[B2] Chapter 21 ● Sound of War

659 100 9
                                    



Yejin berlari ke arah Mia, kemudian melompat keluar dari jendela. Gadis itu menggenggam pecahan gelas yang sempat digunakan untuk melukai Mingyu. "Kau memang pecundang, menggunakan pistol untuk mengalahkanku."

Mia terkikik. "Seorang pecundang tidak mungkin berani datang dan menantangmu, Kim Yejin," gumamnya sembari kembali memasukkan pistol ke saku celana lalu menyiapkan kuda-kuda. "Apakah ini cukup untukmu?"

Tak ingin kalah, Yejin melepaskan pecahan kaca di tangannya. Bersamaan dengan itu, beberapa penjaga datang dari berbagai arah, namun Yejin mengulurkan tangan, berusaha menghentikan mereka. "Jangan mendekat! Dia adalah milikku." Ia menengok ke kanan. "Aku akan membunuh kalian jika berani bergerak selangkahpun," ancamnya.

Tidak ada hal lain yang dilakukan Mia kecuali menyunggingkan senyum. Astaga, lihatlah, Kim Yejin baru saja menggali kuburannya sendiri. "Lalu, apa yang kau tunggu? Majulah."

"Mia, hentikan!"

Demi apapun! Mia lupa jika ia masih terhubung dengan Baekhyun.

"Kau berjanji tidak akan membahayakan nyawamu sendiri!" tambah Baekhyun penuh ketakutan.

Mia tidak tahu apakah pilihannya benar, tapi intuisinya mengatakan demikian. Ia melirik sebentar ke arah Siwon yang tak bergerak sama sekali, entah kenapa Mia merasa Siwon mendukungnya. Kemudian, ia menelan saliva dengan cukup sulit dan berbisik, "Aku tidak akan mati. Aku berjanji," katanya lalu mematikan alat komunikasi dengan Baekhyun.

Yejin tidak membuang-buang waktu, ia segera berlari ke arah Mia dan berusaha menghujani gadis itu dengan pukulan juga tendangan. Untungnya, Mia masih memiliki kontrol penuh akan emosi juga pikiran rasionalnya, sehingga dia tidak terbawa permainan Yejin yang sepertinya telah dikelabui oleh emosi. Dengan mudah, ia menghindari pukulan Yejin, kemudian melayangkan tangan kanan dan mendorong Yejin hingga terjatuh ke tanah.

"Brengsek! Kau telah mengambil Baekhyun dariku! Aku akan membunuhmu!" ancam Yejin penuh emosi. Gadis itu bangkit secepat mungkin, seolah melupakan perjanjian awal dan meraih kembali pecahan gelas sebelumnya, kemudian menendang perut Mia dengan kaki kanan dan melukai lengan kiri gadis dengan pecahan kaca barusan.

"M!" Siwon yang terkejut melihat Mia terluka hampir saja menyebut nama gadis itu. Ia bahkan hampir berlari ke arah Mia, namun Mia segera menggeleng untuk menghentikan langkah Siwon.

Sembari memegangi lengannya yang terluka, Mia tertawa pelan. "Sekarang kita tahu siapa yang pecundang, Kim Yejin. Seorang pemenang tidak akan melanggar peraturan, tapi kau ... sejak kecil kau diajari untuk melanggar peraturan. Kim Yejin, kau dan keluargamu adalah pecundang."

Dak!

Dak!

Dak!

Belum sempat membalas Mia, tiba-tiba Siwon melemparkan granat kecil berisi bius yang diarahkan pada para penjaga. Mia tahu Siwon melakukannya karena tak ingin perkelahian ini semakin parah.

Tidak lama kemudian, Mia mengulurkan kaki berusaha menjatuhkan Yejin dengan mengaitkan kakinya. Bersamaan dengan itu, para penjaga telah tak sadarkan diri, otomatis Yejin tak bisa meminta bantuan kecuali panik dengan diri sendiri.

Belum sempat berdiri, Siwon sudah lebih dulu menyuntukkan bius dan menahan tubuh Yejin dari belakang sehingga gadis itu tak bisa bangun, sementara Mia hanya terdiam. Ia membiarkan Siwon mengurus Yejin, toh ia sudah mengatakan beberapa patah kata yang mungkin bisa menyakiti perasaan Yejin.

Selesai mengurus Yejin, Siwon segera mengulurkan tangan, berusaha membantu Mia untuk bangkit. "Kau benar-benar gila, Agent M."

Mia menggeleng dan menerima uluran tangan Siwon. "Aku rasa ... orang waras tidak mungkin menjadi agen rahasia," gumamnya lalu tertawa pelan.

"Kau benar, kita memang gila." Ia mengangguk dan membalas tawa Mia. "Let's go home. Baekhyun pasti mencemaskanmu."

"Astaga, Mia! Apa kau benar-benar ingin membunuhku?" Teriak Baekhyun ketika Mia keluar dari mobil. Tanpa ragu, ia menghambur dalam pelukan Mia dan mendekap istrinya seerat mungkin. "Tak bisakah kau berhenti membuat jantungku hampir lepas? Aku bisa benar-benar mati karenamu."

Mia meringis menahan sakit ketika Baekhyun menekan lengannya dalam pelukan. "Ah! Kau bisa marah setelah mengobati lenganku, Tuan Byun."

Baekhyun membulatkan mata dan melebarkan pelukan. "Kau terluka?" Ia menggigit bibir bawah. "Ikut aku sekarang," gumamnya. Namun, sebelum menyeret Mia ke kamar, Baekhyun menengok ke kiri dan berucap pada Agent Kang dan Siwon, "Kami akan segera kembali, aku ingin mengobati Mia terlebih dahulu."

Setelah keduanya masuk, Baekhyun buru-buru menutup pintu, kemudian mencari kotak P3K dan menyuruh Mia duduk di atas kasur. Pikirannya kacau, ia hampir saja mati ketakutan karena Mia sempat mematikan alat komunikasi dan entah kenapa dia sekarang tak bisa fokus mencari kotak P3K. Matanya terasa buram, pikirannya bercampuran, Baekhyun tak tahu apa yang sedang ia rasakan.

"Kotak P3K-nya berada di sini," ucap Mia dari belakang.

Baekhyun berbalik. Ia menghela napas lega dan mendekati Mia. "Maafkan aku, aku ..."

"Aku tahu, maafkan aku karena telah membuatmu khawatir." Mia meraih tangan kanan Baekhyun dan memberikan kotak tersebut pada sang suami. "Aku tahu ini klise tapi ... Byun Baekhyun, aku tidak bisa berjanji untuk tetap hidup." Mia melepaskan jaket dari tubuhnya, menyisakan tank top hitam yang juga menunjukkan luka di lengan kirinya. "Aku tidak bisa bersikap bahwa kita baik-baik saja ketika faktanya kita sangat tidak baik-baik saja. Semua ini ... peperangan dengan keluarga Kim ... aku tidak tahu apakah kita bisa bertahan sampai akhir. Aku tidak tahu apakah kita bisa bersama untuk jangka waktu yang lama."

"Mia ..."

"Tidak, dengarkan aku dulu." Mia menggigit bibir bawahnya. "Kita pernah mengalami masa-masa ini sebelumnya, tapi kita tidak menyadari hal itu. Ya ... dengan bodohnya kita membuang-buang waktu sampai akhirnya aku kehilanganmu di saat yang paling tak terduga dan aku sangat menyesalinya." Mia menunduk, tubuhnya mulai bergetar bersamaan dengan isakan pelan dari mulutnya. "Aku tidak ingin mengulanginya lagi. Jadi, mari akui keadaan kita apa-adanya dan menerima bahwa ada kemungkinan besar bahwa kita akan terpisah kembali. Tidak apa-apa, menerima memang menyakitkan, tapi setidaknya kita bisa jauh lebih menghargai sisa waktu untuk bersama. Setidaknya kita tidak menyia-nyiakan kesempatan seperti dulu, Byun Baekhyun."

"Mia ..." Baekhyun tak tahan lagi, tanpa disadari, setetes air mata mengalir membasahi pipinya. Dipeluknya lembut leher sang istri sembari mengecup lama kening wanita itu. "Aku sangat takut untuk mengakuinya ... aku sangat takut." Ia berhenti sejenak, menutup mata, berusaha untuk tidak membayangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dalam situasi ini. "Tapi kau malah menamparku dengan kenyataan."

Mia tertawa hampa. "Kenyataan memang kadang menyakitkan, tapi berpura-pura jauh lebih menyesakkan dada." Ia mengambil alkohol dan kapas, kemudian memberikannya pada Baekhyun. "Jadi ... mari bertahan sebisa mungkin, Byun Baekhyun."



To Be Continued

OBLIVIATE - BaekhyunHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin