CTB 39 (end?)

1.1K 105 31
                                    


🎀 Happy Reading 🎀
-------

Pria itu masih enggan beranjak dari tempatnya ia masih setia berjongkok di depan gundukan tanah yang masih terlihat basah dan baru tersebut di mana beberapa menit yang lalu orang-orang yang datang melayat juga sudah pamit undur diri sehingga kini hanya menyisakan beberapa orang yang masih berdiri tidak jauh dari pria yang masih berjongkok menatap nama yang tertera pada batu nisan yang terpasang beberapa waktu lalu.

"Al Lo harus kuat!_"tepukan pada pundak pria itu menyadarkan Al yang langsung mendongakkan kepalanya,menatap beberapa keluarganya yang masih setia menunggu dirinya untuk bangkit dari tempat peristirahatan terakhir setiap umat manusia.

"Sayang kamu yang sabar!kamu harus ikhlas!kamu ingin lihat Yuki bahagiakan?_relakan dia sayang!_"

Wanita paruh baya itu ikut berjongkok tepat di sebelah putranya,mengusap punggung putranya untuk memberikan ketenangan.

Al yang mendengar suara lembut bundanya menyebutkan istrinya langsung menoleh ke samping dan tanpa wanita paruh baya itu duga Al langsung memeluk tubuh sang bunda yang hampir saja tersungkur kalo saja tidak ada sang suami yang menahan tubuhnya.

"Apa di sana dia akan baik-baik saja Bun? Apa dia tidak kedinginan? Kasihan dia Bun!_"lagi-lagi isakan kecil itu keluar dari bibir Al yang masih memeluk sang bunda yang juga terus memenangkannya.

"Kita harus segera kembali ke rumah sakit!_"suara itu menyadarkan Al jika kini ada yang menunggu kehadirannya di rumah sakit.

Kini pria itu mengurai pelukannya kembali menatap gundukan tanah di depannya dengan tangannya terulur mengusap batu nisan di hadapannya di mana tertulis nama serta tanggal kelahiran dan tanggal wafat putrinya dimana tertulis Senin, 24/06/2019 sebagai hari lahir dan hari wafat putrinya yang belum sempat melihat melihat dunia karena bayi berjenis kelamin perempuan itu sudah tidak bernafas sebelum di keluarkan dari perut ibunya.

"Sayang ayah pulang dulu! Maafkan ayah sama bunda karena tidak bisa menjaga kamu, maaf juga karena kita tidak bisa menemani kamu di sana_"serak Al dengan air matanya yang masih terus saja membasahi pipinya merasakan sesak pada dadanya, bahkan entah apa yang harus pria itu katakan kepada sang istri?

°

Wanita itu hanya menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong dia mengingat pembicaraan dengan sang suami yang mengatakan jika putrinya lebih di sayang oleh sang pencipta sehingga kini putri yang ia kandung hampir delapan bulan lamanya harus pergi meninggalkan kedua orang tua serta keluarganya,dan setelah sadar dari pingsannya karena kabar tersebut dia hanya melihat sang mama serta adik iparnya yang terus mengajak bicara namun sejak beberapa menit yang lalu sama sekali tidak ada suara yang keluar untuk menjawab pertanyaan kedua orang yang berada di dalam ruangannya tersebut.

Bahkan bukan hanya itu saja karena wanita itu juga enggan bertanya maupun menjawab pertanyaan dari orang-orang sekitar termasuk Dokter sekalipun karena saat ini dia tengah berperang dengan fikiran-fikiran negatif yang tiba-tiba bersarang di dalam kepalanya sampai akhirnya suara seseorang masuk kedalam ruangannya membuat wanita itu mengalihkan pandangannya dan menatap penuh kepada pria yang kini sudah berdiri tepat di sebelah ranjang rumah sakit dengan pakaian serba hitamnya, dan jangan lupakan kaca mata hitam yang bertengger pada kemeja yang pria itu kenakan.

"Mas maaf!_"lirihnya yang sudah tenggelam dalam dada bidang sang suami yang sudah memeluknya, memberikan ketenangan kepada istrinya yang sudah terisak.

"Hust!semua akan baik-baik saja!jangan menangis dia tidak suka melihat bundanya menangis!_"

"Tapi aku membunuh dia!_"lirihnya lagi yang membuat Al menggelengkan kepalanya dengan kuat, mempererat dekapannya pada tubuh rapuh sang istri.

Cinta tak bersyarat (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang