MENGHAPUS ISLAM

236 6 3
                                    

Islam adalah agama yang tak penting. Harusnya agama itu dihapus saja dari dunia ini. Bersama semua agama yang gagal lainnya. Islam hanya sekedar menjadi agama aksesoris belaka. Digunakan menutup omong kosong manusia-manusia yang enggan jujur terhadap dunia dan segala sesuatu yang berbau tidak enak.

sejak abad ke-7 hingga hari ini, apa yang dijanjikan hanyalah sekedar pembohongan publik paling terkenal. Semenjak Islam datang, dunia juga masih seperti ini. Dan sebelum Islam, Yudaisme dan Kekristenan, kok masih bisa terus ada? Dipertahankan untuk apa? Tuhan mempertahankan seluruh agama yang dibuatnya, semuanya gagal, dan mempertarungkan mereka dengan sengit. Maunya apa sih tuhan itu? Agama lama dipelihara, agama baru dibuat, habis itu, mau buat agama baru lagi setelah Islam tak bisa berbuat banyak?

Bagi para psikolog klinis, pemeluk Islam modern, nyaris kebanyakan, dan mungkin semua, adalah pembohong-pembohong yang buruk. Islam menjadi agama besar yang dihuni oleh orang-orang impoten yang lebih cinta mati terhadap internet, facebook, instagram, gaji, pekerjaan, orang tua, anak dan keluarga, gengsi, kenaikan pangkat, anti-manusia, anti-empati, dan tak becus dalam menilai diri sendiri.

Sudah berapa juta kali mereka sholat, melaksanakan ramadhan, idul adha-fitri, dan segenap kewajiban lainnya, yang tiap hari langsung dilanggar dengan ekstrem tanpa perasaan malu sedikit pun.

Kebanyakan orang Islam memang tak punya malu. Terlebih yang terpelajar, hidup di perkotaan, hanya memiliki kemaluan di belakang kepala. Jika seorang psikolog dan filsuf beserta ahli sosiologi mendatangi mereka, yang para ahli itu dapatkan hanyalah orang-orang yang paling buruk dari segenap makhluk bermoral. Tak adanya rasa malu, tak ada kejujuran diri sendiri, tak ada kemauan untuk serius, tak ada keinginan mendalami, tak ada hasrat untuk mencari tahu kedalaman dari dunia, membuat agama ini, adalah agama termandul dan diisi pembohong terbesar selain tentunya, Kristen yang pertama.

Kenapa pemeluk yang jumlahnya miliaran bisa seburuk itu? Dan posisinya melemah sedemikian terpuruk? Mungkin Tuhan yang mereka puja telah meninggalkan mereka. Lagian hari ini Tuhan lebih menyukai para ateis, kapitalis, agnostik, penganut liberalisme, dan segenap orang buruk yang dicap jahat oleh kitab-kitab langit terdahulu.

Tuhan lebih menonjolkan Einstein, Hawking, Steve Jobs, Gates, dan sekian banyak ilmuwan lainnya yang mereka nyaris tak ada yang menganut Islam kecuali posisi-posisi minor. Tuhan juga lebih mengasihi Israel dari pada Palestina dan Arab yang isinya mayoritas muslim. Tuhan juga mencintai Belanda dari pada Nusantara atau Hindia Belanda yang mayoritas Islam tapi dijajah begitu lama. Tuhan hari ini lebih suka gadget berkembang dan jadi keseharian dari pada Al Quran. Tanpa Al Quran pun, Facebook dan internet berkembang sangat cepat dan jadi kebutuhan orang modern di seluruh dunia. Tanpa mengenal Islam pun, para ateis menjadi ahli biologi dunia, arkeolog, astronom, dan banyak lainnya. Tanpa Islam, Yunani dahulu kala banjir dengan para filsuf. Tanpa harus menjadi muslim, orang Inggris, Prancis, dan Jerman menguasai bidang pemikiran, sastra, filsafat, dan seni. Tanpa banyak orang Islam di dalamnya, Italia menghasilkan banyak seniman hebat. Dan rasanya seniman-seniman hebat Belanda pun akan tetap hebat tanpa mereka harus masuk agama Islam, membaca Al Quran dan pergi ke masjid.

Tanpa diceramahi para ulama, ustad, dan pendakwah, orang Belanda dan masyarakat Amsterdam, nyaris mayoritas berjalan kaki dan memakai sepeda. Tanpa menjadi negara muslim, Swiss, Islandia, Denmark, Norwegia, Swedia, dan negara-negara Skandinavia begitu sangat maju secara ekonomi dan kesadaran lingkungan. Tak perlu jadi orang Islam dan hidup dalam keseharian Islami, orang-orang macam Abbey, Muir, Carson, Naess, dan para pecinta lingkungan rela menyelamatkan bumi. Tanpa menjadi negara teokrasi Islam, Belanda kini jadi contoh terbaik pertanian modern di dunia. Dan tanpa harus mendirikan khilafah, Jerman begitu maju dengan revolusi energinya, mengalahkan hampir semua negara di dunia.

Ratusan juta orang Islam di Indonesia mungkin akan ditertawakan negara-negara dengan penduduk kecil yang kini maju, sebagai mayoritas orang pembual di dunia ini. Mayoritas OOT terbanyak, dan mungkin pemenang pembual paling kompeten di seluruh dunia. Dan tak perlu jadi ahli untuk tahu, bagaimana Islam itu impoten. Cukup mengklik Google, ketik Indonesia, lihat jumlah pemeluk agamanya, bandingkan dengan negara kecil yang kini sangat maju dan tengah sibuk memperjuangkan agar plastik tidak bertambah, makhluk hidup tak punah, dan tentunya, mulai suka berjalan kaki. Di Indonesia berjalan kaki menjadi haram. Dan mobil dan bensin berubah halal.

Orang Jepang, Cina, dan Korea, mungkin beruntung nyaris tak memiliki undang-undang berbasis Islam dan masyarakat yang membaca Al Quran dan sibuk sholat setiap hari. Tanpa Islam, tiga negara itu menjadi besar dan berpengaruh. Dan ada tidaknya Islam, orang-orang Papua toh masih saja dikucilkan.

Rasa-rasanya, Islam di hari ini memang tak penting, sekedar aksesoris, dan identitas sepele, yang nyaris diabaikan pemeluknya sendiri. Tanpa harus menjadi negara Islam, Singapura terlihat lebih maju. Dan pemimpinnya juga bukan muslim. Tanpa harus memilih agama Islam, Afrika Selatan toh merdeka dan kini menjadi negara yang lebih baik dari sebagian negara Afrika lainnya. India pun lebih maju dari pada Pakistan bukan?

Tanpa adanya anjuran Al Quran dan ceramah para kiai, banyak fotografer,ilmuwan, jurnalis, penjelajah, LSM lingkungan, dan pecinta lingkungan sibuk memetakan kutub utara dan selatan, juga Greenland, Siberia dan lainnya. Demi kelangsungan hidup generasi mendatang. Tanpa perlu sibuk berwirid, para ahli ornitologi mencoba memcari tahu persebaran, perkembangan, migrasi, dan berbiaknya burung-burung dan mencoba menyelamatkan mereka. Tanpa harus mengakui Muhammad, para astronom telah menemukan banyak penemuan penting di bidang astronomi dan alam semesta. Dan tanpa harus naik haji, para penjelajah dunia telah memetakan nyaris seisi bumi dengan bertaruh nyawa untuk ilmu pengetahuan dan gengsi pribadi.

Di era sekarang ini, menjadi pengikut Islam belum tentu pikirannya tenang dan otaknya cerdas. Gangguan jiwa dan bunuh diri juga semakin banyak di negara-negara muslim. Dan tanpa menjadi Islam, Amerika mampu berdiri sangat besar dibandingkan seluruh negara di dunia. Apa yang akan terjadi jika Silicon Valley diisi para pengikut HTI, ISIS, kaum sufi, dan para pemalas lainnya?

Di abad 21, jika Islam tak ada dan terhapus total dari dunia. Orang-orang masih bisa hidup, mencari makan, berkarya, dan mencari cara untuk bersikap walau dengan banyak kesalahan-kesalahan seperti semua orang yang pernah hidup.

Ya, dengan adanya Islam, pinguin kaisar, walrus. starling, orca, manta, yaki, dan banyak spesies hewan dan burung yang nyaris punah, toh banyak tak dipedulikan. Lagian milyaran orang beragama itu, terlalu sibuk dengan ambisi dan kesenangan hidup mereka dari pada mengurus bekantan, paus bongkok, atau beruang arwah. Dan adanya Islam pun, sampah di lautan luar biasa banyak. Sungai-sungai kotor. Korupsi tetap tinggi. Terorisme malah berkembang biak. Jadi, jika dinilai kasar, ada tidaknya Islam hari ini, dunia tak banyak berubah. Malah banyak orang mungkin merasa lega.

Dan tanpa adanya Islam pun, dunia modern lebih menyukai segala hal dari Barat. Anak kedokteran tak akan hanya menghapal Al Quran bukan? Sekedar sholat lalu jadi dokter bedah? Dan sayangnya, para dokter Islam hanya sebatas Ibnu Sina dan sekumpulan kecil orang di masa lalu dan yang kini jadi bahan ajar, perdebatan teori dan lainnya, kebanyak orang asing yang jarang banyak beragama. Ini berlaku juga dengan psikologi, sastra, humaniora, dan hukum. Toh hukum dari Belanda yang berbau Prancis lebih disenangi dari pada hukum Islam. Dan juga, KFC lebih menggiurkan, dari pada bersedekah atau membantu orang tak mampu di sekitar rumah sendiri.

Nonton bioskop, buang uang di cafe,berfoya-foya pacaran, traveling, mengejar prestasi, jauh lebih lebih penting dari pada mengikuti Muhammad. Mengikuti Muhammad yang jujur dan tak suka duit, itu risiko yang terlalu besar ditanggung. Menjadi kapitalis bertopeng agama lebih disukai dan ulama yang miskin, tak lagi terlalu menghibur bukan?

Setidaknya, milayaran umat Islam saja nyaris tak peduli dengan Palestina. Dan banyak orang Islam yang aku kenal pun tak baik-baik amat. Lebih cinta diri sendiri dari pada anjuran membantu dan mencintai orang. Dalam artian banyaknya, Islam sudah tak lagi penting-penting amat bagi pemeluknua sendiri. Terlebih bagi mereka yang bukan penganut Islam.

Jika sudah tak penting lagi, kenapa tak dihapus saja sekalian? Tidakkah itu lebih baik?

ESAI-ESAI KESEHARIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang