MATINYA ISLAM: AGAMA YANG TAK PENTING BAGI PARA PEMELUKNYA

642 11 13
                                    

Islam adalah agama paling tak penting di dunia. Agama ini diyakini miliaran manusia dan melebihi umat Kristen yang ada di dunia ini. Jika Islam adalah agama paling tak penting. Maka Kristen adalah kedua tak penting. Dua agama ini memiliki jumlah pengikut yang harusnya bisa menghentikan konflik Israel-Palestina, menyelesaikan masalah global warming, menghentikan kepunahanan berbagai macam spesies, menghentikan perang, ketidakadilan, diskriminasi, dan membludaknya plastik dan bahan kimia yang mengotori lautan. Dua agama yang harusnya bisa menjaga luasan hutan, kota yang terhindar dari polusi udara dan cahaya, serta berbagai macam penyakit gangguan jiwa dan fisik.

Dua agama dengan pemeluk terbesar itu kenyataannya sudah gagal. Jika aku pikir-pikir akhir-akhir ini, para pemeluk agama, terlebih Islam, hanya sekedar bermain-main dengan agamanya. Dalam masyarakat Islam, agama Islam hanyalah agama yang diyakini dan dijadikan ritual tapi nyaris jarang dipraktikkan dan seringkali, dilanggar setiap harinya. Lucunya, mayoritas umat Islam hari ini lebih pandai menyanyikan lagu Korea dari pada isi Al Qur'an. Lebih paham sejarah Jepang dari pada sejarah agamanya sendiri. Dan mengamalkan kebudayaan orang kafir dari pada milik
agamanya sendiri.

Sedikit orang yang serius beragama di dalam Islam. Mereka berpura-pura meyakini Tuhan, Mohamad, dan kitab Al Qur'an dan sangat marah kalau ada orang yang menghina agamanya. Tapi kenyataannya, setiap hari kehidupan dia sebagai pemeluk Islam, nyaris tak ubahnya dengan orang kafir yang mereka benci.

Tak bisa hidup tanpa pendidikan orang Barat. Tak bisa hidup dengan peralatan dan teknologi dari Barat. Sistem ekonomi, pakaian, cara makan, sampai restoran dan makanan cepat saji semuanya dari para kafir yang mereka benci. Mayoritas umat Islam yang hanya konsumen mutlak, perut dan jiwanya diisi dengan banyak produk buatan ateis atau kafir.

Orang Islam modern, jika dia ingin hidup secara Islami, harusnya bertelanjang bulat di dalam sebuah gua. Atau mencoba membuat pakaian sendiri dari dedaunan atau bahan-bahan alami yang mereka tumbuhkan. Seandainya orang Islam hidup di pedesaan atau kota yang terhubung dengan perdagangan dan kebudayaan internasional. Maka, hampir semua yang dimakan dan dimiliknya adalah haram.

Listrik yang dia pakai mungkin menghancurkan pemukiman di sekitar pembangkit listrik itu. Semua plastik dan sampah yang dia buang, berakhir menjadi racun dan membuat sakit atau rusak kehidupan yang ada di pembuangan sampah akhir. Limbah pewarnaan pakaian yang dia pakai, menghancurkan ekosistem di sekitar pabrik di mana limbah di buang. Bahan bakar kendaraannya hasil dari kediktatoran di Timur Tengah. Uang yang dia pegang hasil dari sistem internasional, perekonomian dunia yang dibuat oleh para pemikir bebas yang memperbolehkan pelacuran, LGBT, perjudian, dan sistem yang menindas orang miskin. Barang-barang murah yang dia beli, hasil dari orang-orang miskin yang diperas tenaganya dan dibayar murah agar barang tetap murah. Perhiasan dia, diambil dari pertumpahan darah di Afrika. Ikan yang dia makan, hasil dari penangkapan yang brutal dan menyalahi aturan agamanya yang menyuruhnya untuk menjaga alam. Dan kita bisa menambahi luar biasa banyak, yang membuat umat Islam hari ini tak lagi bisa berkata-kata.

Hari ini, di dunia yang saling terhubung, tak ada lagi benda dan makanan atau uang halal. Dan jika sebagian besarnya umat Islam tak mau dengan peradaban Barat karena akan dikatakan juga mengikuti peradaban Barat. Maka mulai sekarang dia harus membakar kursi, meja, gorden, lantai, kasur, selimut, buku, garpu, piring, sampah handphone, mobil, dan membakar sekolahnya sendiri. Karena semen, cat, sampah struktur bangunan dan besi hari ini menggunakan metode barat, yang semua berubah menjadi budaya dan kebiasaan yang diketahui bersama.

Dia harus mulai membuang celana dalamnya. Dia harus tak menggunakan bh miliknya. Dia juga tak boleh memakai sampo, pasta gigi, tak boleh memakai sisir sintetis, dan tak boleh berpakaian sebelum yakin bahwa bahan dan proses pembuatan pakaian itu tak terkontaminasi dengan kejahatan, kekafiran, ketamakan, dan penindasan.

Dia pun tak boleh menggunakan atm, memakai uang modern, dan dilarang keras mengakses internet. Dia tak boleh ke ritel atau mal dan swalayan buatan perusahaan Prancis, Inggris, Amerika dan sejenisnya. Dia juga tak boleh makan beras dari petani miskin yang diperas pengusaha lokal dan pemerintah.

Dia tak boleh membaca buku berbahan kertas dan ebook yang menghancurkan hutan hujan dan dari listrik batubara yang membuat sakit orang di sekitar tambang. Umat Islam yang serius dan meyakini keIslamannya, juga tak boleh melahirkan di rumah sakit atau mengobati dirinya sendiri karena kedokteran modern ditopang oleh keilmuan yang nyaris dekat dengan ateisme.

Intinya, menjadi Islam berarti kamu harus mati di abad 21 ini. Kalau tidak, apa yang kamu makan, kamu pakai, kamu gunakan dan pelajari semuanya menimbulkan dosa dan hal yang dibenci agama. Itu berarti, semua yang dimiliki adalah haram. Dari lampu kamar sampai penjepit rambut. Dari baju tidur sampai rice cooker dan pendingin ruangan.

Pemeluk Islam yang ingin menghindari barang haram harusnya membakar rumahnya. Membuang gadgetnya. Dan meledakkan motor atau mobilnya. Dia juga harusnya tak sekolah. Dia juga tak boleh menginjakkan kaki di aspal dan trotoar karena itu hari ini lebih condong ke Barat. Dia harus melempar televisinya. Menghancurkan kipas anginnya. Dan tak boleh minum air galon yang jelas berasal dari mana.

Dia juga tak boleh menggunakan pompa air. Jangan memakai kondom. Dan jangan ikut gaya seks ala Barat dan carilah gaya seks Islami. Kalau itu ada.

Di abad 21 ini, menjadi pengikut agama Islam begitu sulitnya kecuali dia harus bertapa di dalam gua atau lebih baik mati saja jika tak ingin memakan dosa dan dosa setiap harinya. Itu pun, ditambah setiap hari dia cemburu, marah, tak puas, tak bersyukur, membohongi orang tuanya, berzina mata-hati-pikiran-tubuh, mendengar musik, mengagumi lukisan dan gambar, dan sangat senang mengabaikan orang yang minta tolong. Jelaslah, jika mayoritas umat Islam hari ini mendadak mati. Dengan dosa yang begitu menumpuknya setiap detik dan harinya. Mayoritas besar mereka pasti ke neraka.

Ketidakmauan untuk mempraktikkan agama Islam dan tak lagi mau menghindari segala hal yang haram dan merusak kehidupan lainnya, adalah bukti bahwa agama Islam berakhir sebagai sekedar agama yang dipeluk saja. Diyakini tapi diacuhkan dan tak dianggap dalam praktik.

Padahal Islam jelas melarang seseorang menyakiti orang lainnya. Islam melarang kesombongan dan pamer kekayaan. Islam melarang keras berfoya-foya dan Islam juga melarang manusia menghancurkan alam dan sesama manusia lainnya. Tapi praktek keseharian mayoritas besar atau hampir semua pemeluk Islam hari ini, dari apa yang mereka pakai, makan, dan nikmati, berasal dari penderitaan, dan kematian banyak orang dan makhluk hidup lainnya.

Saat Mohamad saja memuliakan seekor semut. Mayoritas umat Islam membunuhi burung, ikan, dan berbagai binatang dan serangga tanpa perasaan hormat sama sekali. Jadi, aneh, jika ada manusia Islam hari ini yang bakal masuk surga kecuali dia bertobat sekarang juga. Hanya saja, mayoritas umat Islam tak pernah mau bertobat. Bertobat berarti mereka tak bisa bersenang-senang. Itulah sebabnya, orang beragama Islam sudah sangat tahu apa yang dilakukannya dan tak pernah mau bertobat sama sekali sejak dia tahu perbuatannya. Semenjak dia remaja sampai mati. Khayalannya bahwa dia telah berbuat baik dan mengikuti agamanya. Praktek kesehatannya, agama Islam baginya hanyalah sampah dan tak penting untuk dipikirkan.

Hari ini, melihat agama Islam diacuhkan begitu luar biasa oleh para pengikutnya sendiri dan hanya sekedar dijadikan pajangan egois diri sendiri. Maka, Islam menjadi agama paling tak penting di dunia. Agama yang dibuang oleh mayoritas pemeluknya sendiri setiap hari. Dilempar bagaikan barang tak berguna dan dipakai untuk sekedar membohongi Tuhan karena ingin surga.

Dilihat dari perkembangan dunia yang parah seperti saat ini. Jumlah umat Islam sangat banyak adalah cerminan dari agama yang tak lagi dengan anggap. Agama yang dibuang dalam dunia sosial. Agama yang dimasukkan tong sampah saat tak sesuai dengan keinginan pribadi dunia keseharian pemeluknya.

Jika memikirkan umat Islam hari ini yang sekedar menggunakan Islam sebagai pajangan hidup saja. Maka, itu sama saja tak ubahnya, Islam sendiri sudah hampir mati. Tak lagi penting. Diacuhkan dengan sangat ekstrem. Sebuah agama yang entah berati lagi atau tidak oleh pemeluknya sendiri.

Semua barang yang dipakai dan dimiliki. Entah itu dibuat oleh kafir atau pembenci Islam. Jauh lebih penting dan dipuja dari pada isi Al Quran. Kenyataan umum yang aku temui nyaris setiap hari. Di sinilah, Islam mendadak mati.

ESAI-ESAI KESEHARIANWhere stories live. Discover now