26. muka vampir

456 33 0
                                    

Cahaya terang seakan beradu memasuki pupil mata Vallery. Membuatnya sedikit menyipit karna merasa cahaya yang terlalu silau. Aroma obat-obatan menyeruak masuk ke indra penciumannya. Ruangan bernuansa putih gading menyadarkan Vallery bahwa kini dirinya berada di rumah sakit. Bagaimana bisa ia berada disini, bukankah seharusnya ia sedang UKOM di sekolah.

Vallery mencoba bangun dari brankar, namun gerakannya terhenti karena tangannya menempel sebuah selang infus. Vallery berjalan ke arah kamar mandi untuk melepaskan soflen, ia tak mau berlama lama memakai benda yang satu ini. Ia membasuh wajahnya dan kembali lagi berbaring diatas brankar rumah sakit. Vallery merasakan perutnya sangat sakit.

Tiba-tiba pintu rumah sakit terbuka, menampilkan sosok perempuan paruh baya yang tak lain adalah Bunda. Bunda membawa buah-buahan segar dan beberapa camilan.

"Bun, Valley sakit apa? Kok sampe pakai infus segala?" Bunda menarik kursi di sisi brankar, kemudian duduk dan meletakan plastik belanjaan diatas nakas.

"Kamu cuma kecapean aja sama mau datang bulan, jadi perut kamu sakit." Jawab Bunda santai sambil bersiap mengupas buah apel.

"Bunda gak bohong kan? Vallery gak sakit yang aneh-aneh kayak di novel?"

"Kamu tuh ya nduk. Korban wetpet banget. Wong cuma mau pms doang, terus itu infusan biar kamu gak lemes dan cepet pulih. Kan besok masih UKOM." Balas Bunda dengan logat jawa-nya. Begitulah Bunda kalau jengkel dengan Vallery selalu mencampur adukan bahasa. Untung bukan bahasa spanyol campur china, Vallery sudah angkat kaki kalau sampai begitu.

Vallery cengengesan mendengar ocehan Bunda barusan. Memang iya tanggal segini itu waktunya ia kejatuhan bulan. Tapi tidak biasanya ia merasakan sakit menjelang pms. Setiap kali Cut bercerita saja Vallery selalu merespon "emang sakit banget ya, Cut?"  Dan sekarang Vallery merasakannya. Rasanya kayak usus lo di ikat terus di cincang. Belum lagi mulas tapi gak pengen eek. Pokonya gak bisa diungkapin pakai kata-kata deh.

Pintu kembali terbuka, kali ini menampilkan cowok berperawakan tinggi bagai tiang listrik. Tapi masih tetap tampan. Ia meletakan helm di kursi tamu lalu berjalan kearah Vallery.

"Assalamualaikum, Bunda." Sam menyalimi tangan Bunda.

"Waalaikumssalam. Gimana tadi ulangannya?" Tanya Bunda sambil mengusap rambut Sam pelan.

"Aman terkendali kok, Bun." Jawab Sam sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Ini kutu kampret sakit apa Bun?" Mendengar dirinya dikatai kutu kampret, Vallery langsung melotot kemudian menjitak kepala Sam.

"Liat tuh bun, Vallery KDRT mulu." Keluh Sam sambil mengelus kepalanya.

"Kamu tuh ya ada-ada aja." Bunda tertawa lepas setelah mendengar perkataan Sam barusan.

"Sam lo tau gak siapa yang bawa gue kesini?" Vallery masih bingung kenapa dirinya malah di bawa ke rumah sakit, padahal di uks saja udah cukup.

"Gaktau, gue tadi liat udah ada ambulance terus lo udah ada di dalamnya."

¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


Flashback on

Menjelang sore hari para penghuni kelas Akuntansi A masih tetap berkonsentrasi mengisi lembar demi lembar kertas ujian kompetensi. Namun tidak dengan Vallery, cewek yang duduk di pojok ruangan itu nampak bercucuran keringat, tangannya meremas perutnya yang sangat terasa sakit. Dan tidak lama ia terkulai di meja karna kehilangan kesadaran. Semua penghuni kelas panik, begitupun dengan pengawas ruangan.

Ada seorang cowk yang menembus kerumunan, tanpa berfikir panjang ia menggendong Vallery menuju UKS. Tidak perduli dengan ujian kompetensi miliknya sendiri. Yang terpenting saat ini adalah gadis yang berada hadapannya. Gadis yang amat sangat ia cinta.

Flashback off

Ken duduk di koridor rumah sakit. Namun, bukan untuk menjenguk Vallery. Justru ia tak ingin bertemu dengannya disini. Seperti kegiatan rutin dirinya bertamasya disini. Jika kebanyakan remaja menghabiskan akhir pekan atau mengisi waktu luang dengan bermain di mall atau caffe. Tidak dengan Ken. Barangkali Ken merupakan sosok yang sangat sempurna, dari kehidupannya yang terbilang berkecukupan, wajah yang diatas rata-rata dan masih banyak yang lainnya.

"Bro! Lo disini juga?" Tiba-tiba saja Sam datang lalu duduk disebelah Ken.

"Ehh iya, keadaan Vallery gimana?" Tanya Ken sambil memperbaiki raut wajah.

"Alhamdulillah udah lumayan baik. Btw, lo ngapain disini?"

"Abis cek darah, biasa gue darah rendah mulu. Liat aja muka gue kayak vampir gini." Jawab Ken disertai tawaan nyaring setelahnya.

"Iyasi emang muka lo mirip vampir, pucet mulu. Untung ganteng kayak gue." Balas Sam dan keduanya pun tertawa.

"Btw, lo duduk disini aja? Belum ketemu Vallery kan?" Sam menarik tangan Ken untuk berjalan ke kamar rawat Vallery. Entahlah Sam memang tidak begitu suka dengan Ken, karena alasan masa lalu. Ken yang pernah menyakiti sahabatnya. Namun entah kenapa Sam tidak bisa berlaku acuh disaat melihat keadaan Ken yang pucat pasi seperti saat ini. Bukankah memendam kebencian itu dosa? Sam kan anak baik. Dan dosanya juga telah menggunung. Jadi Sam gak mau nambah dosa lagi.

"Benci aku. Dengan begitu hilangku bukan sesakmu."

Sebel nggak si kalau lagi disekolah terus sakit perut gara-gara pms. Apalagi kalau lagi pelajaran produktif.

Coba share dong pengalaman kalian saat ngalamin hal seperti ini dan gimana cara nanganinnya supaya sakitnya reda.

Jangan lupa klik bintang dan komen sebanyak-banyaknya yaa💕

A.M.O.R ✔Where stories live. Discover now