12. Kenard Alvaro

722 64 3
                                    

Semester satu sudah terlewati dengan baik oleh para penghuni kelas XII Akuntansi A. Begitupun dengan Vallery yang berusaha dengan keras untuk memahami segudang materi Ukom dan UN. Setiap harinya Vallery yang terkenal sangat nol besar di pelajaran kejuruan, dia diharuskan mengikuti pelajaran tambahan.

Sore ini pak Weda, guru akuntansi berhalangan hadir dikarenakan ada urusan pribadi. Vallery yang sudah menunggu satu jam di kelas hanya dapat menghembuskan napas kasar.

Gilak! buang buang waktu gue doang, racaunya.

Lalu Vallery pun bergegas menuju parkiran untuk pulang. Dengan tergesa-gesa dia jalan tanpa melihat siapa yang ada di depannya. Dan benar saja, ada seseorang yang dia tabrak sampai tubuhnya terhuyung. Vallery berusaha melihat siapa yang telah ditabraknya. Mulai dari sepatunya.

Kalo diliat liat si ini sepatu guru. Mampus gue, batin Vallery.

"Kamu gak apa-apa Ley?" Tanyanya. Vallery tahu ini suara siapa. Kayak kenal gue.

"Gak apa-apa kok pak. Maaf pak saya tadi jalannya kurang hati-hati." Tuhkan bener. Si bapak anu.

"Panggil Kaka aja ya Ley, kesannya saya jadi tua banget kalo kamu panggil Bapak." pinta Frans sambil terkekeh sendiri.

"Oh iya, Kak Frans." ucap Vallery kaku.

"Btw, kamu suka basket ya? Saya liat waktu kamu ngeshoot bola kayak udah handal banget." Pasti mulai ada sesi pertayaan sebentar lagi.

"Hehe iya, Ka." Jawab Vallery kikuk.

"Kamu kalau diliat liat mirip banget sama adik saya. Suka banget main basket. Kamu kenal Kenard kan?" Tanya Frans. Vallery sudah merasa tidak enak dengan arah perbincangan ini.

"Jadi Ken itu?" Vallery menggantungkan ucapannya.

"Iya Kenard Alvaro itu adik saya." Seketika otak Vallery terdengar bunyi Bipp-----.

"Oh pantes aja Kaka mirip sama dia." Ucap Vallery sebisa mungkin menetralkan situasi di dalam hatinya. Meskipun faktanya enggak mirip.

"Hehe iya, namanya juga Kaka adik. Oh iya kapan-kapan kamu boleh tuh tanding satu lawan satu sama Ken. Saya mau tau siapa yang menang."

Ogah banget gue

"Siip atur aja Ka. Btw, aku duluan ya. Ada urusan." Pamit Vallery. Karna enggan untuk terjerumus lebih larut dalam obrolan absurd barusan. Yaiyalah siapa si yang mau bahas mantan. Apalagi sama Kakaknya.

"Oke, hati-hati ya." ucap Frans ramah sambil melambaikan tangan.


¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


"What!! Jadi Ka Frans itu Kakaknya Ken?"
Suara cempreng itu berasal dari Cut. Kini mereka berdua sedang ada di kedai kopi. Lebih tepatnya warkop. Bukan warkopnya Dono, Kasino, Indro ya gengs. Mereka lagi menikmati mie instan. Mitosnya, Gak tau kenapa mie instan di warkop rasanya jauh lebih enak daripada bikin sendiri dirumah. Ada yang tau kenapa?

"Ya gitu deh. Gilanya Ka Frans ngajakin gue tanding basket sama si kunyuk itu." Ucap Vallery jengkel sambil melahap mie kuahnya.

"Kok hidup lo kayak di wattpad ya. Aneh-aneh lucu gitu." Ledek Cut kepada Vallery yang kini tengah asik menyeruput segelas teh tawar hangat.

"Kebanyakan baca yang gak berfaedah lo mah."

"Heh siapa bilang gue baca yang gak berfaedah? Nih ya baca itu bisa meningkatkan tingkat imajinasi lo. Bukan cuma itu aja, lo juga bisa berfikir lebih kritis tentang suatu keadaan. Dan suatu cerita itu pasti mengandung pesan moral jadi secara gak langsung lo bisa ambil pelajaran dari apa yang lo baca." jelas Cut panjang lebar. Saat ini sisi bijak Cut muncul. Jadi panggil saja Cut Teguh.

"Ya ya ya." jawab Vallery ogah ogahan. Vallery memang suka baca. Tapi Vallery lebih menyukai komik karna ada gambarnya. Katanya biar mata gak kesemutan.

"Back to topick, jadi lo gimana sama Ken?" Tanya Cut dengan tatapan mengintrogasi.

"Gimana apanya? Gue aja empet ketemu dia setiap hari. Dan untung aja dikit lagi lulus jadi mata gue terselamatkan."

"Yakin lo lulus?" Ledek Cut.

"Kampret lo!!"

¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


Anak-anak panti asuhan kasih bunda sekarang tengah duduk rapih menanti hadiah yang akan diberikan oleh salah seorang donatur.

Sam dan satu temannya juga sedang mengatur adik-adiknya agar duduk dengan tertib. Darren. Merupakan anak yatim piatu yang juga tinggal di panti ini. Orang tuanya meninggal karna kecelakaan pesawat sejak dia berumur tiga tahun. Kini umurnya telah delapan belas tahun, sama seperti Sam, namun ia lebih memilih home scolling atau bersekolah di rumah.

Tidak lama kemudian donatur itu pun datang. Dia merupakan seorang pengusaha sukses yang sangat terkenal di Singapore. Terlihat jelas dari kendaraan dan penampilannya saat ini, meskipun masih tetap menonjolkan kesan sederhana. Dari informasi yang Sam tahu, donatur ini jarang sekali memberikan sumbangan secara langsung, karna bisnis yang membuat mereka sangat sibuk.

Bunda Rose yang sedari tadi menanti kedatangan mereka kini sedang menyambutnya dengan bersalaman ramah di ruang tamu. Terlihat bukan hanya sepasang suami istri yang datang, melainkan juga ada seorang laki-laki seusia Sam dan Darren, namun Sam tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.

Setelah mengobrol di ruang tamu, kini mereka berjalan untuk menemui para malaikat kecil penghuni panti. Sam dan Darren berdiri sembari memperkenalkan diri. Namun alangkah terkejutnya Sam begitu mengetahui siapa remaja laki-laki tadi. Ken. Dan itu adalah orang tuanya. Mereka donatur di panti ini.

Kenapa harus dia dari sekian banyak manusia?

Darren yang tidak tahu apa-apa langsung memperlihatkan senyum lebarnya kepada mereka semua.

"Perkenalkan Sam, Darren. Ini Tuan Tom dan Ibu Nina, mereka merupakan donatur di panti asuhan ini sejak belasan tahun lalu." ucap Bunda Rose sambil tersenyum hangat.

"Dan ini anak kedua mereka namanya Kenard Alvaro, dia seusia kalian. Oh iya kalau tidak salah dia satu sekolah dengan kamu ya Sam?" Tambah Bunda Rose. Sam yang diajukan pertanyaan malah melamun memikirka sesuatu. Sampai akhirnya tangan Darren menepuk bahu Sam untuk menyadarkannya dari lamunan.

"Ohh mungkin Bun, soalnya Sam gak pernah liat Ken disekolah." jawab Sam pura-pura tidak tahu.

"Iya saya memang siswa baru disekolah, jadi wajar kalau Sam gak pernah lihat saya." jawab Ken.

"Jadi selama ini Ken tinggal dengan Neneknya di Bandung, lalu kami memutuskan untuk mengajaknya ke sini." ucap Nina memperjelas.

"Sam apa kabar sayang?" Tanya seorang wanita paruh baya yang barusaja ia kenal. Tapi, Sam merasa seperti pernah melihatnya. Tapi lupa. Masih mudah udah pikun lo Sam.

"Alhamdulillah baik Tante." Jawab Sam kaku macam kanebo kering.

Setelah perkenalan barusan kini tibalah saat membagi bagikan bingkisan dan doa bersama. Para malaikat kecil panti tampak gembira mendapatkan bingkisan hari ini.


Ada yang mau disampaikan ke Sam atau Ken? Atau justru ada yang salfok sama Darren??

Sejauh ini cast yang cocok siapa ya??

Vallery

Sam

Ken

Tulis di kolom komentar yaaa..

A.M.O.R ✔जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें