33. Pesen

442 29 6
                                    

Matahari tampaknya masih malu-malu menampakan dirinya pada semesta. Kicau burung kian bersautan memanggil manggil mentari untuk bersinar lebih terang lagi, menghangatkan tubuh mereka yang lembab akibat udara malam.

Vallery masih asyik dengan dunia keduanya. Mimpi. Ia masih berdengkur keras dengan tangan dan kaki menjuntai ke pinggiran ranjang. Mulutnya menganga sambil meneteskan iler kebanggaannya.

"Allahuakbar! Anak perawan jam segini masih tidur, banguunn!" Bunda datang ke kamar Vallery sembari membawa centong dan wajan. Kedua alat dapur itu berubah fungsi menjadi alarm untuk membangunkan anak gadisnya.

Namun bukannya bangun dan bergegas ke kamar mandi, Vallery malah memasukan seluruh tubuhnya ke dalam selimut. Hal tersebut membuat Bunda menghembuskan napas kasar. Tapi tidak berkata kasar yaa. Bunda membuka selimut dengan paksa lalu kembali membunyikan alat dapur tersebut.

"Duh Bun, inikan minggu. Ngapain bangunin Valley?" Vallery masih memejamkan mata sambil menguap.

"Minggu ndas mu! Ini Senin sayang, hari pertama kamu UN." Bunda mencoba tetap sabar menghadapi anak gadisnya yang cukup pikun hari. Dan seketika Vallery terbangun dan melihat jam digital di dinding kamarnya. Benar saja ini hari Senin, dan tadi malam dirinya habis belajar. Masih terlihat jelas buku-buku berserakan di tempat tidur dan meja belajar.

"Bunda!! Valley telat!" Vallery langsung bergegas ke kamar mandi. Yang pasti bukan untuk mandi, melainkan hanya gosok gigi dan cuci muka. Ini kedaan darurat, jadi tidak cukup waktunya untuk mandi.

Seperti biasa, Vallery menyambar roti gandum di meja makan lalu memakannya sambil berjalan, tak lupa menyalimi Bunda dan meminta restu agar ujian akhirnya ini dapat berjalan lancar sentosa. Setelah berada dalam mobil, ia tancap gas dengan kecepatan tinggi.

¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


Keadaan sekolah tampak sepeti biasanya, namun tidak pada siswa siswinya. Mereka tampak sibuk dengan buku mereka masing-masing. Ada yang menghapal dengan sangat fokus, ada yang teriak-teriak dengan teman satu geng sambil melafalkan rumus yang sudah dihapalnya, ada yang tertidur di pojokan kelas dengan buku sebagai penutupnya. Bahkan seorang Rey sekalipun tampak belajar, ya meskipun ponsel masih ia genggam.

Vallery berjalan menuju tempat duduknya. Dari pintu masuk terlihat Cut yang berjalan sambil membaca buku. Kali ini ia mengenakan kacamata, karna katanya min-nya bertambah. Terlalu sering baca wattpat malem-malem pas lampu kamarnya udah di matiin. Jangan ditiru ya sobat.

"Anak pinter! Belajar sambil jalan. Gak kesandung Mbak?" Cut duduk di kursinya yang berada di sebelah Vallery. Cut masih tampak serius membaca, seolah tidak ada siapapun disitu.

"Woiya dong! Liat nih gue baca apa," Cut menyodorkan buku yang daritadi dibacanya. Tingkah konyolnya membuat Vallery geleng-geleng kepala. Ternyata di balik buku pelajaran, dia taru novel. Dan daritadi Cut baca novel bukannya belajar. Sangat pintar.

"Kapan lo insaf wahai sabahat?" Tanya Vallery seolah sedang bermain drama.

"Nanti kapan-kapan, sobat." Jawabnya enteng. Lalu melanjutkan ritual bacanya.


¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


Di tempat yang berbeda, seorang cowok sedang memakai infus dan alat kedokteran lainnya yang menempel di tubuhnya. Ia tetap semangat menjalani UN, meskipun bukan di tempat semestinya. Kemarin darah segar sempat mengalir dari hidungnya, hingga membuat dirinya jatuh pingsan dan di larikan ke rumah sakit. Ruangan bernuansa putih gading ini rupanya akan menjadi saksi bisu perjuangannya dalam melewati UN.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Terlihat dengan jelas yang masuk ke ruangannya adalah sosok guru yang sangat ia segani, dengan segala kewibawaannya. Namun, ternyata ia adalah sosok guru yang sangat ramah dan berhati lembut. Pak Weda, selaku ketua jurusan Akuntansi menjenguk sekaligus membantu Ken dalam menjalani UN. Ken bersyukur, meski dengan keadaan seperti ini ia masih bisa menjalani ujian yang sangat ia nantikan. Kelulusan adalah tujuan utamanya.

"Tetap semangat ya, Ken. Bapak yakin kamu pasti bisa." Pak Weda memberikan sedikit semangat pada siswanya. Ken tersenyum mendengarnya. Hal tersebut membuat Ken semakin semangat untuk menjalani UN hingga hari terakhir.


¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤

Vallery menghembuskan napasnya setelah UN hari pertama selesai. Masih ada tiga hari lagi pertempuran putih abu-abu. Cut menyambar tasnya lalu membereskan alat tulis yang masih berserakan di mejanya. Begitupun dengan Vallery.

"Ley, kok gue gak liat Ken ya? Masa dia gak masuk, inikan hari pertama UN?" Vallery tersadar, benar juga dartadi dia tak melihat Ken hadir dalam ruang ujian.

"Gak tau. Dia gak ngabarin gue, ponselnya juga gak aktif dari kemarin." Jawab Vallery lesu. Dia memang sudah terbiasa tanpa Ken, tapi tetap saja ia bingung. Mengapa Ken tidak masuk di hari sepenting ini.

"Lo gak coba cari ke rumahnya?"

"Gue bahkan gak tau rumahnya dimana."

"Jadi selama pacaran lo belum pernah ke rumahnya? Ketemu orangtuanya?" Tanya Cut panjang kali lebar. Vallery hanya menggeleng setelahnya.

"Lo pacaran tapi kayak bukan orang pacaran tau gak sih!"

"Abis gimana ya, Cut. Gue sendiri bingung sama perasaan gue. Ada sesuatu yang bikin gue gak punya rasa kayak dulu lagi sama dia. Gue gak tau itu apa."

"Kayaknya gue tau." Ucap Cut disertai senyum miringnya. Yang perlu kalian tau Cut itu kalo senyum miring bukan berarti dia antagonis, tapi emang udah dari sanahnya begitu.

"Apa?"

"Gue pesen sam--"

"Gue gak lagi mau ke kantin." Potong Vallery.

"Serius govlok! Gue pesen, kalau misal lo udah gak punya perasaan sama Ken, coba lo bicarain baik-baik. Ajak dia ngobrol, Ley. Jangan malah diemin dia, biar bagaimanapun gue liat dia tulus sama lo."

Vallery mencoba mencermati setiap perkataan Cut.

"Jangan kasih harapan ke dia, tapi inget lo juga jangan berlaku jahat dengan mematahkan hati dia. Dan kalo emang lo ngerasa ada sesuatu yang ngebuat lo aneh, coba lo pikirin baik-baik. Jangan cuma ngandelin logika aja, gue tau lo itu orangnya realistis. Tapi coba sesekali lo pakai hati lo juga. Lo tanya hati lo."

"Gue mau lo peka sama keadaan Ley. Gue cuma bisa kasih lo saran. Sebagai sahabat yang baik gue gak mau pro buat lo pilih siapa. Tapi itu semua balik lagi sama hati lo."

"Makasih ya Cut, lo udah sabar banget ngadepin sifat gue yang bego kalau masalah beginian." Vallery memeluk Cut.

"Baru sadar lo bego?" ucap Cut tiba-tiba, lalu setelahnya mereka tertawa bersama dengan keadaan kelas yang sudah sepi macam kuburan.


"Aku menyerah pada rasa yang secepat itu bermetamorfosa. Logikaku keliru. Maaf."

Terharu sama semangatnya Ken yang meskipun sakit tapi masih tetap semangat UN 😢

Kalian jangan lupa buat semangat meraih cita-cita yaa..

Ada yang tau Ken sakit apa??

A.M.O.R ✔Where stories live. Discover now