SRP

5.9K 181 1
                                    

        Deburan ombak dan suara kicauan burung menemani seorang gadis yang tengah duduk di atas batu karang seorang diri. Gadis itu terlalu fokus menikmati pemandangan yang ada di depannya. Ternyata menikmati pemandangan seorang diri itu lebih menyenangkan, dibandingkan mengajak orang lain. Tanpa ia sadari ponsel yang berada di dalam kantung celananya berdering, namun sayangnya gadis itu tidak mendengarnya karena suara deburan ombak mengalahkan suara ponselnya.

   
      Sedangkan di tempat lain seorang laki-laki tengah marah-marah dihadapan sahabatnya yang berusaha menenangkan nya. Sedari tadi laki-laki itu dibuat khawatir oleh seseorang yang berada di tempat yang berbeda yang tak mengangkat panggilan telepon darinya.

" Dhit udahlah, mungkin Dylana lagi ada acara sama keluarganya. Dan dia lupa bawa ponselnya" ucap Taoran yang menenangkan Adhit.

"Tapi Ran gak biasanya nya Dylana gini, dia itu keman-mana selalu bawa ponsel"

"Ya mungkin sekarang dia lupa, udahlah lagian Dylana juga pasti baik-baik aja" ucap Taoran dengan santai

   
          Ucapan Taoran memang masuk akal, namun Adhit merasa tidak yakin kalau Dylana pergi tanpa membawa ponselnya. Karena dia tahu Dylana tipe orang yang selalu membawa ponsel kemana-mana. Sudahlah, mungkin nanti sore dia akan menghubungi Dylana lagi. Dan seandainya Dylana masih tidak mengangkatnya, dia akan langsung menyusul Dylana ke Bali.

    Sedangkan disamping Adhit, Taoran tengah sibuk bermain game di ponselnya dengan mulut yang tidak berhenti mengunyah cemilan yang di sediakan oleh Adhit diruang santai rumahnya.

 
"Heh gila, lo mau ngabisin cemilan gw ???" ucap Adhit yang melihat cemilan kentang satu toplesnya sudah hampir habis.

"Gw belum makan dari pagi, dan kalau ini cemilan kentang abis ya lo tinggal beli lagi lah. Lagian rumah lo ke minimarket jaraknya gak jauh, tinggal loncat aja lo udah nyampe" ucap Taoran dengan santai

"Tau gitu gw gak bakal nyuruh lo, buat nemenin gw disini" ucap Adhit dengan kesal

"Itu si terserah lo, lagian gw mah fine-fine aja lo gak nyuruh gw buat main ke sini lagi"

    Adhit hanya bisa menggelengkan kepalanya saja mendengar ucapan dari sahabatnya itu. Tapi jujur Adhit merasa terhibur akan kehadiran Taoran di rumahnya, meskipun Taoran sibuk dengan game di ponselnya. Tapi Taoran masih menjawab ucapannya saat dirinya bertanya, atau pun meminta tanggapan dari Taoran.

     Sedangkan Dylana, dia tengah sibuk memasak dengan saudaranya. Sudah lama ia tidak memasak bareng dengan sepupunya itu.

"Dy gw sebenernya benci banget kalau harus punya adik lagi, tapi sekarang nyokap malah ngelahirin lagi" ucap Anura dengan nada kesalnya

"Ya udahlah syukurin aja, lagi adik kamu yang sekarangkan cewek jadi dia bakal nemenin kamu nyalon nanti" ucap Dylana santai sambil memotong sayuran

"Nyalon bareng dia mah, harus nungguin tujuh belas tahun dulu. Lagian ya gw itu gak suka nyalon, gw itu lebih suka traveling" tutur Anura dengan panjang lebar

"Tuh apalagi traveling, lo bisa bawa baby Anira traveling bulan besok aja bisa"

"Lo mau liat gw dibunuh sama daddy gw ??" ucap Anura berapi-api

"Ya lagian kamu juga, punya adik tuh harusnya bersyukur. Ini malahan ngomel terus, kaya burung beo"

"Gw itu bukannya gak bersyukur, tapi lo kan tau. Gw udah SMA, dan sebentar lagi gw bakal lulus dari SMA"

"Ya udahlah sekarang kamu terima keadaan aja, lagian pasti kamu kuliah di London kan. Dan kamu bakal ninggalin orangtua kamu sama adik-adik kamu"

"Oh iya gw bentar lagi ke London, dan berarti gw gak bakal disuruh buat nemenin adik gw main di taman kanak-kanak lagi dong" ucap Anura dengan ceria

"Oh iya tumben bodyguard lo gak ikut, biasanya dia ngintilin lo kemana-mana"

"Maksud kamu Adhit, Adhit sengaja aku gak ajak. Lagian besok di bakal ikutan turnamen basket"

"Gw yakin, pasti sekarang dia lagi galau gara-gara best friend nya gak ada disamping nya"

"Dia haru terbiasa tanpa gw, karena taun depankan kita kuliah. Dan dia bakal kulian di Amerika, sedangkan gw di London"

"Gw boleh nanya gak, terserah lo mau jawab atau enggak. Tapi sebenernya lo sama Adhit itu cuma sahabatan doang, gak ada hubungan lebih ???"

"Kita cuma sahabatan kok, lagian sekarang dia lagi deket sama Shania" ucap Dylana, dan tanpa Dylan sadari Anura dapat melihat kesedihan Dylana saat mengucapkan bahwa Adhit tengah deket sama cewek lain.

"Oh gw sangka lo sama dia ada hubungan lebih, tapi seandainya lo sama dia. Gw bakal seneng banget, dan gw pasti dukung lo seratus persen"

"Kamu mah bisa aja, lagian ya aku gak berharap banyak kepada Adhit lebih banyak"

"Lo mah suka gitu, tapi gw yakin suatu saat nanti kalian bakal bersatu"ucap Anura dengan begitu yakin

"Karena semua ucapan yang baik itu harus diaminin, jadi gw bakal aminin aja semua ucapan kamu"

    Dan di rumah Adhit, Adhit tengah sibuk mengepak baju-bajunya ke dalam koper. Adhit sudah menyiapkan pesawat pribadi milik orang tuanya untuk mengantarnya ke Bali. Pokoknya hari ini Adhit harus bertemu dengan Dylana, dia tidak ingin berlama-lama menjalani hari-hari tanpa kehadiran Dylana. Dia juga rela mengundurkan diri dari turnamen basket demi menjemput Dylana di Bali. Apalagi seharian ini Dylana tidak bisa di hubungi, membuat Adhit khawatir. Adhit takut terjadi apa-apa pada Dylana, meskipun dia tahu bahwa di Bali sana Dylana bersama dengan keluarganya jadi pasti dia akan baik-baik saja.

   Sedangkan Dylana ia tengah berada di dalam kamar, dia tengah menyalakan ponselnya yang sedari tadi sengaja ia matikan. Dan saat menyala, ia tidak menyangka kalau Adhit telah menghubunginya beberapa puluh kali. Namun semuanya tidak ia angkat, karena ponselnya ia matikan. Dylana langsung menghubungi Adhitia balik, dan tak berapa lama Adhit mengangkatnya.

"Hallo Adhit"

"Kamu kemana aja si Dy, kamu gak tahu kalau sedari tadi aku ngehubungi kamu"

"Maaf Dhit aku tadi  matiin ponsel aku, soalnya seharian ini aku kumpul sama keluarga besar"

"Tapi gak usah dimatiin juga bisakan, kamu gak tau kalau aku ini khawatir"

"Maaf Dhit,,,, aku ngaku salah. Aku janji aku gak bakal gitu lagi"

"Udahlah Dy aku cape, aku mau istirahat"

         

            Adhit langsung mematikan sambungan teleponnya. Dylana tahu pasti Adhit marah padanya, dan ia yakin pasti selama seminggu nanti Adhit bakal mendiamkannya. Sedangkqn Adhit sendiri, sebenarnya sekarang ia tengah berada di dalam pesawatnya yang akan mengantarkannya ke Bali. Adhit sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sahabatnya, yang baru sehari saja tidak bertemu tapi sudah sangat ia rindukan. Dan kedua orangtua Dylana juga sudah tahu bahwa Adhit akan menyusul ke Bali, malahan mereka menyuruh supir keluarga untuk menjemput Adhit di bandara nanti.

===========================================

Halloooo semuanya 🙋🙋🙋🙋
Maaf ya kalau chapter kali ini semakin gak jelas, soalnya saat ini otak ku juga lagi gak jelas😴😴
 

     So tetep baca chapter cerita aku ini ya, dijamin makin gak 😯😯😯😯 tahu deh bakal jadi gimana 😂😂😂

    

                     So see you next Chapter 🙋🙋🙋🙋

    

     

SAHABAT RASA PACARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang