36. DNA

438 30 5
                                    

Sam memakirkan motornya di pekarangan rumahnya. Kali ini ia pulang agak sore karena harus berpesta pora dulu disekolah. Berjoget dengan alunan musik DJ. Menaburkan bubuk warna warni ke udara. Menandatangani baju putih abu-abu siswa maupun siswi hanya untuk kenang-kenangan. Dan juga acara penggalangan dana untuk korban bencana alam yang baru-baru ini terjadi. Jadi acara tadi bukan hanya untuk bersenang-senang semata, tetapi juga ada sisi positif yang mereka berikan untuk sesama.

Mata Sam menangkap mobil jazz putih terparkir di pekarangan rumah. Ia mengenali si pemilik mobil. Punya Nina.

Paling ngomongin bisnis sama bunda Rose, pikir Sam.

Kakinya berjalan memasuki ruang tamu panti. Terlihat jelas Bunda Rose sedang duduk berhadapan dengan Tom dan Nina. Sepertinya kali ini mereka bukan membahas bisnis. Ada hal lain yang sepertinya serius sedang mereka bicarakan. Sam menyalami tangan ketiganya, lalu berpamit untuk masuk ke kamarnya. Namun, Nina menahan tangan Sam.

"Sam bisa duduk disini dulu sebentar? Ada yang mau kami bicarakan sama kamu." Ucap Nina. Lalu Sam duduk bersebelahan dengan Bunda Rose.

"Maaf, ada apa ya, Tante?" Tanya Sam. Rupanya Sam masih canggung untuk memanggil dengan sebutan Bunda.

"Ini ada hal yang ingin kami beritahu sama kamu." Tom memberikan secarik surat kepada Sam. Lalu Sam membaca isi surat tersebut. Hatinya terkejut. Sempat mencelos karna logika dan hatinya untuk kesekian kali tak sejalan beriringan. Bagaimana ini bisa terjadi.

"Maksudnya apa ini om, Tante?" Tanya Sam. Air matanya telah mengalir membasahi pelupuk matanya. Nina lantas memeluk Sam dengan sangat erat. Mengusap rambut Sam dengan penuh kasih sayang.

"Akhirnya Mama nemuin kamu nak, kamu anak Mama!" Keduanya kini menangis haru. Sam memeluk seseorang yang sangat ia rindukan sepanjang hidupnya. Di peluk oleh seorang yang disebut Mama. Seseorang yang melahirkan dirinya ke dunia.

Tom dan Bunda Rose ikut terharu melihat Ibu dan anak yang kini dipertemukan kembali. Ternyata Sam adalah anaknya yang selama ini ia cari. Tom sangat bersyukur pada tuhan.

"Gimana bisa Tante tau kalau aku anak Tante?" Kini Sam menanyakan pertanyaan yang menyeruak dari kepalanya.

"Tanda lahir kamu yang buat Mama yakin, dan tes DNA ini yang membuat Mama semakin yakin." Jawab Nina mantap.

"Tante bisa dapet sampel DNA aku darimana?"

"Bunda yang bantu untuk dapetin sampel rambut kamu, Sam." Bunda Rose ternyata ikut membantu Nina.

Nina tersenyum lalu mengusap lembut rambut Sam.

"Jangan panggil Tante lagi ya, panggil Mama, Ma-ma." Nina sengaja mengeja kata Mama kepada anaknya itu.

"Iya, Mama." Ucap Sam sambil tersenyum penuh haru. Tak terbayangkan sebelumnya bahwa ia akan bertemu dengan keluarganya. Memeluk Ibu yang sangat ia rindukan.

"Kamu beresin barang-barang kamu yah, Sam mau kan tinggal sama Mama dan Papa?" Tanya Nina. Namun Sam tidak langsung meng-iyakan pertanyaanya barusan. Sam malah melirik ke arah Bunda Rose. Bunda Rose menyadari apa yang sedang Sam pikirkan.

"Sekarang Sam udah ketemu sama Mama Sam. Sam senengkan? Tenang aja, jangan khawatirin Bunda sama adik-adik. Sam kan masih bisa main kesini kapan aja." Ucap Bunda Rose penuh pengertian. Sam kemudian tersenyum lalu mengangguk. Persis seperti Sam berusia tiga tahun. Lalu memeluk Bunda Rose.

"Tapi apa Mama dan Papa bisa ceritain kenapa Sam bisa tinggal di panti dan terpisah dari kalian?" Tanya Sam seketika.


"Mimpi indah itu seketika menyeruak ke permukaan. Ciptakan kenyataan penuh arti."


Akhirnya Sam ketemu sama orangtuanya, berarti dia saudaraan sama Ken dan Frans dong?

Ohoo banyak fakta baru menjelang ending, jadi jangan sampai gak baca yaa

Ajak cuga teman, saudara, dan orang-orang di sekeliling kalian buat baca ceritaku.

Bantu cerita ini supaya tambah banyak diminati banyak orang yaa

Vote dan komen jangan lupa 😉

A.M.O.R ✔Where stories live. Discover now