37. Balon Biru

437 21 0
                                    

Flashback On

Dapat dikatakan Nina adalah wanita yang paling berbahagia saat ini. Memiliki suami yang sangat mencintainya, juga sangat ia cintai. Serta kedua anak lelaki yang sangat lucu dan tampan, persis seperti suaminya yang keturunan Amerika.

Frans Danendra Pratama merupakan putra pertamanya yang kini berusia empat tahun. Sebentar lagi ia akan masuk TK. Frans merupakan anak yang cerdas, diumurnya saat ini ia sudah fasih tiga bahasa yaitu, Indonesia, Inggris, dan Mandarin. Hobynya bermain lego dan kubik. Keseharian Frans dapat dikatakan mirip seperti anak lelaki lainnya. Hanya saja ia jauh lebih pendiam. Dan lebih menyukai tempat yang sunyi dan tenang.

Lalu anak keduanya yang kini baru berusia lima bulan. Namanya Karel Tom Danendra. Memiliki tanda lahir berupa tiga tahi lalat berbentuk segitiga di bahu. Gelang berukiran namanya yang dengan setia melingkar di pergelangan tangan kirinya. Serta mata berwarna coklat yang selalu mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Mengurus dua anak memang bukan perkara yang mudah, terlebih Nina tidak mau menggunakan jasa pengasuh anak. Katanya ia ingin mengurus kedua anaknya dengan tangannya sendiri. Dengan usahanya sendiri.

Sore itu Nina berjalan-jalan ke taman kompleks dekat rumahnya. Sudah menjadi rutinitas rutin yang ia lakukan setiap harinya. Bersama Frans yang berjalan disisinya, juga Karel yang berada di roda bayi. Keduanya terlihat sangat bahagia dan tertawa senang kala diajak main ke taman. Tom suaminya memang jarang berada di rumah. Banyak bisnis yang harus ia urus, baik di dalam negri maupun luar negri.

Nina memilih duduk di sebuah kursi coklat sedangkan Frans sibuk bermain kubik disisinya. Karel yang kala itu sudah makan dan menyusu tampak tenang dan seringkali tawa riang terukir di wajah mungilnya. Kepala botak karena habis di cukur, membuatnya tambah menggemaskan. Kulit berwarna kuning langsat membuatnya bersinar kala terkena paparan sinar mentari senja.

Tidak berselang lama terdengarlah bunyi pedagang balon menjajakan jualannya di jalan setapak di sebrang taman. Mata Frans berbinar kala melihat balon gas berwarna biru laut yang sangat menarik perhatiannya.

"Mom, aku mau balon bilu itu." Pinta Frans sambil menarik-narik baju Nina. Lalu Nina mengeluarkan selembar uang dan memberikannya pada Frans.

"Ingat ya nyebrangnya hati-hati. Liat apa dulu?"

"Liat kanan kili dulu, Mom."

"Pintar." Ucap Nina sembari mengusap kepala Frans.

Nina masih setia mengajak bercanda anak keduanya, tawa riang Karel membuat hatinya sangat terhibur. Namun, seketika mata Nina menangkap keberadaan anak pertamanya sedang terancam. Saat Frans ingin menyebrang sambil membawa balon birunya, ada mobil sedan hitam melaju kencang kearahnya. Frans yang tersenyum girang sambil membawa balon tidak menyadari sedikit pun akan keberadaan mobil itu. Seketika Nina berlari menyelamatkan putra tercintanya itu. Hatinya berdegup sangat cepat kala kakinya beradu dengan waktu. Dengan cepat Nina menarik lengan Frans hingga membuat keduanya tersungkur jatuh diatas aspal. Siku kiri Nina yang bergesekan langsung dengan aspal sempat berdarah. Frans terkejut dengan yang barusaja ia alami. Melihat siku Mamanya berdarah, ia langsung menjerit dan bertanya.

"Mom?! Apakah Mama gak apa-apa? Mom, maafin Flans kalna udah bikin Mama sepelti ini." Ucap Frans penuh penyesalan. Sedangkan Nina hanya tersenyum lega melihat putranya selamat. Lalu ia tertawa. "Kamu ini, panggil Mama aja. Jangan dicampuradukin gitu. Kadang Momy. Kadang Mama."

Lalu Nina berjalan menuju roda bayi yang di duduki Karel.

"Sayang, maaf ya Mama lama." Nina belum melihat apa yang sebenarnya terjadi disana. Alangkah kaget hatinya saat melihat disana sudah tidak ada putra keduanya. Bagaimana bisa ini terjadi, pasalnya belum sampai lima menit ia meninggalkan putranya itu. Siapa yang mengambilnya? Jantungnya seperti berhenti berdetak. Napasnya naik turun menahan sesak. Bagai dihimpit kedua tembok baja. Tubuhnya remuk. Kakinya kehilangan keseimbangan hingga ia terduduk lemas di rumput.

"Karel kamu dimanaa!!" Teriak Nina sambil terisak pilu. Frans juga turut bingung karena adiknya tidak berada di roda bayinya. Ia bingung harus bagaimana. Lalu ia berlari mencari bantuan, meneriaki siapa saja yang sedang melintas disana.

Hingga pada satu titik pandangan Nina terfokus. Ia melihat ada seorang lelaki bertubuh tinggi sedang menggendong anaknya lalu masuk ke dalam mobil hitam. Mobil yang tadi nyaris menabrak Frans. Nina berlari sekuat tenaga, meninggalkan Frans pada seorang wanita tua yang baru saja lewat disebelahnya. Nina berteriak berharap mobil itu berhenti, namun langkahnya tak sebanding dengan laju mobil yang cukup kencang tersebut. Nina tertinggal jauh. Tapi ia sempat melihat plat mobil itu. Dan ia ingat betul.

¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


Setelah satu minggu berlalu, keadaan rumah keluarga Tom masih terlihat sangat kalut. Nina yang hampir sepanjang malam menangis, mengingat bagaimana nasib putra keduanya. Frans masih di bawah umur, ia bingung dengan apa yang terjadi, bingung mengapa adiknya tak kunjung pulang ke rumah. Hingga pada akhirnya Tom mempercayakan seorang pengasuh untuk mengurus Frans hingga keadaan kembali cukup stabil. Tom tidak bisa membiarkan Frans terlantar, biar bagaimanapun Frans masih terlalu kecil untuk mengurus dirinya sendiri. Siang ini Nina masih seperti biasa, duduk di dekat kolam renang sambil menitihkan air mata. Tom sangat hancur kala melihat istrinya terpukul seperti ini, terlabih Karel yang tak kunjung ada kabar.

Tok tok..

Ketukan pintu membuyarkan fikiran Tom, ia lantas berjalan menuju pintu utama lalu membukakan pintu. Terlihatlah dua orang pria dewasa memakai seragam kepolisian. Tom mempersilahkan masuk, dan kini mereka semua telah duduk bersama di ruang tamu.

"Disini kami akan memberikan dua informasi penting terkait hilangnya anak Bapak." Ucap seorang polisi bernama Fahrul. Lalu ia mengeluarkan sebuah pelastik transparan berisikan gelang milik anak bungsunya. Gelang yang berukiran namanya.

"Kami menemukan ini di sisi jalan. Entah sengaja di lepas atau memang terjatuh." Fahrul memberikan itu kepada Nina, lalu Nina memeluk gelang itu sambil terisak. Seolah ia sedang memeluk Karel. "Kami juga telah menetapkan tersangka tentang siapa pemilik plat mobil tersebut."

"Siapa pak pelakunya?" Tanya Tom cepat.

"Pelakunya adalah,"

A.M.O.R ✔Where stories live. Discover now