mimpi-mimpi adalah bagian dari masa kecil atau masa sekarangku. Aku melakukan analisa mimpi terus-menerus. Aku adalah laki-laki, yang pada suatu waktu, terjebak di dalam mimpi-mimpiku sendiri.

Pernah, aku menganggap mimpi di masa kecilku yang terjadi berulang-ulang dan sangat kuat, menjadi bagian kehidupanku. Beberapa waktu kemarin bahkan aku sempat berpikir, aku pernah menaiki dan mengayuh perahu di saat sungai meluap dan menikmatinya. Aku benar-benar merasa, beberapa hari lamanya, menganggap kenangan itu pernah aku lakukan di masa kecil. Tapi, setelah banyak keraguan dan bertanya, mana mungkin? Aku terus menggali ingatanku sendiri, dan menganggap itu adalah mimpi. Bukan dari pengalaman nyataku. Terlebih ketika aku kembali melihat sungai tempat aku mendayung yang alirannya menurun. Sungai itu jelas-jelas tak bisa membawaku kembali ke atas. Di situlah letak keganjilan kenanganku yang pada akhirnya, aku anggap sekedar mimpi. Jika aku tak hati-hati, mimpi-mimpi bisa masuk dalam kenangan nyataku. Hingga pada akhirnya, aku tak tahu lagi, mana yang kenangan dari dunia mimpi atau nyata. Dan aku sering mengalaminya.

Suatu tempat. Peristiwa. Seseorang. Dan kilasan-kilasan mimpi yang seringkali aku anggap kenyataan dan pernah mengalami dan berada di tempatnya. Jadi, aku juga sedang berjuang untuk tidak terhisap di dalam mimpi-mimpiku. Yang pada akhirnya, aku menyadari, mungkin seperti inilah cuci otak di dunia militer, sel penjara, dan dunia psikiatri. Kita bisa mengganti ingatan seseorang dengan mudah. Mimpi-mimpiku telah mengajariku akal hal semacam itu.

Bertahun-tahun aku mengamati diriku sendiri. Melakukan penyelidikan dan bereksperimen terhadap diriku sendiri. Apa jadinya jika pada akhirnya, aku memutuskan hidup di dalam mimpiku dan menganggapnya nyata? Mungkin seperti itulah kegilaan dalam artian psikologis. Atau, tubuh hanya bagian kecil dari jiwa kita yang bebas dan luas. Banyak yang tak bisa aku jelaskan. Tapi aku akan tetap mencoba menuliskannya.

Aku pernah tenggelam dalam mimpi berlapis berkali-berkali. Seingatku, aku pernah masuk ke dalam mimpi empat lapis selama beberapa kali. Dan rasanya, apakah aku pernah ke lapis lima atau lebih sehingga suatu ketika aku nyaris ketakutan dan susah keluar dari mimpiku sendiri? Entahlah. Yang jelas, terjebak di dalam mimpimu sendiri, benar-benar terasa menakutkan. Itulah sebabnya, aku mengagumi film Inception.

Dari pengalamanku dengan berbagai macam mimpi; dari teror malam, mimpi nyata atau rem sampai mimpi berlapis, ada sesuatu yang aku tahu. Kita bisa dijebak oleh seseorang agar kita tak keluar atau terkurung di dalam mimpi kita. Entah kita tak menyadarinya itu mimpi. Atau kita menyadarinya, tapi kita tak mampu keluar dan terbangun. Entah dengan alat, obat-obatan, hipnosis dan lainnya. Atau kita sendiri yang menginginkannya. Dan, film Hannibal TV Series, mengajariku sesuatu. Bahwa para psikiatris dan psikolog, memiliki kemampuan nyata memanipulasi ingatan seseorang atau membuatnya tertahan lama dalam delusi mereka. Dan aku lebih dekat dengan Jung dan sayangnya, juga Hannibal. Dan aku masih sangat senang menguntit beberapa bagian Freud jika berkaitan dengan mimpi. Tentunya, juga generasi setelahnya.

Mengendalikan mimpi, itulah yang pernah aku lakukan. Atau menjadi pengamat mimpi layaknya penonton. Aku pernah beberapa kali mencobanya. Beberapa di antaranya berhasil. Mengubah aliran mimpi dan isi mimpi. Atau mengamati, dan menerjemahkan simbol-simbol di dalam mimpiku. Sehingga ketika terbangun, aku mampu mengingatnya cukup jelas. Tapi, melakukan hal semacam itu, butuh perhatian yang lebih dan ketat. Benar-benar harus berkutat dengan banyak hal. Itu jelas melelahkan. Tapi, mimpi-mimpi bisa memyembuhkan kita. Atau menyesatkan kita. Tergantung kita memilih yang mana. Dan, rasanya, aku tak punya banyak waktu untuk menganalisa dan memperhatikan seluruh mimpiku. Adakalanya, aku menganggapnya biasa saja. Itu jauh lebih mudah dengan kehidupan yang waktunya cepat menua.

Sejak kecil hingga sekarang, aku selalu berpikir, apakah aku memiliki dua kehidupan? Satu di dunia ini. Satu di dunia lain saat tidur. Karena dunia di dalam tidurku, adakalanya sangat nyata dan susah untuk dihapus. Aku tahu, ini sudah coba dijelaskan oleh banyak ahli dan peneliti mimpi. Tapi pengalaman seolah berada di tempat lain, mengalami de javu berulang-ulang, hingga suatu tempat yang sangat nyata di dalam mimpi, membuatku semakin ragu akan banyak hal. Seolah-olah aku masuk ke gua tua Plato atau film The Matrix. Ataukah ini semacam waham atau delusi saja dari bipolarku?

Terlebih perasaan seolah jiwa lepas di dalam tubuh. Aku mengalaminya beberapa kali. Dan kini, seolah bermetamorfosa menjadi jiwa yang berkeliling ke dunia lain secara tiba-tiba. Adakalanya pengalaman menyenangkan. Adakalanya mengerikan. Seperti aku berada di tempat putih bersih dan kosong dan hanya aku sendiri yang ada di situ. Atau mendadak melewati hutan yang gelap dan misterius. Atau monster dan hantu-hantu. Setelah aku berpikir berkali-kali, rasanya aku telah mengalami banyak hal dalam duniaku.

Dan sampai sekarang, aku sedikit kebingungan antara delusi dan dunia roh lainnya. Bagi mereka yang memiliki pengalaman semacamku, atau beberapa anak indigo, akan tahu perasaan semacam ini. Aku seringkali tahu, bahwa akan ada yang mengunjungi jika tiba-tiba mataku seolah-olah melihat kilasan yang menakutkan atau berbeda. Itu berarti aku harus tak menutup mata dan pergi tidur. Atau menyalakan lampu terus-menerus. Kalau tidak, tubuhku tiba-tiba berat, sesak, dingin, dan kaku. Sedangkan mataku tiba-tiba berubah latar dan peristiwa. Di bawa ke suatu tempat. Semacam penglihatan suram atau lumayan menegangkan. Dan hal semacam itu jelas, mengganggu tidur dan dunia nyataku. Seringkali, mimpi dan pengalaman semacam itu, bisa mengubah kehidupan nyatamu.

Mimpi yang tertancap kuat dan tak kita sukai. Adakalanya bisa membuat kita ketakutan beberapa hari dan bahkan bisa menjadi menetap dan merusak dunia nyata kita. Bahkan seumur hidup kita.

Beberapa hari ini aku bermimpi macam-macam. Dan, adakalanya, mimpi yang terlalu sering, berarti ada yang salah dalam diri kita yang harus diperbaiki, ubah, dan renungi. Dan bagiku sendiri, mimpi yang  berlebih, adakalanya suatu pertanda bahwa suatu keadaan pikiran dan jiwa yang tak tenang. Dan, seringkali, mimpi juga adalah pesan atau penglihatan masa lalu atau masa depan. Dan, aku masih sangat tertarik dengan dunia mimpi-mimpi. Aku ingin belajar banyak dan memasukinya.

ESAI-ESAI KESEHARIANWhere stories live. Discover now