SRP💐💍

2.3K 64 2
                                    


       Menjadi seorang panitia pelepasan kelas dua belas, tapi bukan karena kehendak kita sendiri  itu membuat kita senewen sendiri. Sama halnya dengan Dylana yang tadinya sudah berencana akan santai-santai indehay malah tak jadi, because sahabat tercintanya yang tak lain dan tak bukan adalah Arina meneleponnya dan menyuruhnya untuk ke sekolah. Mau tak mau Dylana pun harus pergi, dan melupakan bahwa di rumahnya itu Adhit tengah tertidur lelap sedari dua jam yang lalu. Seperti biasa untuk pergi ke sekolah Dylana lebih memilih naik angkot, karena menurut Dylana salah satu transportasi yang bisa dijadikan ajang sosialisasi adalah salah satunya di angkot.

      Lain halnya dengan keadaan di sekolah, dimana hampir semua panitia perpisahan sudah kumpul di aula sekolah untuk membicarakan susunan acara dan anggaran biayanya. Meskipun mereka berasal dari anak orang berada dan sekolahan mereka itu merupakan salah satu sekolah elit di kota Bandung, tetap saja mereka ingin mengadakan acara pelepasan kelas dua belas yang beda dari angkatan sebelumnya dan dengan biaya yang tidak terlalu besar. Tak berapa lama orang yang sedari tadi ditunggu oleh Arina akhirnya datang juga, padahal awalnya gadis itu bilang gak mau datang ke sekolah.

"Ya Allah, alhamdulilah akhirnya sahabat saya yang cantik ini datang juga" ucap Arina dibuat alay

"Arina kecilin suara kamu !!" ucap Taoran dengan tegas

"Ganggu aja kesenangan orang lain"ucap Arina kesal

"lagian kamu, suara kok mirip kaya toa"ucap Dylana dengan nada bercanda

" ihhh kalian nyebelin banget si"Arina mencebikkan bibirnya

"Bibir mu gak seseksi selena gomez ARINA, jadi berhenti majuin bibir kamu kaya bebek gitu !!" ucap Taoran penuh penekanan

    Dylana tak mampu menahan tawanya, mendengar ucapan yang dilayangkan Taoran pada Arina. Dylana bingung, sebenarnya Taoran dan Dylana itu pacaran atau tidak soalnya mereka terlihat seperti musuh saja.

"Udah jangan manyun gitu, Tao cuma bercanda" bujuk Dylana dengan lembut

"Gw rasa dia bukan pacar gw dehh"

"Terus kalau dia bukan pacar kamu, dia siapa kamu ??"

"Dia itu cocok jadi lambe turah (sorry aku gak tau apa penulisa lambe turah itu benar atau enggak)"

"What ???"

"Lo denger aja ucapannya Tao, ucapannya itu lebih tajam dari pisau dapur"

"Habisnya kamu suka buat gara-gara duluan si"

"Lagi-lagi gw yang salah" ucap Arina dengan suara yang dibuat begitu dramatis

   Dylana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Arina yang kadang berlebihan, tapi hal itulah yang membuat mereka menjadi seorang sahabat. Baik Arina maupun dirinya tidak pernah bertindak jaim diawal mereka berkenalan saat awal masuk SMA, tak seperti yang lainnya yang bersikap manis diawal tapi busuk di belakang.

"Karena ketua panitia kita belum bisa ikut diskusi, kita bisa mulai dengan bicarain dulu susunan acaranya dan perkiraan anggaran biayanya, setelaha rancangan itu jadi kita bisa ngasihin rancangan itu untuk diteliti lagi" ucap Taoran dengan tegas, dan tak dapat dibantah

"Maaf sebelumnya, emangnya siapa si ketua panitianya ??"ucap salah satu siswa

"Yang pasti itu, ketua panitianya berpengalaman"ucap Arina dengan santai bagaikan hembusan angin di Pantai

"Sorry disini kita bukan mau bicarin siapa ketua panitia, tapi disini kita itu mau ngebicarain rancangan susunan acara perpisahan. Jadi ada yang mau ngusulin acara apa aja yang bakal jadi bagian acara perpisahan nanti ??"

"Menurut gw, kalau kita pinggin anggaran biaya nya gak terlalu besar kita bisa minta adik kelas kita yang punya bakat untuk menjadi penggisi acara di acara kita nanti" ucap Marvel

"Gw setuju sama ucapan Marvel, toh dari angkatan sebelumnya kita jarang liat adek kelas kita ikut nyumbang penampilan diacara pelepasan kelas dua belas. Itung-itung mereka ngasih kenang-kenangan terakhir buat kakat kelasnya sebelum jadi alumni" kata Armando yang merupakan salah satu anak nakal namun otaknya pintar

"Oke gw terima usul dari kalian, tapi buat yang lainnya, apa kalian setuju sama pendapat Armando sama Marvel barusan ??" tanya Taoran kepada panitia yang lainnya

"Kita mah setuju-setuju aja, lagian yang mereka berdua omongin itu gak salah. Apalagi kalau kita berpikir untuk ngundang bintang tamu, kalian semua pasti tahu kan kalau ngundang bintang tamu butuh biaya yang besar" ucap Arina membenarkan ucapan Marvel dan Armando

    Dan masih banyak lagi pendapat lainnya yang menghiasi diskusi hari itu, dan terkadang ada perdebatan dan candaan dalam diskusi tersebut. Taoran pun mencatat pendapat-pendapat hasil diskusi di buku agenda miliknya, karena setelah rapat nanti dia bakal memberikan hasil rapat ini kepada Adhit yang merupakan ketua panitia. Sebenarnya Taoran hanyalah wakil ketua panitia, dan harusnya rapat kali ini Adhit lah yang memimpinya hanya saja saat ini Adhit barus saja sampai dari Amerika jadi gak mungkin lah cowok itu langsung pergi ke sekolah.

    Beda halnya di rumah Dylana, cowok remaja yang sudah empat jam tidur baru saja bangun dari tidur nyenyaknya. Dan yang membuat cowok itu kebingungan yaitu sosok gadis pemilik rumah ini tidak ada di sekitarnya, padahal sebelum dia tidur gadis itu ada di rumah. Tiba-tiba seorang wanita paruh baya menghampirinya dengan membawa segelas teh anget untuk Adhit, dan wanita paruh baya itu adalah Dilara.

"Dy nya lagi ke sekolah sebentar, bentar lagi dia pulang kok" ucap Dilara pada Adhit seolah Dilara itu tahu apa yang dipikirkan oleh Adhit

"Kok Dy gak bangunin Adhit, kan Adhit bisa anterin Dylana"

"Kamu tadi tidurnya pules banget, jadi Dy gak bangunin kamu soalnya dia tahu kamu itu cape. Udah nih minum dulu teh nya, mumpung masih anget" Dilara menyodorkan segelas teh hangat itu pada Adhit

"Makasih ya bund, bunda emang is the best" ucap Adhit sambil menerima teh hangat tersebut "oh iya bund, itu adek bayi kapan lahir ??"

"Masih lama Dhit, mungkin pas kamu sama Dy udah masuk universitas"

"Kalau adek lahir, bunda hubungin Adhit ya. Insyaallah Adhit bakala pulang"

"Ongkos Amerika-Indonesia mahal loh, emang gak sayang sama ongkosnya ??"

"Gak apa-apalah, lagian itu kan moment spesial dimana adek bungsu Adhit lahir"

"Iya insyaallah nanti bunda bakal nyuruh ayah atau Dylana buat hubungin kamu, kalau si adek lahir"

     Dilara bahagia melihat Adhit yang mau menganggap dirinya dan suaminya sebagai orangtuanya, sebagai pengganti orangtua Adhit yang ada di luar negeri sana. Apalagi kehadiran janinnya ini membuat semua anggota keluarganya senang, begitu pun Adhit yang sudah menganggap bahwa janin dalam kandungannya itu adalah adiknya juga. Baik Dilara maupun suaminya sudah menganggap Adhit sebagai putranya sendiri, apalagi Adhit merupakan putra dari sahabat dekat mereka berdua.

==========================

Hallo reider's ku 🙋🙋🙋
Ketemu lagi sama aku di chapter yang baru, aku harap kalian suka sama chapter yang baru ini....

Sorry kalau banyak kata yang salah dan banyak kalimat yang gak nyambung, maklumlah penulis amatir ini masih berusaha untuk berkarya 😊😊😊

Buat reider's jangan lupa kasih vote sama commentarnya ya, karena dua hal itu merupakan penyemangat buat aku...

And see you next time and see next chapter 😘😘😘

#buat yang suka ceritanya terus lanjut baca ya😇😇
#yang gak suka cukup senyumin aja cerita di setiap chapter nya 😝😝


SAHABAT RASA PACARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang