11 ● Honesty

5.6K 1.1K 72
                                    

Baekhyun menggendongku erat, ia tak memandangku sama sekali karena sibuk melarikan diri. Beberapa bodyguard yang bersamanya turut berusaha melindungi kami. Entahlah, aku tak tahu bagaimana kejadian pastinya, yang kutahu kami berhasil keluar dan Baekhyun langsung membawaku ke mobil kemudian melaju pergi.

Sepanjang perjalanan ia nampak berhati-hati, meskipun sang sopir melajukan kendaraan dengan kencang, Baekhyun selalu memandang siaga. Mengingat barusan ia membunuh pria tadi dengan brutalnya membuatku bertanya, apakah Baekhyun yang lama masih ada dalam dirinya?

Kami berhenti di sebuah hotel bintang lima dan memesan satu kamar. Penampilanku yang masih mengenakan kemeja kebesaran milik Baekhyun berhasil menjadi pusat perhatian, untunglah kami tidak membutuhkan waktu lama untuk check in dan segera masuk ke kamar.

Ia memberiku kantong berisi pakaian dan perhiasan yang sempat kutitipkan padanya sambil menyuruhku untuk segera mandi, sementara Baekhyun beristirahat di sofa. Ia belum angkat bicara untuk menjelaskan apa yang terjadi, tapi aku memaklumi, Baekhyun pasti butuh ruang untuk bernapas sebentar setelah kejadian tadi. Jadi kuputuskan untuk langsung mandi dan membiarkan dia menenangkan diri sebentar.

Aku memang bukan tipikal wanita yang akan berlama-lama di kamar mandi. Selesai membersihkan diri aku langsung keluar, rambut basahku masih terbungkus handuk putih milik hotel. Kulihat Baekhyun masih duduk di sofa, namun di depannya tersedia beberapa makanan.

Ekspresinya sudah lebih santai daripada saat petama kami datang. Ia menyadari kehadiranku dan langsung menggerakkan dagu. "Duduklah, kita makan malam dulu. Kau pasti lelah," ucapnya yang tak lama kemudian langsung memalingkan wajah.

Senyumanku tak kuasa mengembang, wajah kemerahan yang tentu sulit untuk disembunyikan membuatku harus menundukkan kepala sambil duduk di hadapannya. Rasanya seperti mengulang masa lalu, sudah lebih dari tiga tahun kami tak pernah makan malam bersama. Meskipun kali ini sifatnya berubah drastis, tapi tak apa, aku masih tetap senang berada di dekatnya.

"Makanlah," ujarnya sekali lagi.

Aku mengangguk dan mendekatkan piring makanan dengan tubuhku. "Bagaimana dengan Tuan? Bukankah sebaiknya anda juga makan malam?"

Baekhyun tersenyum miring, hanya sebentar, sekelebat dan mungkin tidak begitu kelihatan. "Jangan khawatirkan aku, seharusnya kau mengkhawatirkan dirimu sendiri."

"Baiklah, kalau begitu saya makan dahulu." Aku menutup mata dan mulai berdoa—kebiasaan lama yang selalu kulakukan—sementara Baekhyun sepertinya terkikik pelan. Begitupun saat aku membuka mata kembali, ia berusaha menutupi mulutnya dengan telapak tangan.

"Serius? Kau berdoa?" ujarnya tak percaya.

Aku mengangguk antusias, kedua mataku berbinar tanpa sadar. "Ya, saya selalu melakukannya sejak dulu," dan kaupun begitu, "dengan begini kita berarti mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan," tambahku.

Baekhyun menatapku dalam-dalam. "Kau terlihat seperti wanita baik-baik." Ia lalu menghela napasnya dan menyandarkan punggung ke sofa. "Aku tidak akan mengajakmu bicara lagi, habiskan makananmu Hailey."

Dia benar-benar tak bicara, hanya menyilangkan kedua lengan dan memperhatikanku melahap makanan meskipun diam-diam. Yah, maksudku ia menatap ke sisi kanan, namun tak jarang matanya melirik ke arahku dan tersenyum kecil.

Aku tahu semua itu, aku benar-benar menyadarinya. Hanya saja aku tak ingin banyak bertingkah dan tetap menghabiskan makanan sambil berharap pipiku tak memerah saking senangnya.

Jantungku berdebar keras, sangat keras sampai-sampai aku khawatir Baekhyun bisa mendengarnya. Jujur saja, aku tidak begitu fokus pada makanan apa yang tengah kulahap ini. Yang berputar di otakku hanya Baekhyun, Baekhyun, dan Baekhyun.

OBLIVIATE - BaekhyunWhere stories live. Discover now