"Tapi kak, dia cuek banget udah gitu sombong lagi!" lanjut Aeri lucu.

Felix kembali tersenyum. "Baik kok dia. Coba kenal lebih dekat sama dia, pasti kamu bakal merasa klop nanti," balasnya.

"Gak tau ah!"

Felix tertawa kecil. "Udah, jangan ngomongin temen kakak, nanti kuping dia panas lagi," ucapnya.

"Iya, iya," mengalah Aeri.

Felix dan Aeri tiba di sebuah tempat yang ingin Felix kunjungi.

"Yuk" ajak Felix, sambil melepaskan seatbelt.

"Ini dimana kak?" tanya Aeri penasaran.

"Ikut aja. Nanti kakak akan kenalkan kamu ke seseorang," jawab Felix.

Aeri mengangguk dan mengikuti Felix di belakangnya.

"Ini tempat pemakaman," ucap Aeri dalam hati dengan menatap ke sekitar.

Felix berhenti pada sebuah tumpukan tanah, Aeri mengikuti pria itu dan menatap papan nama yang tertanam di tumpukan tanah itu.

"Hai, aku kembali. Kali ini bersama Aeri, adikku," gumam Felix menatap tumpukan tanah di depannya. Terlihat sendu.

"Kim Zara," ucap Aeri dalam hati. Karena penasaran, Aeri memilih langsung bertanya. "Kak dia siapa ?" tanyanya.

Felix menatap Aeri dan tersenyum. "Sahabat dan orang yang kakak cintai," jawabnya lirih.

Aeri menatap Felix dalam diam. Mengerjap karena jawab sang kakak. "Dia—orang yang pernah kakak ceritakan?"

Felix mengangguk. "Sebulan yang lalu dia mengalami kecelakaan. Dia koma selama satu minggu dan akhirnya meninggal dunia," jawabnya sendu.

Aeri langsung memeluk tubuh Felix. Ia juga ikut merasakan sakit dan sedih karena Felix adalah salah satu orang yang paling Aeri sayang. "Kakak sudah merelakannya kan? Dia pasti sudah bahagia di sana," ucapnya memberikan semangat.

Felix mengangguk dengan senyuman sendu. "Awalnya belum terima tetapi, mengingat kesakitan yang dia rasakan setelah mengalami kecelakaan, kakak merelakannya. Kakak nggak mau lihat dia menderita lagi," jawabnya.

Aeri kembali memeluk Felix. "Aeri selalu ada buat kak Felix," ucapnya menyalurkan rasa ketenangan.

"Makasih dek," balas Felix melepaskan pelukan Aeri dan kembali menatap tumpukan tanah. "Selama di Australia, dia ingin sekali bertemu dengan kamu. Tetapi karena kerjaannya di sana dia nggak bisa ke sini," ucap Felix bercerita. "Tapi, sekarang dia sudah ketemu kamu. Walaupun nggak secara langsung," lanjut Felix.

Aeri tersenyum dan memandang tumpukan tanah itu. "Halo kak. Aku, Aeri," gumamnya memperkenalkan diri. "Aku datang. Kakak yang tenang di sana, ya. Kak Felix akan aman sama Aeri. Aeri akan selalu buat kak Felix senang. Janji," lanjutnya.

Felix tersenyum mendengar ucapan Aeri. Gadis itu selalu membuatnya merasa senang dan nyaman.

"Kita pamit pulang. Mungkin minggu depan aku akan ke sini lagi," pamit Felix dan meninggal kan area pemakaman bersama Aeri.

Menempuh lima belas menit. Felix dan Aeri sudah sampai di rumah. Tepatnya di rumah Aeri.

"Kak nggak mau menginap di rumah?" tanya Aeri.

"Nggak deh. Kakak ada jam praktek malam. Lain kali aja ya," jawab Felix.

"Ya sudah, kakak hati-hati ya."

Felix mengangguk dan pergi meninggalkan rumah Aeri.


ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ





"Aeri bangun!" ucap Suzy sambil menggoyangkan tubuh putrinya. Sudah lebih dari lima menit berlalu wanita itu membangunkan Aeri namun, sampai saat ini gadis itu tak kunjung bangun.

"Sayang bangun. Kamu bisa terlambat berangkat sekolah," seru Suzy tegas.

Aeri mengeliat dan mendengkus. "Ayoo, Aeri bangun. Kamu kan harus sekolah," ucap Suzy lagi.

"Sepuluh menit lagi," ucap Aeri setengah sadar.

Karena Aeri tidak kunjung bangun. Suzy langsung di menarik lengan Aeri menjadi terduduk. "Ish!" Aeri terkejut dengan mata yang langsung terbuka.

"Bunda!" dengus Aeri kesal.

Suzy tertawa kecil. "Bangun, ayo! Sudah jam enam kamu nggak suka berangkat siang bukan?" ucap Suzy lagi.

Aeri menghela napas dan langsung melangkah malas menuju kamar mandi.

Suzy yang melihat tingkah putrinya tertawa kecil. Wanita itu sangat suka membangunkan Aeri tidur apalagi sampai kesal.

Lima belas menit berlalu....

Aeri sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan kini turun menuju ruang makan.

"Pagi," sapa Aeri.

"Pagi dek," sapa balik Suzy dan Minho bersamaan dan mereka langsung menikmati sarapan pagi bersama. Setelah sarapan pagi selesai, Aeri berangkat sekolah dengan diantar oleh pak Kim. Supir pribadi keluarganya.

"Makasih pak," ucap Aeri.

"Sama-sama, nona."

"Bye! pak," pamit Aeri sebelum keluar dari mobil.

Aeri berjalan di koridor sekolah dan melihat Jeno yang berjalan ke arah kelasnya juga.

Menarik napas sejenak. "Jeno," panggil Aeri.

"Hai Aeri," sapa Jeno juga yang langsung merangkul Aeri.

"Aeri. Aku mau curhat sama kamu. Tapi pulang sekolah aja bisa nggak?" tanya Jeno.

Mata berbinar. "Bisa kok," jawab Aeri.

"Oke, nanti bel pulang sekolah aku ke kelas kamu, ya," ucap Jeno dengan mengucak surai hitam Aeri lembut.

"Hmm."

"Aku duluan, ya," pamit Jeno langsung pergi meninggalkan Aeri karena sudah sampai lebih dulu di kelasnya.

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ

Vote, share and comments
Thanks

ᴅᴏᴋᴛᴇʀ ʜᴡᴀɴɢ [End]✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora