LEO KRISTI DAN DONGENG PAGI HARI

226 0 0
                                    

Bangun pagi, tubuh demam, dan hampir demam dalam setiap harinya, suara serak yang susah dijelaskan mengisi ruang kamarku. Langit-langit kamar masih menggantung redup. Pesakitan. Agak gila. Dan laki-laki menjengkelkan yang banyak masalah. Aku malas mengisi dunia ini dengan kaki-kakiku. Sejujurnya, lebih baik meneruskan tidur. Ditemani suara Leo Krusti yang dari tadi memenuhi kepala dan sela-sela renunganku.

Entah kenapa, lagu-lagu Leo Kristi sering menjadi lagu menjelang tidur dan dongeng bangunku. Tepatnya akhir-akhir ini. Beberapa bulan yang lalu. Aku baru mengenalnya. Lewat pak Roman yang telah berjasa banyak mengenalkannya. Aku jatuh cinta dengan lagu Sayur Asam Kacang Panjang, dan akhirnya semuanya menjadi lagu yang tak lagi susah didengar. Bahkan sangat aku nikmati. Bisa dibilang, butuh waktu luar biasa singkat untuk aku menyukai semua lagu Leo.

Kenapa bisa begitu?
Karena dia unik. Berbeda. Dan ada dunia yang bagi orang macam aku, yang sering berpindah dan mengembara dalam ketidakjelasan, merasa sangat nyaman mendengarkannya. Hanya beberapa lagu yang masih perlu waktu untuk aku masukkan ke dalam kupingku. Lagu-lagu berbahasa inggris yang butuh dicerna lagi. Yah, di luar sana, siang sudah meninggikan matahari. Suara petik gitar dan deru kendaraan terdengar membuka mataku.

Sebenarnya, aku sudah bosan dengan dunia. Walau hanya sekedar membuka mata.

Hal yang paling menyenangkan dan membuatku merasa dekat dengan lagu Leo, adalah lirik-liriknya yang seolah-olah adalah bagian dari pengalaman hidupnya. Aku tak banyak tahu. Tapi ketika mendengarkan liriknya, hanya orang yang telah melihat banyak hal dan sering berpindahlah yang mampu membuatnya. Hal yang membuatku akrab. Semarang. Surabaya. Kiaracondong. Jakarta dan lainnya. Jadi, ketika aku sedang berjalan dari kota ke kota, ada lagu-lagu yang bisa dinikmati sesuai kota yang aku pijak.

Dan ketika aku melihatnya, walau beberapa kali, laki-laki yang tak banyak bicara itu. Apa yang membuatnya bisa hidup begitu lama? Padahal, aku yang anak muda ini, bagaikan malas mendoakan kelanjutan hidupku sendiri.

Dan, ada banyak lirik menyoal kehidupan di sekitar. Dunia yang aku juga pikirkan. Mungkin itulah yang juga memudahkan aku menikmatinya.

Setelah konser rakyat di Springhill, Tanah Merdeka, Bukit Bersemi, sebenarnya aku ingin menuliskan pengalaman khusus itu. Atau menuliskan pengalamanku mendengarkan lagu Leo. Mungkin bisa 50 halaman. Dan aku berkeinginan untuk memasukkannya ke dalam buku yang aku tulis. Mengembara di Tanah Asing, buku yang terlunta-lunta dan entah kapan selesainya. Di situlah aku berpikir, kenapa tak seorang pun dengan serius berpikir, untuk membuat buku mengenai pengalaman mendengarkan lagu Leo, menjadi penggemarnya, mengikuti berbagai macam konsernya, bertemu dengannya, dan berbagai pengalaman lainnya yang tak bisa dibagi atau ditahu oleh sesama Lkers. Sebuah buku biografi Leo Kristi ditambah di dalamnya, pengalaman Lkers saat pertamakali mengenal Leo hingga kini. Itu akan menjadi dokumentasi yang luar biasa. Tidak hanya untuk anak-cucu yang tak tahu banyak kenapa orang tua dan kakeknya sangat tergila-gila Leo. Tapi juga untuk sesama penggemar dan Leo sendiri. Kenapa untuk Leo? Aku berpikir, akhir-akhir ini, aku rasa sudah waktunya Leo tahu, membaca, pengalaman-pengalaman para penggemarnya atau yang dekat dengannya. Pengalaman yang kadang sekilas dikatakan, dibincangkan dalam obrolan, yang hanya sedikit-sedikit dan kadang luput ditangkap dan dilupa. Dengan sebuah buku, Leo mungkin bisa menikmatinya, merenungkannya, tanpa banyak diganggu keharusan berbincang dan lainnya. Dan yang paling penting, untuk mengabadikan Leo dan Lkers itu sendiri.

Para penggemar Leo, dan Leo sendiri, sudah menua, dan mungkin sebentar lagi tiada. Jadi jika tidak segera membuat buku mengenai pengalaman menjadi penggemar LK, maka, beberapa tahun lagi, Lkers akan kehilangan banyak pengalaman hidup yabg tak terdokumentasi. Pengalaman yang berharga yang lenyap bersama orangnya yang telah meninggalkan dunia. Dan sebagai kenangan atau kebanggaan, atau penjelasan, terhadap anak-cucu, istri atau suami, kolega, teman, dan lainnya yang merasa aneh kenapa kita bisa tergila-gila dan merasakan gairah akan LK. Terlebih konser rakyat. Jadi, buku itu, akan jadi penjelasan atau kebanggan bersama, seolah berkata kepada mereka yang tak mengerti, 'ini loh alasan aku menyukai LK'. Dan sebuah buku akan sangat berarti.

Sebuah buku biografi Leo Kristi yang di dalamnya, terdapat kumpulan tulisan dari sekian banyak Lkers. Aku rasa, itu akan jadi peninggalkan yang menarik. Dan hadiah untuk keberadaan dan semangat hidup Leo Kristi itu sendiri. Yah, seperti itulah isi otakku sejak Agustus kemarin. Yang tak sempat aku suarakan karena dunia mengelilingiku dengan berbagai macam masalahnya. Dan aku akan mengabadikan Leo di dalam bukuku. Itu sudah sangat jelas. Sosok yang unik, berbeda dan  berbakat, memang harus mulai diberi tempat. Sebagai anak muda, tugasku, mungkin memperkenalkan Leo ke generasi beeikutnya.

Entah kenapa, aku sudah mulai lapar. Badan masih terbakar demam. Hari ini, Bentara Budaya Yogyakarta akan ada pameran seni grafis. Mungkin aku akan ke sana. Dan sekarang, siang hari yang panas, sejak malam hingga tengah hari, hanya lagu-lagu Leo Kristi yang menemaniku. Kampung Kemesraan, berputar lembut. Tapi, karena aku ingin keluar, aku memindahnya, bertemu dengan Nyanyian Maria, padahal yang aku cari adalah Kereta Laju. Aku suka keduanya. Baiklah, aku akan mendengarkan Nyanyian Maria lebih dulu. Setelah itu, Kereta Laju yang menghentak dan sangat aku gemari karena mengandung ssmangat dan dunia yang benar-benar seolah menjadi bagian dari diriku.

Kenapa anak muda macam aku bisa menyukai dan bahkan suntuk dengan lagu-lagu Leo? Para orang tua dan beruban mungkin akan heran. Sama herannya dengan anak-anak mereka yang nyaman dengan nyanyian LK. Tapi, yang jelas, aku akan menulis tentang Leo yang cukup panjang. Agar kelak, orang-orang di sskitarku tahu, kenapa aku lebih menyukai Leo Kristi. Bukan Slank. Iwan Fals. Gombloh. Ebit. Dan lainnya.

Karena itulah, aku harus menulis.

Ah, akhirnya Kereta Laju ...

Bawalah aku, cepat berlari
Bawalah aku, jauh, jauh pergi

Dan kelak, jika para pembacaku terheran-heran kenapa aku menikmati Leo. Aku berhutang banyak kepada pak Roman Saragih Sitio. Dan tentunya, kebaikan dirinya terhadap kehidupanku yang kacau balau ini. Aku berterimakasih kepadanya. Hal yang hanya bisa aku ungkapkan dengan melanjutkan menulis Mengembara di Tanah Asing.

Kadang, aku tak tahu kenapa aku dilahirkan hidup dan ada. Tapi setidaknya, aku telah berkenalan dan diperkenalkan, kepada seorang seniman musik, yang hingga tua, masih tetap berkarya dan bugar. Ah, anak muda ini seringkali malu dibuatnya. Dan kelak jika aku tiba-tiba hilang dari dunia ini. Aku sudah cukup senang.

ESAI-ESAI KESEHARIANWhere stories live. Discover now