MONSTER LIAR BERNAMA TUKANG PARKIR

258 5 4
                                    

Tukang parkir di Indonesia bisa dijuluki monster jalanan yang bisa menelan siapa saja yang lengah atau kalah lemah dalam mentalitas. Ini adalah jenis monster yang satu hari bisa menelan uang dan kesabaranmu pada titik di mana kamu ingin marah-marah. Ini adalah monster menjengkelkan sedunia. Tukang parkir adalah keberadaan yang sangat menyebalkan sehingga hampir setiap hari aku nyaris tak ingin berurusan dengannya.

Hal yang membuatku sering marah dengan tukang parkir adalah keberadaannya yang menggelisahkan. Mayoritas tukang parkir menjadikan jalanan bebas sebagai tempat mereka merampokku tanpa malu-malu. Ruang parkir mereka bukan disediakan khusus untuk tempat parkir, yang sesuai hukum atau ketentuan yang ada. Tapi mereka bisa membuat tempat parkir sesuka hati di depan berbagai macam toko, warung, hotel, restauran, dan penjual jalanan yang berbentuk tenda.

Entah berapa banyaknya tukang parkir dalam jalan yang hanya 100 meter saja, membuatku ingin mengutuki penjajahan dan perampokan yang terencana ini.

Bagaimana tidak ingin marah? Saat barang belum ada di tangan saja, aku harus mengeluarkan uang dan uang hanya untuk para tukang parkir tak tahu malu. Bagaimana tak tahu malu? Mereka merampok orang jelas di depan publik dengan membawa etika moralitas dan ketidaknyaman serta mengeksploitasi perasaan tak enak, malu, dan tak ingin berkonflik yang kita miliki.

Dengan mengklaim diri sebagai orang yang berkuasa di wilayah kekuasaan mereka, yaitu toko-toko atau tempat hiburan atau jualan. Mereka bisa memaksa siapa pun membayar parkir yang seringkali ada tepat di depan mata sendiri. Hal yang paling aku benci dari perampokan terencana ini, adalah saat kendaraanku ada di depan mataku sendiri, aku sendiri yang mencari tempat, jalanan milik publik bukan ruang khusus parkir, dan saat aku mau pulang, tiba-tiba monster liar itu dengan wajah tak tahu malu meminta bayaran atas apa yang tak dilakukannya sama sekali.

Tanpa melakukan apa pun. Mereka menginginkan bayaran langsung. Itulah tukang parkir Indonesia. Suatu profesi paling buruk jika dinilai dari banyak segi. Jika itu adalah jenis tukang parkir yang memakai lahan publik dan melakukan pemaksaan pembayaran. Aku tak menyukai jenis yang seperti itu.

Aku masih bisa menerima para tukang parkir yang tak menuntut bayaran di tempat yang semacam itu. Dengan begitu, aku malah terbebaskan dan merasa senang. Aku bisa bermurah hati memberikan uang tanpa mengeluh dan merasa dirampok. Jika aku lupa membawa uang atau dalam kondisi tak punya uang, aku tak perlu merasa malu, tak enak, atau harus bersitegang karena tak membayar uang parkir. Dengan begitu, antara tukang dan parkir, terikat semacam kondisi yang tak saling menuntut dan saling tahu keadaan. Itu adalah posisi yang menenangkan.

Ada beberapa tukang parkir semacam itu. Tapi itu jarang terjadi. Mayoritasnya adalah tipe pemaksa. Tipe monster liar yang bergentanyangan di jalanan secara bebas dengan modal area kekuasaan kecil yang tengah mereka jaga.

Kelakuan tukang parkir yang buruk seperti itu, seringkali membuat aku malah singgah ke toko, ke warung makan, dan banyak tempat lainnya yang aku tuju. Hanya melihat tukang parkir saja di depan toko, aku sudah mulas dan malas untuk masuk. Biasanya aku langsung berganti haluan. Aku tak mau dirampok oleh mereka kecuali kalau terpaksa.

Tukang parkir harusnya sedikit menuntut jika si pembeli melakukan semuanya seorang diri. Memarkirkan kendaraannya sendiri dengan rapi dan menjaga kendaraannya sendiri tepat di depan mata. Jika pembeli melakukan hal semacam itu, nyaris tak ada alasan untuk menarik bayaran parkir. Kecuali itu adalah ruang parkir yang disediakan memang untuk parkir. Bukan tanah publik atau jalanan umum.

Jika memang itu jalanan umum, dan jika tidak dikondisikan oleh tukang parkir maka akan jadi kacau dan berbahaya. Maka bisa sedikit diberi lampu hijau, si tukang parkir menarik bayaran. Hanya saja itu berlalu bagi kendaraan yanh diparkirkannya. Dan tak berlalu bagi kendaraan yang pemiliknya memarkirkannya sendiri dengan rapi.

Tukang parkir bisa menegur dan memiliki fungai merapikan jalanan. Sebuah tugas mulia di tengah konsumerisme gila dan kelakuan bak bangsawan masyarakat hari ini. Hanya saja, para tukang parkir yang berada di lahan umum, harusnya sadar diri. Mereka harusnya tak memaksa dan tak menuntut diberi jika mereka memang tak melakukan apa-apa. Jika mereka menuntut dan marah jika tidak dibayar. Itu namanya perampokan. Atau lebih tepat disebut sebagai premanisme.

Aku sangat tidak menyukainya. Dan itu membuatku sangat sering menjauhi tukang parkir yang berperilaku buruk. Jika aku menemukan tukang parkir semacam itu. Biasanya aku akan malas memasuki toko yang aku masuki untuk yang kedua kalinya. Alasannya, aku tak ingin dirampok membabi buta seperti itu.

Keberadaan tukang parkir, terkadang tak banyak mempengaruhi pengunjung cafe, restauran, pedagang jalanan dan lainnya. Tapi, adakalanya, para tukang parkir membuat para pelanggan dan orang yang ingin masuk dan membeli, malas untuk mampir dan datang.

Entah sudah berapa banyak kita membiarkan perampokan terjadi tepat di depan mata kita dan kita membiarkannya begitu saja? Tidakkah kita ini memiliki otak dan semacamnya? Atau kita ini orang bodoh yang bisa dirampok dengan mudah hanya karena seribu-dua ribu hanyalah uang kecil yang tak seberapa dari pada percecokkan yang tak menyenangkan?

Tukang parkir adalah cerminan dari monster liar yang menguasai jalanan lewat eksploitasi akan kelemahan sosial kita yang tak mau terlihat hina, tak punya hati, atau tak mau diributkan dengan masalah uang kecil seperti itu. Tapi lewat hal itu, tukang parkir memperkaya dirinya, jauh lebih terang-terangan dari pada korupsi yang sembunyi-sembunyi.

Karena semacam itu, sangat mudahnya mencari uang di jalanan dengan memakai baju tukang parkir. Tukang parkir meledak bak jamur ada di mana-mana. Tugas mereka merampok. Dan semuanya sama-sama tahu. Mayoritas besar mereka merampok kita dengan berbagai alasan yang berbeda.

Anehnya, kita menyukainya.

ESAI-ESAI KESEHARIANWhere stories live. Discover now