MARI MEMBAKAR BUKU

124 4 0
                                    

buku bisa sedikit menghiburmu. tapi tak menyelamatkanmu dari banyak hal di dunia ini. adakalanya kau ingin melemparkannya ke toilet. atau membuangnya ke tong sampah. mungkin juga bisa kau bakar dan abaikan begitu saja. kau membaca terlalu banyak. menulis terlalu banyak. dan mencoba hidup terlalu banyak. toh dari milyaran orang di dunia ini, yang bisa dan mau mengerti duniamu cuma segelintir saja. dari ratusan juta manusia dalam satu negara, yang menjadi teman dekat dan sahabatmu satu atau dua orang. atau bahkan tak ada sama sekali. buku-buku tak membuat kedua orang tuamu mengerti perasaanmu. buku-buku tak membuat guru dan dosenmu memahami perasaan bosan dan frustasimu. buku-buku juga tak menyelamatkan kegilaan-kegilaanmu. buku-buku juga membuat manusia saling menjauh. atau malah, tak peduli dan anti empati terhadap semua hal. buku-buku tak banyak membuat orang bertambah baik dan bijak. suatu saat nanti, jika kau bosan dengan buku-bukumu. kau bisa membakarnya. seperti diriku. atau mungkin, kita bisa menjadikannya pembungkus nasi dan pengganti tisu toilet. dan jika ada orang yang bilang, 'Sial, kau bakar buku? Lebih baik kau sumbangkan atau kau berikan ke yang tak mampu. Itu lebih baik.' jawab saja, 'Kamu tak peduli dengan kesakitanku. Untuk apa kamu sok bilang samacam itu? Apalagi menyuruh menyumbangkan buku ke orang-orang yang berempati pada diriku saja tidak. Tahu kondisiku saja juga tidak. Untuk apa?' Saat dia jawab, 'Dasar Egois. Tak tahu malu.' Jawab saja, 'Baiklah, kalau begitu, selamat aku lebih dulu.' Dan aku yakin, dia akan diam selamanya. di negara ini, mayoritas orang-orang yang aku temui nyaris semacam itu. dan mereka bangga dengan ketololan diri mereka sendiri. selalu merasa menjadi orang baik tapi tak pernah bercermin.

ada beberapa buku lagi yang ingin aku bakar. dan aku sedang menimbang-nimbang, buku mana saja yang ingin aku bakar?

kamu tahu, jika kamu salah satu dari gelombang baru generasi peralihan yang kelak akan mengubah sudut pandang generasi setelah kita. kamu akan berada di sampingku, dan berkata, 'Sial, kita ini para bajingan yang enggan hidup dan mati. tapi setidaknya kita para bajingan yang mencoba jujur terhadap diri sendiri, walau tak semua, dan terhadap dunia yang kita lihat, rasakan, dan kenal. lebih baik kita gila dan frustasi seperti ini dari pada menjadi orang bijak yang koruptif dan enggan melangkah jauh.'

sementara di sisi lain, ada beberapa generasi yang kerjaan mereka lebih suka menipu diri sendiri dan dunia. di antara mereka ada para penulis, pejabat pemerintah, dan nyaris hampir semua komentator dunia maya. sedikit dari mereka yang mau dan mampu melakukan hal-hal yang luar biasa. karena itulah, mereka bukan generasi peralihan. mereka bukan pembuka gerbang pemahaman akan dunia yang baru dan akan datang. mereka sekali hidup lalu mati. dan di antara mereka, segala perdebatan, tulisan, ilmu pengetahuan, dan dunia ini menjadi mandul. tapi setidaknya mereka punya kelebihan. mereka membayar pajak dan menjadi bangunan ekonomi skala besar. tak adanya mereka, negara akan runtuh atau terseok-seok.

sudah saatnya orang macam kita, yang tak mendapat jawaban apa pun di dunia nyata, dan tak menemukan apa pun yang ada di dalam buku-buku, mulai meragukan dunia yang dibangun atas dasar tulisan. dengan menghancurkan buku-buku dan membakarnya. kita mencapai suatu pemahaman dan kesimpulan akhir, bahwa buku-buku tak menyelamatkan umat manusia dan kehidupan lainnya. buku-buku terlalu terbebani gagasan-gagasan besar manusia, yang semuanya gagal terwujud. dan buku-buku yang remeh dan hanya untuk bersenang-senang, mengobati kejiwaan dan kebosanan yang parah, malah sejatinya lebih menyedihkan lagi karena tak menyelesaikan apa pun. jutaan atau milyaran buku-buku yang tak menjawab apa-apa. buku-buku yang ditulis dan terhapus dengan mudahnya tanpa diingat sedikit pun oleh manusia setelahnya.

sampai kapan buku terus dipuja, layaknya kita ini semacam orang yang tak berpikir dan berotak? segala ilmu pengetahuan yang sejatinya gagal dan hanya penyambung hidup yang enggan dan membuat siapa saja yang mengetahui kebenarannya, akan tertawa heran, kapan omong kosong ini berakhir? kapan kita berhenti menjadi Faust dan Frankenstein?

ESAI-ESAI KESEHARIANWhere stories live. Discover now