Suasana berubah tegang, hampir semua orang di tempat ini berpikir bahwa Jisoo-lah pelakunya, mengingat gadis itu adalah salah satu asisten Suho, dia pasti mengetahui segala hal yang terjadi di tempat ini.

"Apakah kalian juga memiliki pikiran yang sama denganku?" tanya Yejin. Matanya memandang setiap orang bergantian.

"Seseorang yang dipercaya dan mengetahui banyak hal tentang apa yang terjadi di sini..." Mingyu bergumam pelan, "Han Jisoo?"

Suho mendecak, "Kita tidak boleh gegabah. Siapapun bisa menjadi pelakunya. Kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang." Ia berhenti dan melemparkan pandangan ke arah Katrina. "Awasi Jisoo, jika kau menemukan dia sedang melakukan hal yang mencurigakan, segera laporkan padaku."

"Bagaimana dengan Hailey?" Yejin menambahi.

Merasa Yejin memiliki dendam tersendiri pada Mia, Mingyu segera menyangkal. "Kita semua tahu bahwa Hailey noona menjadi korban dalam kecelakaan ini. Bagaimana mungkin noona masih mencurigainya?"

Untunglah Mingyu sudah lebih dulu membela Mia, Baekhyun jadi tidak perlu memutar otak untuk mencari jawaban atas pertanyaan Yejin barusan. Lagipula, jika Baekhyun membela Mia, bisa saja Yejin merasa kesal ataupun curiga padanya.

Tak ingin keluarganya bersitegang, Suho berusaha menengahi. "Mingyu benar, untuk saat ini Hailey bukanlah seseorang yang bisa dicurigai sebagai penyusup. Apalagi dia terluka cukup parah."

Yejin jelas kecewa dengan pilihan Suho. Well, pada dasarnya ia memang membenci Mia. Apapun yang terjadi, Yejin selalu berusaha menarik Mia ke dalamnya dan menjadikan gadis itu sebagai kambing hitam.

"Aku kehilangan ponsel, untunglah semua pesan dari organisasi sudah kuhapus," gumam Mia pada alat komunikasinya.

"Bagus, lebih baik kita tidak berkomunikasi menggunakan ponsel lagi, terlalu berisiko," jawab Siwon dari seberang. "Omong-omong, apakah sekarang Baekhyun telah mengetahui segalanya?"

Mia menggeleng meskipun Siwon tak akan bisa melihatnya. "Tidak, dia hanya mengetahui apa yang telah diketahuinya sendiri. Aku tidak bercerita banyak soal organisasi."

"Mia, Mia, pssttt!"

Mia mengerutkan keningnya, ia melirik keluar jendela, nampak Baekhyun berdiri di sana sambil mengenakan piyama bewarna abu-abu.

"Baekhyun?" ujarnya tanpa sadar. "Aku akan menghubungimu lagi besok, oke?" lanjutnya kemudian mematikan cincin yang sebenarnya adalah alat komunikasinya dengan Siwon.

Baekhyun tersenyum samar dari balik kaca jendela, ia melambai-lambaikan tangannya pada Mia, meminta agar sang istri segera membukakan jendela untuknya.

Tanpa membuang banyak waktu, Mia segera membuka jendela kamarnya dan membiarkan Baekhyun masuk. Sebelum menutup kembali jendela tersebut, Baekhyun nampak melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang tahu perbuatannya.

Masih dengan perasaan tercengang bercampung senang, Mia menatap Baekhyun tertarik. "Apa yang terjadi? Kenapa kau kemari?" tanyanya bingung.

Baekhyun menggeleng cepat, lengan kanannya menarik pinggul Mia mendekat dan memeluk wanita itu erat. Baekhyun menyandarkan dagunya pada pundak Mia sambil sesekali mengusap pinggul sang istri. "Tidak apa-apa, aku hanya merindukanmu," katanya.

Rasanya seperti mimpi bisa mendengar Baekhyun berkata bahwa ia merindukan Mia. Bagaimanapun, tiga tahun bukanlah waktu yang singkat. Kehilangan dan usahanya untuk kembali mendapatkan Baekhyun rupanya berbuah manis. Mia bahkan tidak paham kenapa kata-kata seringan itu bisa mengisi kekuatannya.

Mia terkikik, dibalasnya pelukan Baekhyun. "Apa tidak masalah kita seperti ini?" Ia mendongak. "Bagaimana jika Yejin tahu?"

Kali ini Baekhyun mengangkat kedua pundaknya bersamaan. "Entahlah, kurasa kita harus kabur jika itu terjadi." Ditangkupnya kedua pipi Mia hingga gadis itu merasakan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. "Bagaimana dengan punggungmu?"

"Sudah jauh lebih baik, kau tidak perlu khawatir."

Bakhyun menatap kesal. "Bagaimana mungkin aku tidak khawatir? Kau adalah istriku, sudah sewajarnya aku mengkhawatirkan keadaanmu."

Lagi-lagi Mia tersipu, sosok Baekhyun seperti inilah yang ia rindukan. Seorang pria bermulut manis yang berhasil meluluhkan hatinya. Tentu saja Baekhyun tidak sembarangan menggoda wanita, Mia tahu itu, karena ia mengenal Baekhyun dengan sangat baik.

"Ya, ya, ya, kau boleh mengkhawatirkanku sepuasmu, suamiku."

Kamar Mia terasa hening, kehangatan meliputi hati keduanya. Sejenak, timbul keinginan untuk mengakhiri misi dari organisasi dan pergi sejauh mungkin dengan Baekhyun, tapi Mia sadar, salah satu hal paling penting yang harus dilakukan manusia adalah menepati janji. Mia telah berjanji untuk menguak berbagai kejahatan yang dilakukan keluarga Suho, dan ia tidak boleh mengingkarinya.

Meskipun terkadang Mia merasa iba dengan Mingyu—satu-satunya anggota keluarga Kim yang bisa dibilang masih waras dan memiliki paling banyak belas kasih—karena terlahir dalam keluarga ini. Andai saja Tuhan memberikan takdir lain untuk Mingyu, pasti pria itu tak perlu berakhir menjadi tersangka seperti yang lainnya.

"Mia?"

Panggilan Baekhyun memecahkan lamunan sesaat Mia. Pria itu menatapnya penuh harap.

"Hmm?"

Sejenak Baekhyun terdiam. Mia bisa melihat dada pria itu mengembang dan mengempis dengan beraturan. Air mukanya berubah serius, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang penting.

Detik berikutnya, Baekhyun menarik pelan pinggul Mia hingga benar-benar tidak ada jarak di antara mereka. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Mia, menatap sang istri dalam-dalam, berusaha mencurahkan perasaan rindu yang terus menggebu.

Deru napas mereka saling beradu, beraturan namun bersautan. Baekhyun peka akan perubahan tubuh Mia yang kini menegang karena perbuatannya. Namun pria itu tidak berniat untuk mundur, ia mendekatkan bibir ke telinga kanan Mia dan mulai berbisik, "Biarkan aku menginap di kamarmu... malam ini."


TO BE CONTINUED

OBLIVIATE - BaekhyunWhere stories live. Discover now