15. Rumah

621 52 3
                                    

Setibanya dirumah Ken langsung meletakan belanjaannya di dapur. Ada yang dimasukan ke dalam lemari pendingin ada juga yang hanya di letakan di laci. Dan tidak lupa dipasang label "punya Ken" agar tidak ada yang berani mengambilnya.

Setelah semuanya selesai ditata dengan baik. Ken beranjak ke ruang keluarga untuk menonton tv. Ia dapat melihat Kakaknya Frans yang sedang asyik menonton piala dunia.

"Apa lawan siapa nih?" Tanya Ken langsung ikut nimbrung menonton sambil mencomoti kacang yang terletak di meja.

"Uruguay vs Portugal." Jawab Frans sambil tetap fokus ke layar tv.

"Wuahh gooooolllllllll!!" Teriak Frans antusias begitu melihat Uruguay mencetak gol pertamanya.

Ken hanya menonton dengan tenang sesekali tersenyum melihat perilaku Kakaknya ini. Baik Uruguay maupun Portugal bukanlah tim favoritnya, jadi ini biasa saja menurut dirinya. Lain cerita jika Spanyol yang bertanding pasti dia telah bersiap dengan baju kebanggaannya dan atribut lengkap.

"Frans, gue ketemu dia lagi." Ucap Ken membuka percakapan. Meski dirinya tahu bahwa Frans akan tetap fokus nonton tanpa memperhatikan ucapannya.

"Dia pernah jadi rumah gue dan akan selamanya jadi rumah gue. Tempat dimana hati gue pulang." Ken mulai mengingat kenangan yang pernah ia lalui dulu.

"Gue tau dia benci banget sama gue, tapi sampai kapanpun gue gak bakal nyerah buat minta maaf, dan sekalipun hatinya bukan buat gue lagi setidaknya gue udah berhasil dapet maaf dari dia." Ucap Ken lagi. Namun bukanya mendapat respon ataupun nasihat ala Frans Teguh. Ia malah mendapati kacang mahal dari Kakaknya yang tetap fokus pada layar tv.

"Bangke!! Gue curhat bukannya di dengerin malah dikacangin kayak kambing congek." Ken yang kesal karena tidak mendapat respon apapun dari Frans lantas ia melempar bantal tepat kearah kepalanya.

"Emangnya siapa si yang bikin lo jatuh cinta sampe segininya?" Tanya Frans penasaran.

"Vallery Agatha, cinta pertama gue pas jaman Smp." Jawab Ken.

"Ohh anak XII Akuntansi A itu yang tomboy, jago basket, terus kalo ngomong suka pedes kayak bon cabe." Ucap Frans berusaha menebak dan menggambarkan sosok seorang Vallery.

¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


"Kamu UN kapan?" Tanya Bunda. Saat ini Ana dan Vallery sedang dalam perjalanan pulang. Bunda yang menyetir dan Vallery duduk disamping kursi kemudi.

"Gak merhatiin tanggalnya. Tapi yang pasti Ukom dulu baru UN." Jawab Vallery singkat. Bukanya tidak perduli dengan Bundanya, namun Vallery sangat lelah saat ini.

"Belajar yang bener dan jangan kecewain Bunda sama Ayah." Pesan Bunda. Tidak tahu kenapa Bunda dapat berlaku seperti teman seusia Vallery atau bisa juga berperilaku layaknya orang tua yang disiplin dan otoriter. Bunda adalah orangtua yang tahu kapan harus bersikap seperti teman dan kapan harus menjadi orangtua yang disiplin.

"Ley? Denger kan Bunda ngomong apa?" Tanyanya memastikan. Namun tidak kunjung di jawab karna begitu dilihat kearah sebelahnya, Vallery sudah tertidur dengan mulut menganga.

Hampun ini anak gue gini amat ya, batin Ana.

¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤


"Heloo epribadehhh kita freeclass!" Suara cempreng itu berasal dari Rey, ketua kelas XII Akuntansi A. Yang hobinya cuma tidur dan main game doang. Jika yang kalian tahu penghuni kelas Akuntansi itu pintar pintar kalian salah, contohnya masih ada Vallery dan Rey yang bego di kelas. Atau mungkin mereka berdua salah kelas.

Kadang suka sedih akutu :"

"Seriuss?? Jangan hoax doang lo!" Tanya seorang siswa laki-laki dipojok belakang yang bernama Nath. Yang ini hobinya nonton video anu dikelas, video tutorial memasak, jangan nethink ya gengs.

"Bohong dosa, Bro!" Jawab Rey enteng namun masih berusaha meyakinkan.

Seketika kelas riuh, suara gaduh dimana-mana. Setiap anak melakukan kesibukannya masing-masing. Ada yang bersiap akan hibernasi alias tidur siang, ada yang sibuk bermain ludo, ada yang sibuk akan melarikan diri ke kantin, ada yang mulai membaca wattpad, ada yang ngupil terus upilnya disentil biar nempel di pipi orang, ada yang cabut ke kelas doi, dan banyak lagi kelakuan melenceng yang dilakukan penghuni kelas ini.

Vallery yang merasakan ada yang menepuk bahu dari arah belakang otomatis refleks melihat kearah belakang.

"Ishh apaan si lo?" Ucap Vallery ketus kearah Ken yang duduk persis di belakangnya.

"Gak apa. Cuma mau ngasih ini aja." sembari menyodorkan sebuah kotak berwarna kuning lemon.

"Gue gamau nerima apapun dari lo. Ngerti?" Ucap Vallery ketus dan berlalu begitu saja meninggalkan kelas.

"Lo bisa gak, gak usah ganggu sahabat gue lagi. Dia tuh udah bahagia. Udah mati matian move on dari lo. Eh lo malah dateng tiba-tiba di kehidupan dia. Terus sekarang lo mau minta maaf atas apa yang lo lakuin? Mikir dong lo!" Ucap Cut muak kepada Ken. Seisi kelas memperhatikan Cut saat ini. Memang terdengar lantang suara Cut, terlebih saat ia sedang marah. Merasa menjadi bahan perhatian, Cut lalu keluar kelas dan mengejar Vallery yang sudah keluar duluan. Biar bagaimanapun Vallery butuh dirinya saat ini.

Cut melihat Vallery tengah terduduk di bangku koridor yang sepi. Tidak ada siapapun disana. Karena sepi adalah teman terbaik dalam menghadapi sebuah luka. Ramaipun percuma karena luka tidak dapat diobati dari sebuah keramaian. Cut berjalan mendekati Vallery. Mengusap bahunya pelan. Ia percaya, sebuah pelukan ataupun usapan hangat dapat memperkuat hati yang rapuh.

Keadaan koridor tampak sangat sepi. Bahkan cicakpun enggan untuk mengusik. Hingga pada akhirnya Cut memberanikan diri untuk bertanya.

"Ley lo gak apa?" Tanya Cut hati-hati.

"Gue gak suka sama makhluk itu." Balas Vallery to the point.

"Hah? Apaan?" Tanyanya lagi. Karna barusan suara Vallery seperti nyanyian semut. Nyaris tidak terdengar.

"GUE BENCI KENARD ALVARO!!" Ucap Vallery sambil meningkatkan beberapa oktaf suara.

"Gak usah teriak teriak juga kali Ley." Cucut membuka headphone yang dari tadi menyupal telingannya.

"Abis lo budek! Udah tau gue lagi butuh asupan kekuatan hati. Lo mah yang ada bikin gue tambah sakit. Atit hati dedeq." Ucap Vallery mendramatisir sambil memegangi dadanya.

"Kamu benci siapa Vallery?" Tiba-tiba saja ada suara yang mengagetkan Vallery dan Cut. Jangan sampai ia mendengar semuanya.

Mampus.

"Entah sejak kapan, namun seketika rantai kenangan mulai berdatangan."




Nah lho siapa yang nanya tuh??

Tekan bintang jangan lupaa😍

A.M.O.R ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang