28. Nasi Padang

459 25 0
                                    

UKOM selesai pada hari ini. Dengan mata pelajaran MYOB. Vallery dengan lancar mengerjakan uji kompetensinya. Meski butuh perjuangan berupa belajar yang tak mengenal waktu, kini dirinya berhasil melewati rintangan terbesarnya. Vallery berhasil selangkah lebih maju dari dulu. Bel berdering menandakan jam ujian telah usai. Vallery telah print laporan keuangannya lima menit sebelum bel. Begitu keluar ruangan, Vallery langsung mencari keberadaan Ken.

Terlihatlah Ken yang baru saja keluar ruang Lab akuntansi 2. Ken mengenakan jaket tebal serta topi. Tidak biasanya seorang Ken mengenakan jaket di lingkungan sekolah. Vallery berusaha memanggilnya, namun sepertinya Ken tidak mendengar. Ia berlalu menuju parkiran. Vallery berusaha mengerjar. Meski langkah kakinya pendek kalau dibandingkan dengan langkah kaki Ken yang panjang. Dengan setengah berlari Vallery berhasil menjajarkan langkahnya dengan Ken.

"Lo bukan cuma tukang ngilang, tapi budek! Lo anaknya haji bolot?" Tanya Vallery, Ken tertawa mendengarnya. Vallery nampak makin kesal dengan Ken, lantas dicubitlah kedua pipi Vallery.

"Sakit bego! Lo kira pipi gue sequishi." Vallery menepis tangan Ken yang mencubit pipinya.

"Lo kemana aja? Ngilang mulu kayak kamper!"

"Gue ada kok. Lo nya aja yang rabun matanya sampe gak liat gue yang segede gini." jawab Ken santai.

"Heh tutup poci, lo kemana pas gue di rumah sakit? Pacar macem apa lo!" Amarah Vallery telah sampai ke ubun-ubun. Bukanya menjawab, Ken malah tersenyum terus daritadi. Ini bahaya untuk Vallery. Senyum cogan mengakibatkan penyakit komplikasi. Untung Vallery kuat seperti Dillan yang menahan rindu.

"Sorry, waktu itu gue gak jenguk lo. Gue emang niat mau ke ruang rawat lo bareng Sam tapi, gua tiba-tiba inget kalo gue saat itu lagi nganterin Frans medical check up. Jadi daripada dia ngamuk gara-gara gue hilang, gue jadinya gak jadi jenguk lo. Maaf ya?" Sorot mata teduh itu kini menatap Vallery. Membuat Vallery sulit untuk marah.

"Kak Frans sakit apa?"

"Dia punya asma."

Guru olah raga punya asma? Ngigo kali ini orang.

"Ohh yaudah gue maafin." Ucap Vallery, meski sebenarnya dia bingung.

"Sebagai gantinya gimana kalo kita jalan?" ajak Ken, sebagai permintaan maafnya.

"Ogah ah capek kalo jalan."

"Naik mobil, nyuk." Ken lantas menarik tangan Vallery menuju mobilnya. Vallery mah diam aja, orang mau di traktir masa nolak. Kata Bunda rezeki gak boleh ditolak.

Disinilah mereka sekarang. Di sebuah rumah makan padang. Ken tadi sengaja nanya Vallery, mau makan dimana. Dan tidak disangka Vallery bilang pengin makan nasi padang di Padang. Bukan Vallery namanya kalau tidak minta yang aneh-aneh. Gak sekalian makan nasi kebuli di Arab?

Vallery memesan nasi putih, ayam bakar, kikil, sambal ijo, dan tak lupa kuah bumbu yang di siram diatas nasi putih. Ken? Jangan ditanya, dia memesan menu yang sama dengan Vallery. Pesanan mereka datang, sepaket dengan air hangat digelas besar. Tidak ketinggalan air kobokan.

Vallery makan dengan lahap, begitu pun dengan Ken. Rasanya Ken sangat bahagia dapat makan bersama dengan Vallery. Meskipun di tempat sederhana, momen seperti ini sangat berharga untuknya.

Di saat Vallery masih khusyuk memakan nasi padangnya, Ken merasakan ada yang mengalir dari balik hidungnya. Ia langsung bergegas menuju toilet. Berkaca dan melihat apa yang membuatnya panik.

"Allahu ngangetin aja, taunya cuma ingus. Kirain anu." Seketika Ken merasa tenang sewaktu melihat di tisu yang keluar adalah cairan bening. Bukan yang biasanya keluar.

Ken kembali ke meja makan. Vallery nampak sudah menghabiskan separuh porsi.

"Lo abis dari mana?" Tanya Vallery sambil menyuap setelahnya.

"Abis ngeluarin ingus." jawab Ken to the point.

"Ohhh kirain ada apa." Balas Vallery cuek.

What The.. ini cewek gak geli apa gue ngomong jorok pas lagi makan!

"Lo gak gerah pake jaket terus?" Tanya Vallery sambil menyenggol lengan kiri Ken. Namun Ken malah meringis, seperti kesakitan.

"Lo kenapa?"

"Gak apa. Lo nyenggolnya pake tenaga dalem jadinya sakit."

¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤

Darren baru saja selesai menyiram tanaman di kebun. Katanya biar hemat kalau tanam mawar sendiri. Jadi kalau Ketryn minta, tinggal suruh dia langsung metik. Biar masih fresh.

Sam yang baru bangun tidur langsung datang menghampiri Darren. Di panti memang cuma ada Darren saja yang seumur dengannya. Eh tapi kalau anak yang dulu seumur dengannya tidak diadopsi maka bisa jadi saat ini Sam punya dua teman di panti. Sam menguap sambil meregangkan otot-ototnya. Meskipun tidak pernah ngejym otot Sam cukup terbentuk, karena dirinya sering minjem alat fitnes Gerald. Lumayan gratis.

"Nguap lo udah kayak buaya!" Ledek Darren sambil menyemprotkan air kearah Sam.

"Njeng! buaya teriak buaya." Sam berlari menghampiri Darren lalu menerkamnya. Bukan dimakan ya cuy.

Sesudah adegan siram menyiram, keduanya guling gulingan di rumput yang sudah basah. Bagai anak kecil yang sedang bertarung bohongan. Sam berhasil menakhlukan Darren, dia mencabut bulu kaki milik Darren. Alhasil si pemilik bulu teriak kesakitan.

"Lo curang!" Teriak Darren yang masih berada di bawah tubuh Sam.

"Bukan, ini namanya strategi mengalahkan musuh!" Sam sangat puas karna telah mencabut bulu kaki Darren yang kedua.

"Daripada lo punya bulu kaki kayak abis di catok. Lurus cyin!" Ledek Darren. Memang benar, Sam tidak memiliki bulu kaki keriting seperti Darren. Namun Sam tetap memiliki bulu kaki meskipun lurus seperti jalan tol.

"Bulu gue lurus, emangnya lo!" Sanggah Sam cepat.

"Bulu yang bagian mana nih?" Ucap Darren menggoda.

"Si bangke!" Sam lantas menindih tubuh Darren hingga gepeng. Darren sudah tidak kuat melawan, karena sudah lelah.

"Ya allah kalian abis ngapain?" Tiba-tiba Bunda Rose datang. Pasti yang akan disalahkan sebentar lagi adalah Sam karena Sam berasa diatas Darren.

"Kalian dari dulu gak berubah, pasti main guling gulingan disini. Malu dong kan sudah besar."

"Darren duluan tuh bun." Bela Sam.

"Apaan! Sam duluan bun." Darren tampak tak mau kalah.

"Diem. Pokonya kalian beresin trus mandi." Titah Bunda Rose kepada anak anak asuhnya ini.

"Ashyiiap komandan!!" Jawab Darren dan Sam kompak.

"Jeng ada apa kok lama? Ehh kalian lagi perang lumpur ya?" Tiba-tiba saja ada wanita yang datang menghampiri Bunda Rose.


"Bukan sesuatu yang mahal
Hanya seulas senyum bahagia yang amat sederhana
Yang bisa mengguncang jiwaku"



A.M.O.R ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang