23 ● Jealous

3.6K 965 65
                                    

Instagram : heenapark.official

Line@ : @fbo0434t

.

.

.


Sebelum ada yang memergoki kami, aku segera kembali ke kamar dan mengambil alat yang telah diberikan organisasi. Alat pertama digunakan untuk menyalin sidik jari Suho. Bentuknya seperti sarung tangan, namun sangat tipis dan terbuat dari silikon. Cara penggunannya adalah dengan memakai kedua sarung tangan tersebut dan memegang telapak tangan Suho sampai terdengar bunyi 'bip', dengan begitu sidik jari Suho akan tersalin dan sarung tangan tersebut otomatis menyesuaikan diri sesuai dengan data yang didapatkan.

Sedangkan alat kedua digunakan untuk menyalin mata Suho. Bentuknya seperti kaca mata dengan lensa bewarna putih. Untuk menggunakannya, aku hanya perlu membuat Suho terbangun dan memandangnya selama beberapa detik.

Pertama-tama, aku harus mendapatkan salinan sidik jarinya dulu sebelum membangunkan Suho. Segera kupakai sarung tangan tersebut dan menyejajarkan telapak tangan kami. Beberapa detik kemudian aku mendengar bunyi 'bip', segera kutekan tombol merah kecil di sisi kanan sarung tangan dan kembali memasukannya ke dalam wadah sebelum ketahuan.

Oke, sekarang aku harus membuatnya sadar. Sebentar saja, yang penting mata kami saling berpandangan. Kugunakan kaca mata tersebut dan menekan tombol biru di sisi kiri untuk menyalakannya.

Bagaimana caraku membangunkan Suho?

Haruskah kuguncangkan tubuhnya?

Atau kujatuhkan saja ke lantai agar dia terkejut dan bangun?

Ah, benar!

Kutarik saja tubuhnya sampai dia jatuh!

Perlahan, kutarik tubuh Suho sampai ke pinggir ranjang dengan posisi menyamping, dan detik berikutnya, kulepaskan pegangan tanganku darinya hingga ia terjatuh ke lantai dan mengaduh kesakitan.

Agar tidak mencurigakan, aku segera berjongkok, seolah berniat membantu Suho berdiri.

"Tuan Kim, anda tidak apa-apa?" tanyaku sembari memasang wajah cemas.

Suho meringis kesakitan, ia mengubah posisi dari tengkurap menjadi terlentang, kemudian berusaha untuk duduk. Saat itu juga mata kami saling bertemu, ia menatapku bingung selama beberapa detik, sungguh momen yang tepat, bukan?

"Hailey, kenapa kau di sini?" tanyanya.

Oh sial, dia pasti lupa soal tadi.

Aku mengerutkan kening. "Mungkinkah Tuan lupa apa yang telah terjadi?"

Sepertinya aku benar. Suho tidak ingat apa pun. Ia hanya menyipitkan mata dan mendesah berat. "Apa aku mabuk tadi?"

"Iya, Tuan."

Ia mengusap wajahnya, kemudian naik ke kasur. "Maafkan aku. Aku selalu melupakan apa pun yang terjadi saat mabuk." Ia berhenti sebentar dan kembali menatapku. "Apa ada sesuatu yang terjadi pada kita?"

"Se-sesuatu?"

Tunggu, apa maksudnya? Sesuatu yang bagaimana?

Suho menyipitkan matanya dan berbicara jauh lebih pelan, "Maksudku, anu, itu, sesuatu yang ter—"

"Ah!" Aku segera mengibas-kibaskan telapak tangan dan tertawa hambar. "Tidak ada. Tidak ada yang terjadi di antara kita, Tuan," jawabku kaku.

Lagi-lagi Suho menghela napas panjang, kali ini ia juga mengusap dadanya berkali-kali. "Untunglah. Kukira aku telah melakukan sesuatu yang buruk padamu," katanya.

Sejenak suasana antara kami terasa canggung. Sekelebat ingatan soal apa yang Suho katakan padaku ketika mabuk tiba-tiba saja terlintas. Maksudku, apa dia memang menyukaiku atau sekadar omong kosong belaka? 

Kugaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal, benar-benar menunjukkan betapa canggungnya kami.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Tuan," kataku meminta izin.

Suho mengangguk beberapa kali, ia tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tanpa sepengetahuannya, kuambil wadah coklat di atas laci—tempat sarung tangan tadi berada. Well, Suho bahkan tidak begitu menyadari jika aku menggunakan kaca mata karena saking paniknya.

Kututup pintu kamar Suho perlahan, dia sepertinya masih berpikir apa yang barusan terjadi, jadi sebaiknya kubiarkan saja.

"Hailey?"

Oh shit, siapa lagi kali ini?

Aku berbalik. Katrina berdiri tak jauh dariku, ekspresinya seolah sedang memendam ribuan pertanyaan. Tentu saja, ia pasti merasa heran kenapa aku keluar dari kamar Suho pagi-pagi begini. Ia mungkin saja berpikir sesuatu telah terjadi di antara kami.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau keluar dari kamar Tuan Kim?"

Lihat, benar kan?

Ia mendekat ke arahku, wajahnya mulai memerah. Ia sepertinya marah melihat apa yang kulakukan barusan.

Aku menggeleng, berusaha untuk menurunkan rasa curiganya. "Tidak, aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya membantu Tuan Kim untuk ke kamar karena dia mabuk."

"Mabuk?" Katrina mendecih, "Kalian minum bersama?"

Tunggu, kenapa dia semakin marah?

Apa aku salah mengatakan itu?

"Iya. Tuan Kim mengajakku untuk minum."

"Sudah kuduga." Katrina tertawa perih, ia mengangkat wajahnya dan menatapku tajam, kemudian meraih tangan kananku dan menyeretku paksa. "Ikut aku!"

Ia membawaku ke ruang tengah dan mendorongku ke dinding. Sebelum aku sempat berlari, ia mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku celananya dan mengarahkan benda tersebut ke leherku.

"Tuan Kim tidak pernah sembarangan mengajak seseorang untuk minum." Ia berhenti sebentar dan menekan lenganku dengan kukunya. "Siapa kau baginya? Kenapa dia mengajakmu untuk minum bersama?"

Aku meringis, menahan sakitnya kuku Katrina yang terus berusaha menembus kulitku. Ingin rasanya aku melawan, tapi tidak mungkin kulakukan jika tak mau ketahuan.

"Aku bersumpah tidak ada yang terjadi di antara kami! Kami minum hanya untuk merayakan keberhasilan!"

"Omong kosong!"

Katrina semakin menekan ujung pisau ke leherku, butuh sekali gerakan saja dan aku bisa mati karenanya.

Demi apa pun! Kenapa dia bersikap seperti ini? Kenapa dia diliputi cemburu hanya karena aku dan Suho minum bersama?

Apa lebih baik aku berteriak saja agar Suho tahu jika ada yang tak beres di sini? Siapa tahu dia bisa menolongku.

"Aku akan membunuhmu jika kau berteriak."

Brengsek!

Apa dia mengancamku sekarang?

Apa lebih baik aku melawan saja?

"Sofia Hailey, katakan padaku, siapa kau baginya?"

Aku berusaha menggeleng. "A-aku... aku benar-benar ti—Argh!" teriakku kesakitan ketika Katrina menusuk ujung pisau ke leherku pelan. Untung hanya tergores kecil, aku bisa mati jika dia melakukannya lagi.

"Jawab aku dengan jujur atau kau akan ma—"

"Katrina, hentikan!"


TO BE CONTINUED


OBLIVIATE - BaekhyunWhere stories live. Discover now