13 ● If You Know

5K 1.1K 96
                                    


SUHO SIALAN!

APA DIA TIDAK MELIHAT WAJAHKU YANG HAMPIR TERBAKAR KARENA UCAPANNYA?!

Aku buru-buru kembali ke paviliun dan masuk ke kamar setelah mengucapkan maaf juga rasa terima kasih pada Suho. Aku tidak bisa terlalu lama berada di sekitarnya setelah apa yang terjadi. Untungnya Katrina tidak melihat kejadian tadi. Well, aku tidak tahu apa yang akan ia lakukan kalau sampai memergoki kami berdua.

Meskipun ketika meninggalkan ruangan kelakuanku sedikit aneh—yang kupercaya mereka semua menyadarinya—tapi siapa peduli? Yang terpenting adalah aku harus segera menyelamatkan diri sebelum orang-orang itu menyadari kedua pipiku yang memanas. Aku tidak ingin menjawab pertanyaan bertubi-tubi yang mungkin akan mereka layangkan.

Tenang Mia...

Kau harus bisa mengatur emosimu...

Tenang...

Aku menyandarkan punggung ke pintu, mencoba mengatur napas yang tak karuan karena berlari secepat mungkin meninggalkan mansion utama. Dan—ah! Aku lupa meminta kotak berisi perhiasanku yang masih disimpan Baekhyun.

Kenapa aku sepelupa ini sih?

Kalau saja tadi Suho tidak membuatku jantungan, pasti aku tidak akan melupakan benda penting tersebut! Dia benar-benar racun! Menyebalkan sekali.

Tidak ada cara lain, aku harus kembali dan meminta kotak perhiasan tersebut pada Baekhyun—dengan resiko, mungkin ia akan menanyaiku kenapa bersikap aneh tadi.

Aku harus bergegas sebelum Baekhyun atau yang lainnya menyadari keanehan pada perhiasan milikku. Segera kuputar knop pintu dan hampir melompat ke belakang saat mendapati seseorang tengah berdiri di balik pintu sambil membelalakkan matanya terkejut.

Kami sama-sama tak menyangka akan bertatapan mata setepat ini. Kakiku hampir terpeleset karena menahan refleks lompatan akibat terkejut barusan. Kedua mataku seolah hampir keluar dari tempatnya, tangan kanan dan kiriku bergerak ke samping telinga dengan sendirinya, tak lupa teriakan nyaring yang tentu saja keluar tanpa bisa dikendalikan.

Sepasang mata yang saat ini juga tengah menatapku lurus berhasil membuat tubuhku membeku setelahnya. Bagaimana tidak? Orang yang berdiri di depan pintu kamarku tidak lain dan tidak bukan adalah Baekhyun!

Maksudku, apa yang dia lakukan di sini?

Apa dia secara pribadi ingin menemuiku atau bagaimana?

Apa mungkin Baekhyun sudah mengingatku? Apakah ingatannya sudah kembali karena seharian pergi bersamaku? Astaga, Mia! Jangan terlalu berharap!

"Tu—Tuan Byun!" ucapku begitu saja.

Baekhyun mengerjap beberapa kali, sepersekian detik kemudian membuang napasnya keras-keras. Mungkin ia sedang mengontrol emosinya yang sempat naik sesaat.

"Maafkan saya!" sambungku sekali lagi. Kugigit bibir bawahku sambil meringis, takut kalau Baekhyun marah karena perbuatanku.

Samar-samar ekspresi Baekhyun berubah, ia tak menampilkan sisi kemarahan sedikitpun. Matanya sedikit melengkung, sebuah senyuman yang begitu samar sempat menghiasi wajahnya selama beberapa saat. Tangan kanannya mengulur sambil menyodorkan sebuah kotak ke arahku.

"Kau melupakan perhiasanmu," ujarnya. Ia menggerakkan dagu ke arah kotak perhiasan yang berada dalam genggamannya. "Aku mencoba mengingatkanmu saat kau keluar dari ruangan Suho, tapi gagal karena nampaknya kau begitu terburu-buru."

Segera kuterima uluran kotak dari Baekhyun. Sungguh, aku tak bisa menutupi rasa senang yang menyeruak memenuhi hatiku. Senyuman lepas tiba-tiba saja muncul menghiasi wajahku, untunglah Baekhyun tidak merasa curiga sama sekali.

Aku membungkuk sambil mengucapkan terima kasih, yah, hal seperti ini pernah diajarkan oleh Baekhyun saat kami masih tinggal di Lyon dulu. Sayangnya pria itu pasti tidak mengingatnya.

Baekhyun tidak beranjak, ia masih menatapku. Kali ini ujung bibirnya tertarik samar, seolah dia sedang menahan senyuman.

"Kau tahu budaya seperti itu juga rupanya," ujarnya kemudian.

Tunggu, apa dia sedang mengajakku mengobrol atau semacamnya?

Buru-buru aku mengangguk antusias. "Ya, seseorang pernah mengajari saya dulu."

"Sepertinya dia orang yang baik," respon Baekhyun lagi.

Tentu saja dia orang yang baik, bahkan sangat baik. Andai saja kau sadar bila orang yang sedang kubicarakan adalah dirimu.

Kutundukkan wajahku, sekelebat bayangan mengenai masa lalu indah kami kembali terputar. Aku tak ingin memperlihatkan wajah sedih pada Baekhyun sekarang, aku harus berusaha menutupinya.

"Ya, dia adalah salah satu orang terbaik yang pernah saya kenal selama hidup."

Hening...

Baekhyun menggaruk kepalanya, sementara aku tak tahu harus melakukan apa. Mungkinkah sebaiknya kuakhiri pembicaraan kami dan masuk ke kamar lagi? Atau menunggu Baekhyun yang melakukannya agar lebih sopan?

"Well..." Baekhyun menggantungkan kata-katanya selama beberapa saat. "Aku ingin mengucapkan terima kasih atas bantuanmu hari ini, Hailey. Aku tidak tahu apa jadinya bila kau tak ada. Bagaimanapun, kau adalah penyelamatku."

GOD!

Mungkin ini memang berlebihan, tapi cara Baekhyun mengucapkan kalimat terakhir benar-benar kedengaran tulus dan manis. Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa pipiku memerah? Apa Baekhyun menyadarinya?

"Aku akan pergi sekarang. Senang bekerja denganmu, Sofia Hailey."

Baekhyun memutar badannya dan melangkah meninggalkanku. Meskipun begitu, mataku tak bisa berpaling darinya, aku terus memandangi punggung indah yang selama ini sangat kurindukan tersebut. Ingin rasanya aku berlari dan memeluknya dari belakang, mengatakan betapa aku rindu dan mencintainya.

"Tuan Byun—ah!"

BODOH!

APA YANG KULAKUKAN?!

KENAPA AKU MEMANGGILNYA?!

Kututup mulutku dengan telapak tangan kanan sesegera mungkin, namun nampaknya Baekhyun sudah lebih dulu mendengar suaraku. Ia sontak berhenti dan menengok ke arahku.

Mia, kau benar-benar bodoh!

Kau memanggilnya tanpa alasan!

Sekarang bagaimana?

Kuputar otakku secepat mungkin, mencari alasan yang bisa digunakan sebelum Baekhyun menunggu terlalu lama, lebih lagi sekarang ia kembali berjalan ke arahku. Demi apapun! Kenapa dia tidak diam saja sih? Aku bahkan tidak memintanya untuk mendekat.

Saat akhirnya jarak kami hanya berupa dua garis lantai, ide bodoh yang entah datangnya dari mana langsung memenuhi otakku. Tak ada cara lain lagi, aku harus berani menanyakannya.

"Ya, Hailey?"

"Apakah... apakah cincin yang Tuan gunakan adalah milik Tuan?"




TO BE CONTINUED

OBLIVIATE - BaekhyunWhere stories live. Discover now