17 ● First Mission #2

3.9K 968 73
                                    




Don't forget to leave comment:)

.

.

.

.


"Aku ingin kau belajar menggunakan senjata api. Kita tidak mungkin menjalankan misi tanpa membekalimu pengetahuan sedikitpun."

DOR!

Aku terhentak, terkejut saat sebuah peluru melesat cepat di samping telingaku. Hampir saja peluru tersebut melukaiku, tapi nampaknya Baekhyun sangat lihai, ia berhasil membuat peluru tersebut melewatiku tanpa meninggalkan luka segorespun.

Tentu saja mataku terbelalak, gerakan yang sangat manusiawi bukan? Terlebih lagi saat menyadari nyawamu bisa saja terancam.

Baekhyun menghampiriku, ia menyunggingkan senyum simpul, tangan kirinya menopang tubuhku yang sedikit bergetar akibat kejadian tadi.

"Itu adalah cara terbaik untuk menggertak, kau tidak perlu menyakiti fisiknya, cukup dengan gertakkan yang membuat mereka merasa terancam," jelas Baekhyun.

Tiba-tiba ia meraih tangan kananku dan menyuruhku menggenggam pistol yang sebelumnya dipegangnya. "Mana mata dominanmu? Kanan atau kiri?" tanyanya.

"Kanan, Tuan," balasku cepat.

Baekhyun mengangkat tanganku dan mendekatkan pistol tersebut di depan mata kananku. "Gunakan mata dominanmu untuk membidik, sejajarkan bagian depan dan belakang, lalu fokuskan pandanganmu."

Ya, tentu aku sangat paham bagaimana caranya membidik sasaran menggunakan pistol, mengingat aku adalah seorang agen rahasia yang telah dididik cukup lama. Tapi aku tidak boleh membuat Baekhyun curiga, aku harus bersikap seolah-olah tidak pernah memegang pistol sebelumnya.

Perlahan Baekhyun berpindah posisi, ia berdiri di belakangku. Tangannya membantuku untuk membidik sasaran, ia menggenggam tanganku, meski dalam pikirannya tidaklah seperti itu. Ia sedang membantuku untuk menguasai cara menggunakan pistol dengan baik.

"Kau melihat papan itu?"

Aku mengangguk sambil menengok kecil, jarak antara wajahku dan wajah Baekhyun hanya terpaut beberapa centi. Saat kemudian ia juga ikut menengok, mata kami saling bertemu, aku menelan ludah susah payah, sudah lama kami tidak berada dalam jarak sedekat ini.

Namun, nampaknya Baekhyun berpikir bahwa rasa gugup yang menderaku adalah akibat dari pembelajaran ini. Padahal dia salah, andai saja Baekhyun tahu bahwa aku gugup karena berada di dekatnya.

"Tembaklah tepat di bagian tengahnya."

Aku mengangguk kaku, kupalingkan pandanganku dari wajahnya dan mulai membidik sasaran. Aku bisa saja mengenai sasaran dengan tepat, tapi pasti Baekhyun akan curiga. Sekali lagi, kutembakkan peluru dengan asal-asalan hingga tembakannya meleset cukup jauh.

"Maafkan saya. Saya tidak pernah memegang pistol sebelumnya," kataku sambil menundukkan wajah.

Tidak ada balasan dari Baekhyun selama beberapa detik, sampai akhirnya aku merasakan tangannya mengusap pelan rambutku beberapa kali. Gerakkan yang membuat wajahku refleks terangkat.

"Tidak apa-apa, kau hanya perlu belajar untuk menguasainya. Kau pasti akan segera terbiasa," jawabnya ramah.

Ia masih mengusap rambutku. Tentu saja degupan jantungku semakin kencang. Apa maksud dari semua ini? Kenapa Baekhyun bersikap begini? Apakah ada kemungkinan jika dia telah mengingatku? Jika iya, kenapa Baekhyun tidak mengatakannya?

Menyadari tubuhku menegang, Baekhyun dengan kaku menarik tangannya. Suaranya sedikit berubah menjadi lebih terpatah-patah. "Ah... kalau begitu aku akan mengawasimu dari belakang..." Ia berhenti sebentar dan menggaruk kepalanya. "Berlatihlah terus, Hailey."





"Kapan kau akan mendapatkan sidik jari dan retina mata Suho?"

Kuhimpit ponsel di antara pundak dan telinga sambil membuka sekaleng soda. "Entahlah, sepertinya setelah melakukan misi besok."

Siwon mendecak, "Sebenarnya kita sudah bisa menangkap mereka, bukankah sudah banyak bukti yang kita dapatkan? Kita bisa menggeledah rumah mereka dan mengetahui apa yang ada di balik tempat tersebut."

"Tapi Baekhyun tetap akan terseret dalam kasus ini. Dia akan tetap menjadi tersangka, bukan?"

"Aku yakin masih ada banyak cara agar Baekhyun tidak menjadi tersangka, toh kita bisa menjadikan alasan lupa ingatannya."

Aku menggeleng tidak setuju. "Tidak, aku tidak ingin melakukannya. Aku harus menyelamatkan Baekhyun terlebih dulu. Berikan aku waktu sedikit lagi, aku juga berjanji akan segera mengetahui apa yang ada di balik halaman mansion Suho."

"Baiklah. Tapi waktumu tidak banyak Mia. Aku takut mereka segera menyadari siapa dirimu sebenarnya. Berjuanglah, aku akan selalu mendukungmu."

Tutt...

Percakapan kami berakhir. Kututup kedua mataku selama beberapa saat, kutarik nafas sedalam mungkin hingga oksigen memenuhi paru-paruku. Tenang, Mia. Kau pasti bisa melewati segalanya.

Ting...

Lagi-lagi ponselku berbunyi. Kali ini sebuah pesan masuk dari nomor yang tak pernah kusimpan sebelumnya.


"Pergilah ke ruanganku, Hailey. Ada yang harus kita bicarakan.

-Baekhyun."


Aku mengerjapkan mata tak percaya.

Hei!

Seriously?

Baekhyun mengirimiku pesan?

Tapi dari mana dia mendapatkan nomorku?

Ah. Masa bodoh. Dia termasuk bosku, jadi wajar dia mengetahui nomor ponselku.

Aku bergegas merapikan diri dan pergi ke kamar hotel Baekhyun. Ada dua orang bodyguard berdiri di pintu. Ya, seperti biasa, ruangannya selalu dijaga dengan ketat. Melihat kedatanganku, bodyguard tersebut segera mengetuk kamar Baekhyun dan perlahan pintu pun terbuka.

Aku tersenyum simpul, tak sabar menanti Baekhyun muncul di depan kedua mataku. Namun betapa terkejutnya aku ketika pintu benar-benar terbuka. Sosok Baekhyun keluar sambil mengenakan jubah mandi yang memperlihatkan sebagian perutnya, sementara rambutnya masih basah dan acak-acakan.

What the hell?!

Apa dia sedang berusaha membunuhku dengan berpenampilan seperti itu?

Meskipun dulu aku memang telah melihat keseluruhan tubuhnya, tapi melihatnya seperti itu setelah sekian lama...

Sialan! Aku benar-benar gugup karenanya!

"Masuklah Hailey, apa kau akan terus mematung sambil memandangku dengan tatapan seperti itu sampai besok pagi?" ejek Baekhyun. Ia nampak senang mendapati tatapanku ketika melihatnya keluar dengan pakaian seperti itu.

"Ah, maafkan saya, Tuan," ucapku terbata-bata. Kugigit bibir bawahku pelan dan segera masuk ke kamar Baekhyun. Aku tidak ingin Baekhyun mendapati pipiku yang memerah layaknya tomat gara-gara ucapannya barusan.

Baru beberapa kali melangkah, tiba-tiba Baekhyun menarik lengan kananku hingga mau tak mau tubuhku berputar ke belakang dan tertahan di dadanya. Saat itu juga, Baekhyun melemparkan tatapannya yang begitu dalam padaku. Aku tak tanggup berkata-kata, tak sanggup pula berpikir apa yang sebenarnya sedang dia lakukan.

Aku membiarkannya mencengkeram erat lengan kananku sambil menahan pinganggku dengan tangan kirinya. Aku tak tahu apa yang akan dikatakan Yejin jika dia berada di sini, tapi aku tak peduli. Yang kuketahui adalah saat ini Baekhyun begitu dekat denganku.

"Hailey..."

Aku mengangguk pelan mendengar Baekhyun memanggil namaku. "Iya, Tuan?"

Baekhyun mengangkat tubuhku perlahan dan mendorongku agar berbalik membelakanginya sambil memegang kedua bahuku. Ia kemudian berbisik, "Berhati-hatilah, kau hampir jatuh ke lubang air untuk membersihkan kakimu tadi." Ia berhenti sebentar dan menepuk pelan punggungku. "Lepaskan sepatumu dan cuci kakimu di sini."





TO BE CONTINUED

OBLIVIATE - BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang