38. Keneth

422 20 0
                                    

"Pelakunya adalah Bapak Tony. Apakah anda kenal dengan beliau?"

Jantung Tom seketika itu juga berdetak lebih cepat saat mendengar nama pelaku penculikan anaknya. Bagaimana bisa?

"Ya, saya sangat mengenali dia." Tony. Orang yang sudah Tom anggap sebagai sahabat bahkan saudara. Bahkan sebagian saham perusahaan miliknya sudah beralih nama menjadi Tony. Tom mengenal Tony sejak dirinya di bangku Sekolah Menengah Pertama, Tony memang sahabat yang baik bagi Tom. Namun, belakangan ini sikap Tony sangatlah aneh, bahkan sempat beredar kabar kalau Tony telah melakukan penggelapan uang perusahaan sebesar milyaran juta rupiah. Apakah Tony ingin merebut perusahaan milik Tom? Entahlah Tom tidak ingin menuduh tanpa adanya bukti yang kuat. Namun, Tony sudah melakukan tindakan yang sangat keji terhadap keluarganya. Batas kesabaran Tom sudah habis. Dia harus bertindak secepatnya.

¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


Dua tahun sudah terlewati, Tony telah mendapat hukuman yang setimpal oleh Tom. Menurutnya tindakan kejahatan yang telah ia lakukan sudah tidak dapat di tolerin lagi.

Nina masih menjadi ibu dan istri yang baik bagi dirinya dan juga Frans. Meski Tom tahu bahwa di lubuk hati Nina, ia masih sangat terluka. Namun Nina memang tipikal wanita kuat, ia harus tetap kuat demi anak dan suaminya. Dan Nina sangat yakin bahwa anak keduanya suatu saat nanti akan kembali ke pelukannya.

Hari ini adalah hari pertama Frans masuk sekolah dasar. Dan ada satu permintaan dari Frans kepada kedua orangtuanya, yaitu Frans ingin punya adik di hari pertama ia sekolah. Sebelumnya Tom dan Nina bingung mengenai permintaan Frans yang sangat mendadak seperti itu. Mereka tahu jika keseharian Frans menjadi sepi tanpa hadirnya seorang adik. Frans menjadi semakin pendiam semenjak kejadian penculikan Karel. Jangan ditanya sudah berapa cara yang dilakukan Tom dan Nina untuk menemukan Karel. Semua media telah digunakan, baik itu media cetak, radio, bahkan mencarinya langsung dari satu tempat ke tempat lain.

Sore ini Tom, Nina, dan Frans pergi ke rumah panti asuhan yang di ketahui oleh Tom dari teman kantornya.

Sesampainya di panti asuhan, mereka di sambut oleh banyak anak-anak. Juga seorang wanita muda yang memperkenalkan dirinya, Bunda Rose. Frans sangat gembira saat bertemu dengan teman-teman sebayanya. Bermain bersama, meski dirinya baru saja sampai. Nina dan Tom memperhatikan Frans yang sedang asyik bermain kubik kesayangannya dengan seorang anak laki-laki. Wajahnya tampan, dan juga rambutnya berwarna coklat gelap. Keduanya tampak akrab, meskipun baru bertemu.

"Apa saya boleh tau siapa anak yang sedang bermain dengan Frans?" Tanya Nina pada Rose.

"Itu Sam. Dia anaknya memang aktif dan mudah akrab dengan orang baru." Jawab Rose.

"Kalau boleh tau sejak kapan dia tinggal disini?" Kemudian Tom ikut bertanya.

"Saya menemukannya di depan gerbang panti. Saat itu Sam masih bayi, dia menangis dan menjerit karna kedinginan." Jawab Rose, seketika ia terbayang saat pertamakali menemukan Sam.

Obrolan antara Nina, Tom, dan Rose terus berlanjut. Dari membicarakan panti asuhan hingga kehidupan keseharian yang mereka jalani masing-masing. Tiba-tiba Frans dan Sam menghampiri mereka bertiga.

"Ayo salam dulu Sam." Suruh Rose kepada Sam.

"Asaalamu'alaikum Om, Tantee." Ucap Sam polos sambil tersenyum.

"Waalaikumssalam, wahh pinter banget nama kamu siapa sayang?" Tanya Nina sambil mengusap kepala Sam.

"Nama aku Sam ganteng." Jawab Sam sambil tersenyum.

"Sam mau tinggal sama Tante?" Tanya Nina, namun Sam malah menggeleng dengan cepat.

"Kenapa?"

"Sam mau nunggu olangtua Sam jemput kesini. Nanti kalo nanti Sam ikut tante, Sam gak bisa ketemu meleka." Jawab Sam.

"Hmm begitu yaa. Yaudah Tante doain semoga Sam cepet ketemu ya sama orantua Sam." Nina lalu memeluk anak laki-laki yang sangat menarik perhatiannya itu.

"Ka Flans kalo mau ajak dia aja, dia itu pendiem banget. Sam sampe gak tau namanya." Sam menunjuk anak berwajah oriental yang sedang duduk menyendiri.

Seketika mereka semua menoleh pada seorang anak laki-laki yang sedang duduk menyendiri sambil memegang sebuah boneka dinausaurus. Wajahnya tampak sangat pucat. Tubuhnya banyak luka lebam. Lalu tangannya terulur untuk mengelap hidungnya. Alangkah terkejutnya Nina kala melihat yang keluar dari hidung bocah itu bukanlah ingus, melainkan darah segar.

Rose pun tampak kaget dengan keadaan anak asuhnya yang baru tinggal tiga hari dengannya. Dengan cepat Nina menghampirinya. Bocah itu tampak kaget saat melihat Nina.

"Sayang kamu kenapa, nak?" Tanya Nina lembut sambil membersihkan sisa darah di hidungnya dengan tisu. Namun, bocah itu tetap diam, seolah suaranya sangat berat untuk keluar. Nina merasa tidak tega bila anak ini tinggal di panti, terlebih dengan keadaan seperti ini.

"Kamu mau tinggal sama Tante?" Diluar dugaan, ternyata anak itu mengangguk. Lalu memeluk Nina. Rupanya ia sangat rindu dengan sosok orangtua di hidupnya. Rindu dengan hangatnya pelukan Ibu.

¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


"Jawab dong, nama kamu siapa?" Frans tampak sebal dengan anak disampingnya. Pasalnya dia hanya diam, ditanya pun tidak menjawab.

"Frans jangan galak gitu ah, gak baik." Tom menengahi.

"Nama aku Keneth Kak." Jawab anak itu sangat pelan, bahkan seperti bisikan.

"Ken?"

"Bukan, tapi Keneth." Ken memperjelas.

"Okee!! Aku panggil kamu Ken yaa." Seru Frans sangat antusias. Akhirnya anak sipit disebelahnya berbicara. Ken lalu mengangguk.

Flashback Off

A.M.O.R ✔Where stories live. Discover now