Part 2: Titipan

Začít od začátku
                                    

Malas memperpanjang, pria itu mengangguk. Keinginannya untuk menghilangkan rasa kepo harus tertunda. Frans tidak membiarkan buku itu tergeletak di meja belajar seperti tadi, tapi malah meletakkannya dalam laci kecil dibawah lemari.

Beranjak mengambil baju, lalu mulai bersiap-siap. Kemanapun wanita paruh baya itu akan membawanya.

Frans sebenarnya ogah sekali diajak keluar rumah, terutama jika harus berurusan dengan perempuan banyak bicara pemilik nama yang baru saja disebutkan oleh Fransisca. Se-kurang kerjaan itukah bundanya? Ia bahkan tak habis pikir, bagaimana Aksara bisa dengan mudah bersikap sok baik di depan Fransisca. Dan yang lebih membingungkan lagi, kenapa juga bundanya mau dekat-dekat dengan cewek itu.

Sampai di tempat tujuan, Frans menatap sekitarnya heran

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

Sampai di tempat tujuan, Frans menatap sekitarnya heran. Sedang apa mereka di area pemakaman? Namun ia hanya diam dan mengikuti. Tanpa banyak bicara.

Ralat! Tanpa satu kata sekalipun.

Dua orang sedang duduk di samping pusara yang terlihat masih baru. Frans kembali mengernyit.

'ngapain tuh cewek ndelosor disana?' Frans bertanya tanpa suara.

"Aksa..."

"Pagi, tante! Hai, Frans! Maaf ya nggabisa nemenin kamu pulang," Aksa kembali bersemangat melihat kedatangan Frans dan Fransisca.

"Hmm," cowok itu bergumam seadanya. Pandangannya kini teralih pada pusara yang sedang ditaburi bunga oleh Fransisca.

Untuk beberapa saat, Frans merasa aneh. Ia memang belum tau makam siapa yang ada dihadapannya sekarang. Baru saja bertanya-tanya dalam hati, gadis banyak bicara yang sudah mengganggu beberapa hari ini menjelaskan tanpa diminta.

"Frans ngga pingin ngucapin selamat tinggal buat mama? Mungkin aja mama belum pergi jauh kan?" Aksa tersenyum getir. Seperti biasa, sebisa mungkin terlihat kuat.

Aksara bukanlah perempuan manja yang suka dikasihani. Aksa juga bukan perempuan melankolis yang sedikit-sedikit nangis. Tidak. Aksara selalu kuat. "Mama juga nitip ini buat Frans. Aksa nemu di kamar mama." Aksa kembali melanjutkan.

Frans hanya menatap datar amplop berwarna biru yang disodorkan Aksara. Tanpa merespon apapun. Kenapa ia semakin merasa aneh? Padahal pusara itu adalah milik ibu dari gadis sok baik didepannya ini. Tidak ada hubungan dengan dirinya sama sekali.

Namun apakah pemikiran orang yang sedang amnesia bisa dipercaya?

Lama menunggu, Aksa mendesah berat. Hingga akhirnya memutuskan menarik tangan Frans. Membuka telapak tangan sahabatnya, lalu meletakkan kertas dari almarhum mama kesayangannya.

FRASA [✓]Kde žijí příběhy. Začni objevovat